Grace Natalie: Yogyakarta Kini Sudah Terancam Kaum Intoleran, Ini Tanda-tandanya

Yogyakarta, kota yang digambarkan sebagai kota yang menyimpan identitas Indonesia dalam bentuk kesenian, tradisi dan kuliner nusantara

Editor: Nani Rachmaini
Warta Kota
Presiden Joko Widodo (tengah) datang menghadiri ulang tahun ke-4 PSI di ICE BSD, Kabupaten Tangerang, Minggu (11/11/2018). Saat datang di acara itu, Jokowi disambut oleh Ketua Umum PSI, Grace Natalie (kiri). 

Grace Natalie: Yogyakarta Kini Sudah Terancam Kaum Intoleran, Ini Tanda-tandanya

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan

TRIBUNJAMBI.COM, JAKARTA -- Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Grace Natalie menyebut ada fenomena yang dianggap membahayakan persatuan masyarakat Indonesia.

Grace mengibaratkan fenomena itu dengan “normalisasi Intoleransi”. Grace menyayangkan fenomena ini, dapat menimbulkan konflik yang akan menghancurkan toleransi di masyarakat.

Hal ini disampaikan Grace dalam pidato politik di Festival 11 Yogyakarta yang bertempat di Graha Pradipta Jogja Expo Center pada Senin 11 Februari 2019. Acara dihadiri sekitar 2.000 hadirin yang terdiri dari pengurus, kader, dan simpatisan PSI.

Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia, Grace Natalie
Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia, Grace Natalie (kompas.com)

Grace Natalie ungkap fenomena intolerasi yang merebak di masyarakat:

  • Pembiaran penyerangan atas kelompok yang berbeda keyakinan
  • Penutupan tempat ibadah
  • Meluasnya ceramah kebencian

Baca: Gubernur Jambi Pengganti Zumi Zola Dilantik Besok, Ini Kabar Terkini Sherrin Tharia Istri Zumi Zola

Baca: Polda Jambi Gelar Seminar Say No To Hoax & Cyber Crime, Dihadiri Relawan Capres-Cawapres

Baca: Residivis Teroris Ditangkap Densus 88 Saat Akan ke Suriah Lewat Iran

“Pembiaran penyerangan atas kelompok yang berbeda keyakinan, penutupan tempat ibadah, meluasnya ceramah kebencian, lama-lama menjadi sesuatu yang kita anggap biasa," ujar Grace melalui keterangan tertulisnya, Senin (11/2/2019).

"Inilah fenomena berbahaya yang disebut aktivis peneliti perempuan Sandra Hamid sebagai normalisasi intoleransi,” kata Grace saat berpidato politiknya yang berjudul 'Musuh Utama Persatuan Indonesia'.

Grace kemudian menjelaskan bahwa gejala normalisasi intoleransi adalah ketika masyarakat semakin menganggap intoleransi sebagai sesuatu yang normal.

“Gejala normalisasi intoleransi adalah ketika masyarakat semakin menganggap intoleransi sebagai sesuatu yang normal akibat meluasnya kampanye kultural yang mengajak orang hanya berpikir secara biner: hitam – putih. Kaum kita – musuh kita,” tutur Grace.

Di tengah gelombang normalisasi intoleransi yang semakin besar ini, Grace menegaskan, PSI tidak akan diam.

PSI akan melawan segala bentuk ancaman bagi persatuan masyarakat Indonesia karena sesuai dengan perjuangan pokok PSI yaitu melawan intoleransi.

Baca: Pria Ini Edarkan Sabu untuk Pekerja Perusahaan, Juga Sediakan Warung untuk Tempat Langsung Konsumsi

Baca: Ani Yudhoyono Harus Diopname di Singapura, Hingga Saat Ini Belum Diketahui Penyakitnya

Baca: Kunjungi Batanghari, Ini yang Disampaikan Danrem tentang Program Pencegahan Karhutla di Jambi

Grace menegaskan bahwa fenomena normalisasi intoleransi yang membahayakan inilah yang akan menjadi prioritas pertama yang harus PSI selesaikan, yaitu melawan segala bentuk ancaman bagi persatuan masyarakat.

Di Yogyakarta

Grace Natalie mengkhawatirkan munculnya kelompok intoleran yang mencoba merusak ketenangan kota Yogyakarta.

Ketua Umum PSI itu mengatakan, intoleran tidak hanya mengancam orang yang masih hidup. Yang sudah mati pun terancam.

"Yogyakarta, kota yang digambarkan sebagai kota yang menyimpan identitas Indonesia dalam bentuk kesenian, tradisi dan kuliner nusantara, kini sudah mulai terancam oleh kaum intoleran," kata Grace dalam pidato politik berjudul "Musuh Utama Persatuan Indonesia", di Festival 11 Yogyakarta di Graha Pradipta Jogja Expo Center, Senin (11/2/2019).

Dalam acara yang dihadiri oleh sekitar 2.000 orang terdiri dari pengurus, kader, dan simpatisan PSI, Grace memaparkan beberapa kejadian intoleransi yang belakangan ini terjadi di Yogyakarta.

"Pertengahan Desember lalu, sebuah nisan kayu salib dipotong di Kotagede, Yogyakarta, dan prosesi doa kematian gagal dilakukan karena mendapat penolakan massa," kata mantan presenter TV berita tersebut.

Kejadian itu telah menandakan bahwa intoleransi tidak hanya mengancam orang yang masih hidup, bahkan yang sudah matipun juga menjadi sasaran.

"Kelompok intoleran juga menyasar upacara adat. Oktober tahun lalu, upacara `Sedekah Laut` sebagai ekspresi rasa syukur, yang dilaksanakan nelayan Pantai Baron dan Kukup di Tanjungsari, Gunungkidul, diserang dan diteror sekelompok orang yang menganggap upacara adat itu sesat," kata Grace.

Baca: Gubernur Jambi Pengganti Zumi Zola Dilantik Besok, Ini Kabar Terkini Sherrin Tharia Istri Zumi Zola

Baca: Polda Jambi Gelar Seminar Say No To Hoax & Cyber Crime, Dihadiri Relawan Capres-Cawapres

Baca: Residivis Teroris Ditangkap Densus 88 Saat Akan ke Suriah Lewat Iran

Kejadian itu, tambah dia, telah mencerminkan bahwa kelompok adat juga kini telah menjadi sasaran kebencian sampai mereka dituduh sesat, persekusi dan mengalami diskriminasi sosial.

Kejadian intoleran lain adalah teror yang terjadi di Gereja Santo Lidwina Bedog di Sleman.

Ditemukan seorang pemuda dengan samurai yang menghancurkan isi Gereja, melukai pastor dan jemaat yang sedang khusyuk beribadah.

Grace menyampaikan kejadian-kejadian itulah yang sedang mencerminkan persoalan besar Indonesia.

"PSI sesuai dengan perjuangan pokoknya yaitu melawan intoleransi akan memprioritaskan masalah ini."

"PSI akan menjadi sayap politik kaum nasionalis, kaum moderat, yang ingin mengembalikan toleransi di negeri ini," ucapnya. (Antara)

TONTON VIDEO: Viral Video Detik-detik Panggung Pelaminan Roboh hingga Pengantin Jatuh ke Kali

IKUTI INSTAGRAM KAMI: TER-UPDATE TENTANG JAMBI

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Grace Natalie Kecam Pembiaran Intoleransi

dan di Wartakotalive dengan judul Grace Natalie: Orang yang Sudah Mati Pun Menjadi Sasaran.Intoleransi

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved