Hidangan Hari ke-15 Imlek, Lontong Cap Go Meh - Kisah dan Makna Dibaliknya Serta Cara Penyajian

Lontong cap go meh adalah hidangan khas hari terakhir perayaan Imlek, tahun ini, hari ke-15 perayaan Imlek jatuh pada tanggal 19 Februari 2019.

Editor: Suci Rahayu PK
Dina Middin
Lontong Cap Go Meh 

Hidangan Hari ke-15 Tahun Baru Imlek, Lontong Cap Go Meh - Kisah dan Makna Dibaliknya Serta Cara Penyajian

TRIBUNJAMBI.COM - Cap Go Meh atau hari ke-15 dari bulan pertama di penanggalan China, dirayakan dengan berbagai jamuan.

Salah satunya yang khas adalah lontong Cap Go Meh.

Lontong cap go meh adalah hidangan khas hari terakhir perayaan Imlek, teman-teman.

Baca: Beredar Video Ricuh saat Jeda Debat, Ferdinand Hutahaean Bilang Dia yang Marah Bukan Luhut Panjaitan

Baca: 7 Klenteng di Kota Jambi Sambut Imlek, Pemkot Jambi Rayakan Cap Gomeh Dengan 200 Lampion

Baca: Live Streaming Bhayangkara FC Vs PSIS Semarang Piala Indonesia Babak 16 Besar Malam Ini, Catat

Tahun ini, hari ke-15 perayaan Imlek jatuh pada tanggal 19 Februari 2019.

Nah, di Indonesia, masyarakat keturunan Tionghoa punya makanan khas yaitu lontong cap go meh. Cari tahu kisahnya, yuk!

Lontong Cap Go Meh
Lontong Cap Go Meh (Tribun Solo/Imam Saputro)

Hidangan Spesial Cap Go Meh

Pada hari ke-15 Tahun Baru Imlek, ada banyak keluarga keturunan Tionghoa yang akan berkumpul untuk makan malam bersama.

Hari ke-15 ini disebut Cap Go Meh. Cap Go Meh diambil dari dialek Hokkian yang artinya malam ke-15 atau malam bulan purnama menurut kalender Tionghoa.

Lontong cap go meh adalah masakan peranakan. Makanan ini adalah campuran dari masakan Tiongkok dan Jawa, teman-teman.

Menurut pemerhati budaya Tionghoa, Agni Malagina, lontong Cap Go Meh ini ditemukan di sekitar wilayah pesisir Jawa.

Saat ini lontong Cap Go Meh juga bisa dinikmati sepanjang tahun, karena ada banyak restoran yang menyajikannya.

Terutama di wilayah pantai utara Jawa.

Ada beberapa sejarah tentang bagaimana kisah awal lontong Cap Go Meh ini.

Yang pertama, ada yang mengisahkan kalau imigran Tiongkok abad ke-14 di Indonesia menikah dengan perempuan Jawa.

Kemudian terciptalah budaya Peranakan Tionghoa-Jawa.

Nah, di Tiongkok, orang-orang merayakan Tahun Baru Imlek dengan hidangan kue beras atau yuan xiao.

Kue beras inipun digantikan dengan lontong, yang juga dibuat dari beras.

Kemudian disajikan dengan masakan Jawa.

Baca: Aisyahrani Bocorkan Pernikahan Syahrini dan Reino Barack, Imam Masjid Istiqlal Diundang ke Jepang

Baca: Siswi SMA Dicabuli Dua Teman Main, Hanya Sebut Tiga Kata, Pelaku Langsung Kabur

Makna dan Sejarah Nama Lontong Cap Go Meh

Lontong Cap Go Meh dipercaya sebagai simbol perpaduan dua budaya, suasana meriah tahun baru dan simbol keberuntungan.

Lontong yang dibungkus memanjang dianggap sebagai simbol usia panjang.

Telur yang menjadi pelengkap hidangan dianggap sebagai simbol kebeuntungan.

Dan kaldu santan dan kunyit dianggap melambangkan emas yang merupakan simbol kemakmuran.

Nama Lontong Cap Go Meh sendiri punya cerita saat Laksamana Cheng Ho (Zheng He) berlabuh di Semarang, Jawa Tengah.

Di sana, beliau mengadakan lomba membuat sup terbaik untuk perayaan Cap Go Meh.

Salah satu kepala desa ikut serta dan membuat menu spesial.

Laksamana Cheng Ho mengatakan pada salah satu prajuritnya, "luang tang shiwu ming". Artinya, makanan kepala desa ini berada di urutan ke-15.

Nah, prajuritnya mengucapkan kalimat tersebut dengan dialek Hokkian, sehingga pengucapannya mirip "luan dang cap go mia".

Kepala desa dan peserta lainnya mengira Laksamana Cheng Ho menamai sup buatannya sebagai lontong Cap Go Meh.

Sejak saat itu, sup tersebut disebut lontong Cap Go Meh, teman-teman.

Baca: Digrebek Saat Indehoi, Pria Ini Coba Suap Petugas, Cairan di Sprei Jadi Saksi

Bagaimana Cara Menajikannya?

Lontong Cap Go Meh merupakan satu sajian yang terdiri dari lontong, opor ayam, sayur, dan bubuk kedelai.

Dalam sepiring lontong Cap Go Meh, rasa gurih manis sayur mendominasi dipadu dengan kelembutan suwiran daging ayam.

Sementara taburan bubuk kedelai semakin menambah cita rasa gurih.

Warna merah dari sayur rebung dan sayur ati ampela memberikan sedikit rasa pedas dalam sesuap lontong Cap Go Meh.

Sebutir telur utuh dalam piring turut memperkaya cita rasa dalam sepiring lontong Cap Go Meh.

Dipercaya pula, lontong Cap Go Meh mengandung perlambang keberuntungan, misalnya lontong yang padat dianggap berlawanan dengan bubur yang encer.

Hal ini karena ada anggapan tradisional Tionghoa yang mengkaitkan bubur sebagai makanan orang sakit.

Bentuk lontong yang panjang juga dianggap melambangkan panjang umur.

Kemudian telur, dalam kebudayaan apapun selalu melambangkan keberuntungan.

Sementara kuah santan yang dibubuhi kunyit berwarna kuning keemasan, melambangkan emas dan keberuntungan.

Dikutip dari Kompas.com, lontong Cap Go Meh merupakan bentuk kuliner adaptasi peranakan China di Nusantara.

"Lontong Cap Go Meh ini bentuk makanan adaptasi, bentuk baru untuk kaum Peranakan, bukan menggantikan, mereka menghormati tradisi masyarakat setempat (di pesisir Laut Jawa)," kata pemerhati budaya China, Agni Malagina kepada KompasTravel, Senin (6/2/2017).

Agni menceritakan, lontong Cap Go Meh sendiri hanya ditemukan di pesisir Laut Jawa.

Di daerah-daerah peranakan China lain seperti di Singkawang, Palembang, atau Bangka Belitung, tidak ada dikarenakan asimilasi budaya tak sekuat di Jawa.

Dahulu, imigran China di pesisir Laut Jawa tinggal dan lalu mengadopsi kebudayaan setempat.

Sebagaimana pendatang, imigran China pun memperkenalkan segala jenis pengetahuan yang dibawa dari negeri asalnya.

Ia menceritakan, lontong Cap Go Meh berasal dari kebiasaan dari santri yang menyantap ketupat dan opor ayam.

Banyaknya versi cerita asal usul lontong Cap Go Meh pun diakui oleh Agni.

Namun, meski banyaknya cerita itu, lontong Cap Go Meh telah menambah ragam kuliner Nusantara. (Tribun Travel, Bobo)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved