Tahun 2019 Jadi Tahun Terpanas dalam Sejarah Peradaban Manusia, Bersiaplah Hadapi Dampaknya
TRIBUNJAMBI.COM---Peristiwa El Nino kemungkinan sedang berlangsung, meningkatkan cuaca ekstrem yang
Hingga kemudian, para peneliti berkesimpulan bahwa pemanasan global menjadi salah satu penyebab turbulensi.
Menurut mereka, perubahan suhu universal memperkuat ketidakstabilan angin di ketinggian. Dan itu bisa menyebabkan kantong udara menguat dan kasar.
Periset di University of Reading di Inggris menggunakan model matematis untuk meramalkan kondisi jangka panjang itu.
Untuk penerbangan yang terbang di ketinggian 39 ribu kaki, studi memprediksi turbulensi lebih dahsyat meningkat sebesar 110 persen untuk perjalanan yang melintasi Amerika Utara, 180 persen di atas Atlantik Utara, dan 160 persen di atas Eropa.
Dilaporkan New York Post, ada 58 penumpang pesawat terbang yang mengalami luka akibat turbulensi setiap tahunnya.
"Itu terjadi begitu cepat dan kekuatannya begitu kuat sehingga Anda tidak bisa beruat apa-apa," ujar Mark.
"Itu sebabnya pramugrari sering terluka karena merekalah yang berjalan saat tanda-tanda sabuk pengaman sedang menyala."
Pada Agustus lalu, sebuah pesawat American Airlines dari Philadelphia mengalami turbulensi parah yang melukai 10 orang. Alex Ehmke, seorang penumpang dalam penerbangan tersebut mengatakan bahwa ia melihat orang-orang menabrak langit-langit dan minuman terbang ke mana-mana.
"Sebenarnya tidak ada peringatan sama sekali, saya pikir itulah yang membuat begitu banyak orang lengah, hanya ada sedikit turbulensi, sekitar 5 detik, dan tiba-tiba rasanya seluruh pesawat akan jatuh," ujarnya.
Para ahli mengatakan bahwa studi tersebut menyoroti kebutuhan untuk mengembangkan ramalan turbulensi dan perencanaan penerbangan yang lebih baik.
"Ilmu pengetahuan harus lebih akurat untuk membuat pilot tahu di mana gejolak turbulensi ini dan pesawat harus dibangun untuk melawannya," kata Bob Francis, mantan wakil ketua NTSB, kepada Fox News. (intisari.com)