Mengenal SAT-81, Pasukan 'Siluman' Kepunyaan Kopassus, Sempat Diisukan Akan Membumihanguskan KKB

Namun dibalik kekuatan dan kehebatan Kopassus, ada lagi pasukan yang dirahasiakan keberadaannya oleh Kopassus.

Editor: Andreas Eko Prasetyo
Wikipedia
Kopassus 'si Baret Merah' 

TRIBUNJAMBI.COM - TNI AD memiliki satuan elite yang dikenal Komando Pasukan Khusus (Kopassus) nama pasukan ini sudah mendunia.

Reputasi dan kemampuannya pun diakui dunia dan tentara asing dari negara lain.

Namun dibalik kekuatan dan kehebatan Kopassus, ada lagi pasukan yang dirahasiakan keberadaannya oleh Kopassus.

Bila Kopassus saja secara informasi tidak diketahui jumlah pasukannya, pasukan satu ini disebut satuan 'siluman' yang lahirkan kembali oleh Kopassus.

Satuan itu bernama Sat-81 Kopassus.

Baca Juga:

Preman Besar Jakarta, Hercules Pernah Bergabung Bersama Kopassus, Kebal Ditembak & 16 Kali Dibacok

Pohon Randu Tak Ada yang Selamat Dibuat Kapten Encun, Mahaguru Lempar Pisau Kopassus di Batujajar

Reputasinya Setara Kopassus, Kostrad TNI AD Bikin Tentara Asing Ciut Ketika Tahu Puasa saat Perang

Deretan Aksi Mencekam 4 Jenderal TNI di Satuan Kopassus, Jalani Misi Berbahaya dan Menegangkan

Sempat beredar pula kabar pasukan elite Satgultor/Sat 81 milik Kopassus diterjunkan untuk memburu pelaku pembantaian pekerja Trans Papua di Nduga.

Namun, Kepala Penerangan Kopassus Letnan Kolonel Denden Sumarlin membantah kabar tersebut.

Sampai saat ini pasukan elite bentukan Luhut Panjaitan dan Prabowo pada 1981 itu belum ada indikasi akan dikerahkan untuk memburu anggota kelompok kriminal bersenjata pimpinan Egianus Kogoya.

"Tidak ada (yang diterjunkan ke Papua), sampai saat ini Sat-81 tidak ada gerekan dari Jakarta ke Papua," ujar Denden saat dikonfirmasi TribunJakarta.com pada Senin (10/12/2018).

Sebelumnya, seorang sumber menjelaskan Presiden Joko Widodo memerintahkan Kopassus untuk menerjunkan pasukannya memburu KKB.

Anak buah Egianus Kogoya mengakui bertanggungjawab atas pembunuhan puluhan pekerja jembatan di Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, pada Minggu (2/12/2018) lalu.

"Diturunkan atas komando pusat dari bapak presiden, nanti dari Sat81 dikirim ke sana, jam 10 terbang ke sana langsung," sebut sumber dalam sebuah pesan WhatsApp yang diterima GridHot.ID pada Selasa (4/12/2018).

Satgultor 81 Kopassus
Satgultor 81 Kopassus (Kopassus.mil.id)

Sekadar informasi, sasaran penindakan Satgultor 81 adalah obyek atau kasus yang masuk kategori strategis terpilih.

Satgultor dilatih untuk bergerak dalam unit kecil, dengan durasi sangat cepat, bukan lagi dalam hitungan jam, tapi menit.

Oleh karenanya personel Sat 81 baru diturunkan, bila ada ancaman yang bersifat kompleks dengan skala kesulitan terbilang tinggi.

Baca Juga:

Tak Ikut Subuh Keliling, 10 Pejabat di Sarolangun Terancan Nonjob

Remaja Ini Hobi Setubuhi Kambing dan Sapi, Bahkan Kakak Kandung Digarap, Ayah dan Kakak Turut Bantu

Satgas TMMD ke 104 Kodim 0417/Kerinci Hadiri Hajatan Warga Desa Sungai Ning

12 Anggota DPRD Jambi Dicekal KPK, Berikut Daftar Namanya

Mitra Kukar Pajang Foto Mantan Kapten Persib Bandung Atep! Benarkah Bakal Berseragam Kuning Hitam?

Mengenal Kekuatan SatGultor 81

Satgultor 81 Kopassus adalah satuan elit Kopassus yang dibentuk oleh Luhut Panjaitan dan Prabowo pada tahun 1981.

