Orang-orang yang Pernah 'Menempeleng' Soeharto,
Pernahkah mendengar kabar Soehato ditempeleng? Ini mungkin kabar yang jarang diketahui orang.
Soeharto dianggap telah menggunakan institusi militernya untuk mengumpulkan uang dari perusahaan-perusahaan di Jawa Tengah.

“Sebagai Penguasa Perang, saya merasa ada wewenang mengambil keputusan darurat untuk kepentingan rakyat, ialah dengan barter gula dengan beras. Saya tugasi Bob Hasan melaksanakan barter ke Singapura, dengan catatan beras harus datang lebih dahulu ke Semarang,” demikian pengakuan Soeharto dalam Pikiran Ucapan dan Tindakan Saya (1989).
Namun, saat itu Soeharto diselamatkan Mayjend Gatot Subroto.
Baca: Peristiwa 1958, Cuaca Ambon Makin Buruk, Pesawat Terguncang Hebat, RPKAD Lawan Teman Sendiri
Baca: Istri Sendiri Tak Tahu Suaminya Anggota Satuan Rahasia Kopassus, Membedah Isi Sat-81
Baca: Pembebasan Sandera MV Sinar Kudus Oleh Kopassus, Denjaka dan Kopaska Melejitkan Letjen Doni Monardo
Menurut Gatot, Soeharto masih bisa dibina. Akhirnya Soeharto pun disekolah di Seskoad di Bandung.
Akhir hayat Jenderal Nasution menyedihkan
Nasib Jenderal AH Nasution dan Jenderal Ahmad Yani berbeda saat terjadi peristiwa penculikan jenderal Angkatan Darat, 30 September 1965.
Ahmad Yani tewas, sementara AH Nasution berhasil melarikan diri.
Namun Jenderal Nasution harus kehilangan putrinya, Ade Irma Suryani.
Nasution masih hidup hingga 2000.
Selepas menjadi Ketua MPRS dan melantik Soeharto sebagai presiden ke-2 RI, kariernya meredup.
Di Orde Baru, Nasution nyaris tak kebagian peran mengurus negara. Yang terjadi malah ia dicekal orde baru.
Nasution juga tidak boleh muncul dalam acara kenegaraan, dimana ada Presiden Soeharto.
Bahkan, sampai urusan mobil Holden Priemer tua lungsuran dari Hankam yang dipakai Nasution sehari-hari, ikut ditarik dari kediamannya.
Sebuah cerita di penghujung hayatnya malah membuat banyak orang bersedih.
Kabarnya, dia tak mewariskan kekayaan materi pada keluarganya, kecuali kekayaan pengalaman perjuangan dan idealisme.