Danjen Kopassus Tiba-tiba Telan Telur Ular Sanca, Calon Kopassus Terkejut Lihat Aksi Kolonel Moeng
Moeng merupakan Danjen Kopassus legendaris. Hal yang bikin muridnya selalu ingat, di antaranya saat menelan telur ular Sanca.
Dalam suatu latihan survival, siswa komando berhasil menangkap ular sanca.
Setelah dikuliti, ternyata terdapat sekira 20 telur di dalam perut ular sanca itu.
Telur sanca berbentuk untaian seperti batang rokok berderet memanjang itu masih terbungkus balutan lemak yang tebal.
Kolonel Moeng lalu mengambil enam untaian telur sanca dan lemaknya, lalu menelannya mentah-mentah dalam sekejap.
Semua siswa komando dan para instrukturnya hanya bisa terbelalak melihat ‘keganasan’ Kolonel Moeng saat menelan untaian telur sanca.
Para siswa dan pelatih hanya bisa menjawab, ‘Siap...!’, ketika diperintahkan untuk menelan telur-telur sanca yang masih terbalut lemak dengan cara seperti dilakukan oleh Kolonel Moeng.
Tulisan ini bersumber dari Intisarionline, Sumber: Sintong Panjaitan Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando, Hendro Subroto, Penerbit Buku Kompas, 2009
Murid Kolonel Moeng
Letnan Jenderal TNI (Purn) Sintong Hamonangan Panjaitan atau biasa dirujuk Sintong Panjaitan, lahir di Sumatera Utara, 4 September 1940.
Minat Sintong pada bidang militer muncul saat berumur tujuh tahun, saat rumahnya kerap terkena bom P-51 Mustang Angkatan Udara Kerajaan Belanda. Itu membuatnya ingin masuk angkatan udara.
Sintong merupakan TNI lulusan Akademi Militer Nasional (kini Akademi Militer) tahun 1963.
Kariernya di militer:
- Penasihat Militer Presiden BJ Habibie
- Sesdalopbang (Sekretaris Pengendalian Operasional Pembangunan)
- Pangdam IX/Udayana
- Danjen Kopassus
- Sintong Pandjaitan menerima 20 perintah operasi/penugasan di dalam dan luar negeri selama karier militernya. Dia tersandung lantaran peristiwa Santa CruZ di Dili.
Pada 1969, Sintong dikutsertakan dalam upaya membujuk kepala-kepala suku di Irian Baratuntuk memilih bergabung bersama Indonesia dalam Penentu an Pendapat Rakyat.
Berbagai prestasi Sintong di kesatuan khusus TNI-AD mengantarkannya ke kursi Komandan Kopassandha periode 1985-1987, menggantikan Brigjen Wismoyo Arismunandar.
Saat berpangkat letnan kolonel, Sintong Panjaitan memimpin Grup-1 Para Komando. Grup ini diterjunkan dalam operasi pembebasan kontra terorisme, dalam peristiwa pembebasan sandera pembajakan pesawat Garuda DC-9 Woyla, 31 Maret 1981.