Peran dan fungsi Satuan Penanggulangan Teror 81 (Satgultor 81) adalah sebagai satuan anti-teror Kopassus.

Beberapa tahun belakang ini istilah gultor dihilangkan dari satuan ini, hal ini lantaran kualifikasi yang dimiliki lebih dari penanggulan teror, sehingga dikenal pula dengan sebutan Sat 81.

Satgultor 81 adalah satuan di Kopassus yang setingkat dengan Grup dan merupakan Prajurit terbaik dari seluruh Prajurit TNI, bermarkas di Cijantung, Jakarta Timur.

Kekuatan dari Satgultor 81 Kopassus ini tidak dipublikasikan secara umum.

Sehingga mengenai jumlah personel maupun jenis persenjataannya yang dimiliki Satgultor 81 Kopassus, semua dirahasiakan.

Satuan Gultor 81, Pasukan Siluman Milik Kopassus
Satuan Gultor 81, Pasukan Siluman Milik Kopassus (solarconflict.com)

Pasukan Satgultor 81 Kopassus ini sering terlibat di dalam setiap operasi rahasia militer yang dilakukan ABRI hingga kemudian berubah nama menjadi TNI.

Bahkan Satgultor 81 Kopassus kabarnya diturunkan juga untuk mengejar teroris Nordin M Top dan kawan kawan pada 2009 lalu.

Kualifikasi personel Satgultor 81 Kopassus secara umum lebih tinggi dari satuan sejenis dan paling lama didirikan (tahun 1981).

Sehingga Satgultor 81 Kopassus baru diturunkan bila ada ancaman yang bersifat kompleks dengan skala kesulitan yang terbilang tinggi.

Satgultor 81 Kopassus dilatih untuk bergerak dalam unit kecil, dengan durasi sangat cepat, bukan lagi dalam hitungan jam, tapi menit.

Baca Juga:

Usai Nge-Gym Jangan Sembarang Makan! Ini Jenis Makanan yang Baik Untuk Dikonsumsi

VIDEO: Jadwal & Link Live Streaming Perseru Serui Vs Persebaya Surabaya Piala Presiden 2019

Jalan Licin, Mobil Hilang Kendali dan Menghantam Pagar Kantor BPS Tanjab Barat, Kondisinya Remuk

Pemerintah Jambi Usulkan Tiga Nama Baru untuk Jadi Pahlawan Nasional

Dikutip dari Tribun Medan, salah satu contoh penerjunan Satgultor 81 Kopassus adalah saat mengatasi teror bom di Sarinah Thamrin (Jakarta Pusat), pertengahan Januari 2016 lalu.

Pasukan elit ini juga kabarnya sempat diterjunkan dalam menanggulangi kerusuhan di Mako Brimob Kelapa Dua, pada pertengahan Mei 2018 lalu.

Namun tak secara terang-terangan melakukan aksi sebagai bagian dari TNI, pasukan ini kerap menyamar menjadi apapun

Mulai dari anggota Polisi, warga biasa bahkan sampai menyamar secara tersembunyi di tempat-tempat yang tak terduga.

Namun demikian, hingga berita ini diturunkan, tidak ada pernyataan resmi dari Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto, apakah satuan elit ini benar diterjunkan untuk memburu KKB pimpinan Egianus Kogeya di Papua.

Sejarah Terbentuknya Satgultor 81 Kopassus

Pembentukan Detasemen 81/Antiteror, pasukan antiteror Komando Pasukan Sandhi Yudha (Kopassandha/Kopassus) melalui perjuangan yang berat.

Untuk membentuk pasukan elit itu, dua Perwira muda Kopassandha, yakni Mayor Luhut Panjaitan dan Kapten Prabowo Subianto, pada tahun 1982 dikirim ke Jerman Barat untuk menjalani pendidikan di satuan antiteror Grenzschutzsgruppe 9 (GSG-9).

Seperti dilansir dari buku 'Sintong Panjaitan Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando', Hendro Subroto, Penerbit Buku Kompas (2009)

Sat 81 Gultor
Sat 81 Gultor (MiliterMeter.com)

Satuan GSG-9 sudah menorehkan banyak prestasi dalam operasi pembebasan sandera dan penanganan antiteror lainnya, meski sepak terjangnya sangat jarang diberitakan.

Tapi, untuk menjalani pendidikan di GSG-9 yang sangatlah berat dan biasanya siswa yang lulus hanya 20 persen saja.

Artinya 80 persen sisanya dipastikan gagal dalam pendidikan dan sama sekali tidak ada kompromi bagi mereka.

Pendidikan antiteror di GSG-9 berlangsung selama 22 minggu.

Dalam 13 minggu pertama, pelajarannya meliputi tugas-tugas pokok kepolisian, masalah hukum, kemampuan menggunakan berbagai jenis senjata dan seni beladiri karate.

Setelah 13 minggu, pelajaran yang diberikan berupa ketrampilan pasukan antiteror yang mahir bertempur di darat, laut, dan udara, serta tempat-tempat ekstrem lainnya.

Mayor Luhut dan Kapten Prabowo ternyata bisa lulus dari pendidikan GSG-9 dengan prestasi yang memuaskan.

Ketika Asisten Intelijen Hankam/Kepala Pusat Intelijen Strategis, Letjen TNI LB Moerdani, saat itu membentuk pasukan Detasemen 81/Antiteror Kopassandha, Mayor Luhut diangkat sebagai Komandan dan Kapten Prabowo sebagai Wakil Komandan.

Nama Detasemen 81/Antiteror ternyata diciptakan sendiri oleh Mayor Luhut dan Kapten Prabowo sewaktu menghadap Panglima ABRI Jenderal TNI M Jusuf.

Alasannya adalah Detasemen Antiteror dibentuk tahun 1981, dan disetujui oleh Jenderal M Jusuf.

Tapi, Jenderal M Jusuf ternyata memiliki alasan sendiri yang unik.

Menurut Jenderal M Jusuf penamaan Detasemen 81/Antiteror sudah betul karena angka 81 jumlahnya 9.

"Pesawat Hercules yang selalu saya gunakan mempunyai call sign A-1314. Jumlah angkanya juga 9. Angka paling bagus itu," ujar Jenderal M Jusuf.

Baca Juga:

WOW - Pemain Liga Teratas Belanda Navarone Foor Ingin Perkuat Timnas Indonesia

Telat Terima Informasi, Pemkab Muarojambi Baru Buka Penerimaan P3K Mei, Siapkan Berkasnya

Sarolangun Dilanda Banjir, Dinsos Mulai Salurkan Bantuan untuk Ratusan Warga

Riview Gadget: Kesan Pertama Merasakan Smartphone Tekuk Huawei Mate X, Layarnya Seluas 8 Inci

Dalam perkembangannya Detasemen 81/Antiteror Kopassandha kemudian berubah menjadi Sat Gultor 81/Kopassus, lalu berubah lagi menjadi Sat-81 Kopassus.

Cikal bakal pasukan antiteror Kopassus ini juga tidak bisa dilepaskan dari peran Letjen TNI Sintong Panjaitan yang pada tahun 1971 masih berpangkat Kapten Senior.

Pada tahun itu Sintong yang tergabung dalam kesatuan Grup 4/Sandiyudha RPKAD (Kopassus) dan menjabat sebagai Kasi 2/Operasi bertugas merencanakan operasi dan latihan pasukan.

Demi membentuk pasukan antiteror yang profesional, Sintong yang oleh Mabes ABRI (TNI) ditempatkan di Gabungan 1/Intelijen Hankam kemudian diberi kesempatan untuk mengunjungi sejumlah satuan antiteror kelas dunia seperti SAS Inggris, Korps Commando Troopen (KCT) Belanda, dan Grenzchutzgruppe 9 (GSG-9) Jerman.

Tapi di antara satuan-satuan antiteror kelas dunia itu yang mengesankan Sintong adalah GSG-9 Jerman karena telah memiliki banyak prestasi.

Pasukan antiteror Kopassus yang kemudian dibentuk secara ilmu dan kemampuan merupakan kombinasi dari pasukan antiteror SAS, KCT, dan GSG-9.

Namun ilmu antiteror yang paling banyak diserap oleh pasukan antiteror Kopassus adalah yang diambil dari GSG-9 Jerman.

Yang kemudian pada tahun 1982, Kopassandha mengirimkan dua perwira remajanya untuk berlatih di GSG-9, yakni Mayor Luhut Panjaitan dan Kapten Prabowo Subianto.

IKUTI KAMI DI INSTAGRAM:

NONTON VIDEO TERBARU KAMI DI YOUTUBE:

IKUTI KAMI DI FANSPAGE TRIBUN JAMBI:

Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved