Dukun PKI yang Disergap oleh Kopassus, Ngaku Kebal Senjata Namun 'Keok' dari Serbuan Baret Merah
Kala masa perburuan anggota PKI atas tindakan keji mereka (PKI) terhadap 7 jenderal TNI. Terus dilakukan anggota TNI saat itu
Penulis: Andreas Eko Prasetyo | Editor: Andreas Eko Prasetyo
Namun, karena membuka praktik dukun, dia langsung dipecat.
Dia juga diketahui memiliki nama Pendito Gunung Kedheng.
Dia kerap melakukan kegiatan klenik dan menganut ajaran Djawa Dipa.
Lama kelamaan, TNI meyakini pendopo ini telah disusupi PKI.
Baca Juga:
Adik Vanessa Angel yang Masih Sekolah Kena Dampaknya, Uya Kuya: Jangan Kait-kaitkan
VIDEO: Gelombang Pasang Rusak Kawasan Konservasi Penyu Mampie Polman
90 Persen yang Lolos CPNS di Muarojambi, Penyerahan Berkas Terakhir 25 Januari
Gara-gara Video Viral Joki Drag Jesika Amelia Belbi Terjerumus, Ini yang Dilakukan Polisi Kemudian
Banyak yang Belum Tahu, WhatsApp Kini Batasi Teruskan Pesan 5 Kali Sehari, ini Fakta Selengkapnya
Berbagai upaya dilakukan agar warga tak melakukan tindakan yang bisa menyebabkan tindakan represif, namun hal itu tak ditanggapi.
Malah, kelompok ini membentuk pertahanan diri dengan kekuatan 200 orang laki-laki yang disebut Banteng Wulung dan 30 perempuan yang dinamakan Banteng Sarinah.
Mereka mengenakan seragam serba hitam dengan tanda kesatuan berwarna putih atau hijau di lengan kanan.
Karena berbagai upaya persuasif dianggap tidak berhasil, alhasil Pangdam VII/Diponegoro memerintahkan pasukan TNI menyerbu pedepokan tersebut.
Operasi ini dipimpin Mayor Sumardi dengan berkekuatan Yon 408, Yon 409, Yon 410, serta satu kompi RPKAD (sekarang Kopassus) di bawah pimpinan Letnan Feisal Tanjung.

Penyerbuan segera dilaksanakan, kedua pihak terlibat baku tembak dan perkelahian jarak dekat.
3 Anggota RPKAD gugur dalam penyerbuan itu, sedang kelompok Mbah Suro lebih dari 70 orang tewas.
Kondisi ini membuat Mbah Suro memilih menyerahkan diri.
Jimat dicopot
Oleh pasukan RPKAD, Mbah Suro dipertemukan dengan Letnan Feisal.
Sebelum saling berhadapan, pasukan sempat mencopot semua jimat dan menelanjanginya.
Saat pertemuan berlangsung, Mbah Suro hanya mengenakan sarung.