Sadar Dirinya Mau Mati Usai Dipatuk Kobra, Pria Ini Gigit Tangan Istrinya: Alasannya Mengharukan
TRIBUNJAMBI.COM - Seorang pria di Negara Bagian Bihar, India, dilaporkan tewas setelah digigit seekor ular berbisa.
TRIBUNJAMBI.COM - Seorang pria di Negara Bagian Bihar, India, dilaporkan tewas setelah digigit seekor ular berbisa.
Shankar Rai tengah tidur di rumahnya di Distrik Samastipur, sekitar 96 km sebelah utara Patna, saat seekor ular menggigitnya.
Pagi hari, kondisinya memburuk. Sadar hidupnya tak lama lagi, Rai kemudian menggenggam tangan sang istri, Amiri Devi.
Kemudian dia berkata ingin bersatu dengannya dalam kematian.
Diwartakan India Today via Newsweek pada Senin (11/2/2019), Rai segera menggigit pergelangan tangan Amiri dengan harapan racun ular itu juga pindah ke istrinya.
Baca: Sambut Kelahiran Bayi Raisa-Hamish Daud, Netizen : Mirip Hamish Daud Atau Raisa ya?
Keduanya kemudian dilaporkan tak sadarkan diri.
Tetangga yang menemukan segera membawa mereka ke rumah sakit, tetapi Rai dinyatakan tewas. Adapun Amiri berhasil selamat.
Dia mengatakan membiarkan suaminya menggigit tangannya karena dia ingin mati bersama-sama.
"Shankar mengatakan dia sangat mencintai saya sebelum dia menggenggam pergelangan tangan saya dan menggigitnya," ungkap Amiri.
Baca: Penghapusan Replika Tugu Perjuangan, Begini Menurut Pengamat di Kuala Tungkal
Dokter lokal yang menangani pasangan suami istri itu menjelaskan, Amiri bisa selamat karena penanganan dilakukan tepat waktu.
Profil Kesehatan Nasional India dikutip Deccan Herald mencatat, 1,000 orang tewas akibat gigitan ular berbisa sepanjang 2017.
Sekitar 90 persen kematian itu disebabkan ular yang masuk kategori "Big Four", yakni krait, kobra, viper russel, dan viper sisik gergaji.
Baca: Link Lowongan Kerja PT KAI, Begi Persyaratannya, Gaji Rp 6,5 juta dan Dapat Tunjangan Rumah
Sebuah studi terbaru yang dihelat Jurnalis Medis Inggris (BMJ) mengusulkan kepada India untuk memulai pusat pengumpulan bisa ular di setiap wilayah.
Ravikar Ralph dari Christian Medical College di Vellore berujar, sebanyak 70-80 persen korban tewas sebelum sempat mendapat perawatan.
Dia mengungkapkan pusat pengumpulan bisa ular di Negara Bagian Tamil Nadu tidak efektif karena racun ular spesies yang sama bisa berbeda-beda.
"Sebaiknya pusat pengumpulan racun tidak hanya diisi oleh anti-bisa, tetapi juga melatih stafnya menangani efek dari penangkal tersebut," katanya.
Baca: Luhut dan Prabowo Dikirim Berlatih ke Negara Ini: Serap Ilmu Anti Teros Kopassus, Ini Kisahnya
Penanganan kasus gigitan ular di Indonesia ternyata masih menjadi permasalahan yang patut disoroti. Tak sedikit pihak yang melakukan kesalahan prosedur penanganan sehingga mengakibatkan efek buruk bagi korban gigitan ular.
Meski belum ada jumlah pasti korban gigitan ular di Indonesia, namun perkiraan korbannya mencapai 135.000 orang per tahun. Di Indonesia sendiri diperkirakan ada 348 jenis ular dan 76 di antaranya berbisa.
Pada tingkat global, gigitan ular menelan korban hingga 4,5 juta orang setiap tahunnya dengan korban luka serius sebanyak 2,7 juta orang baik dewasa maupun anak, dan korban jiwa sebanyak 125 ribu orang.
Baca: Ani Yudhoyono Masih Terbaring Sakit, Istana Kirim Dokter Kepresidenan
Minimnya pemahaman penanganan korban gigitan ular bahkan membuat Pakar Gigitan Ular dan Toksikologi, DR. dr. Tri Maharani, M.Si SP.EM berkeliling Indonesia untuk membantu para korban.
"Karena saya melihat pasien gigitan ular terabaikan di Indonesia dan banyak orang yang mati percuma tanpa penanganan yang benar, akhirnya saya berkeliling Indonesia, berkomitmen untuk melatih masyarakat, dokter dan perawat untuk penanganan yang benar."
Demikian diungkapkan Maha ketika ditemui dalam rangkaian acara Conservacation oleh Ades di Desa Bea Muring, Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Beberapa contoh penanganan luka gigitan ular yang salah antara lain menggunakan garam, ikatan kencang, pengisapan darah di area tergigit, cross insisi, dan cara lainnya.
Baca: Penghapusan Replika Tugu Kemerdekaan di Kuala Tungkal, Tunggu Persetujuan DPRD
Padahal, kata Maha, penanganan pertama pada korban gigitan ular adalah imobilisasi atau bagian tubuh yang tergigit dibuat tidak bergerak. Kepala IGD RS Umum Daha Husada, Kediri, Jawa Timur itu menambahkan, dari penelitian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), 79 persen gigitan ular tidak melalui pembuluh darah melainkan lewat pembuluh getah bening.
Sehingga, darah korban gigitan ular tak perlu disedot. "Prinsipnya imobilisasi. Pergerakan otot akan membuat kelenjar getah bening menyebarkan bisa ularnya, maka kita harus membuat dia (korban) tidak bergerak," ujar Kepala Departemen Instalasi Gawat Darurat RS Umum Daha Husada Kediri itu.
Nah, ada beberapa tahapan yang bisa kita lakukan jika terkena gigitan ular. Antara lain:
1. Membuat bagian yang tergigit tidak bergerak
Baca: Salad Sebagai Sarapan Menyehatkan, Yuk Buat Salad Sendiri di Rumah
Kita tak memerlukan peralatan yang terlalu canggih. Benda seperti kayu, gedebog pisang, kulit kayu, kardus, dan benda rigid lainnya bisa dimanfaatkan.
Caranya, ambil dua bilah benda tersebut untuk menahan bagian yang tergigit dari ujung jari hingga ujung sendi.
"Jika kaki, berarti dari ujung kaki sampai pangkal paha karena kita ingin membuat kelenjar getah bening yang ada pada otot-otot tidak bergerak karena ototnya gerak," kata Maha.
Jika kesulitan menemukan benda keras dan korban memiliki kain atau selendang, maka benda tersebut bisa dipergunakan.
Jika gigitan ular terjadi pada tangan, ikat tangan seperti menangani patah tulang tangan. "Yang penting tidak bergerak. Mulai ujung jari hingga sendi," kata dia.
Baca: Ayo Ngobrol Bareng Marchella FP Penulis Muda Cantik di Gramedia Jambi, Catat Jadwalnya!
2. Ikat
Gabungkan dua bilah benda tersebut menggunakan kain, perban atau elastic band aid agar dua bidang tersebut menopang bagian tubuh yang tergigit dengan baik.
Jika kejadian berada di tengah hutan dan korban tak bisa menemukan peralatan penanganan apapun, tetaplah diam di tempat dan tidak bergerak selama dua hari. Apalagi jika gigitan terjadi pada bagian kaki.
Sebab, pergerakan otot akan membuat kelenjar getah bening menyebarkan bisa ular ke seluruh tubuh. "Diam di situ dua hari. Kalau Anda berjalan nanti jadi sistemik dan justru meninggal. Karena antivenom hanya ada di saya. Tapi kalau (yang digigit) tangan, bisa berjalan dan kalau (tubuh) diangkat boleh," ujar Maha.
Baca: Tips dan Trik Whatsapp Cara Mengubah Video menjadi GIF, Biar Chattingan Lebih Seru
3. Beri sinyal darurat Jika memungkinkan, buatlah sinyal darurat agar orang lain mengetahui keberadaan kita.
Terutama jika peristiwa gigitan ular terjadi di tengah hutan atau daerah terpencil lainnya. "Bagi yang suka berpetualang, sinyal belum tentu ada. Saya sarankan bawa alat emergency seperti peluit," kata dia.
4. Pergi ke pelayanan kesehatan Pergilah ke rumah sakit atau jika kamu menangani korban, bawalah korban tersebut ke pelayanan kesehatan terdekat.
Di sana akan dilakukan observasi selama 48 jam (dua hari). Jika fisik korban tidak menunjukan adanya tanda-tanda fase yang lebih berat atau fase sistemik, maka korban boleh pulang.
Adapun gejala fase sistemik berbeda-beda untuk setiap jenis gigitan ular. Gejala pada korban gigitan ular hijau, misalnya, seperti pendarahan, pendarahan gusi, mimisan, muntah darah, atau kencing darah.
Baca: Dipukul Hingga Celana Melorot Oleh Orang tak Dikenal, Suprapti Hanya Bisa Pasrah
Sementara jika ular yang menyerang memiliki jenis bisa neurotoksin (racun bereaksi di sel saraf) seperti kobra, maka gejala yang mungkin timbul di antaranya mata tidak bisa terbuka, sesak, gagal nafas, hingga gagal jantung.
"Jika tidak seperti itu maka dalam 48 jam bisa pulang. Bisa pakai obat analgesic, jangan asam mefenamat karena akan menimbulkan pendarahan. Pokoknya golongan yang bukan NSAID," tuturnya. Namun, jika terjadi pendarahan, Maha menyarankan korban atau keluarga korban menghubunginya.
Sebab, Maha sebagai penasehat WHO untuk gigitan ular adalah satu-satunya orang yang memiliki izin edar Serum Antibisa Ular (SABU) di Indonesia di luar tiga jenis ular.
Indonesia sendiri hanya memiliki tiga antibisa ular, yakni untuk ular kobra Jawa, ular welang dan ular tanah.
Baca: Ketua Fraksi Demokrat, Diperiksa KPK di Mapolda Jambi, Nasri Umar: Saya Siap Buka Bukaan
"Silakan hubungi saya karena satu-satunya yang punya antivenom tersebut cuma saya dan bisa gratis," kata lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, Malang itu. (Ardi Priyatno Utomo/Kompas.com)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Setelah Digigit Ular Berbisa, Seorang Pria Gigit Istrinya.