Ketika Kopassus Terpaksa Minum 'Air Aneh', Kaget Begitu Tau Asalnya Hingga Miliki Cara Cerdik
Kopassus merupakan satuan khusus TNI yang hebat dan ceritanya membuat kagum siapa saja yang mendengarnya.
Ketika Kopassus Terpaksa Minum 'Air Aneh', Kaget Begitu Tau Asalnya Hingga Miliki Cara Cerdik
TRIBUNJAMBI.COM - Kopassus merupakan satuan khusus TNI yang hebat dan ceritanya membuat kagum siapa saja yang mendengarnya.
Apalagi kisah Kopassus saat berada di Sudan saat Terpaksa minum air aneh demi kemanusiaan.
Selain ahli pertempuran, Kopassus ternyata juga pandai mengambil simpati masyarakat. Ini merupakan satu di antara strategi yang dipelajari dalam latihan.
Selain dilatih untuk ganas di medan perang, pasukan khusus ini juga dikenal jago mengambil hati masyarakat di mana pun ditugaskan. Itu dilakukan saat ditugaskan sebagai pasukan perdamaian di negeri-negeri yang sedang dilanda konflik.
Satu di antara kisah tersebut diceritakan Mayor Umar, perwira Kopassus yang ditugaskan di Sudan pada 2006.
Baca: Apakah Maia Estianty Percaya yang Diterima saat Ini Karma? Beri Jawaban Sindiran Halus Bijaksana
Baca: Kabar Gembira, Harga BBM Non Subdisi Mulai Hari Ini Turun, Segini Besarannya
Tentang Kopassus:
Pendirian aktif: 16 April-sekarang
TNI: Angkatan Darat
Tipe: Pasukan Khusus
Kemampuan spesialisasi: Anti-gerilya, operasi pengintaian khusus, peperangan unkonvensional, intelijen sabotase, anti-teror
Jumlah personel: dirahasiakan
Grup: terbagi 5 grup dengan spesialisasi masing-masing
Nukilan dari Buku Kopassus untuk Indonesia karya Iwan Santosa dan EA Natanegara, mengisahkan saat itu Mayor Umar ditugaskan di Sudan.
Sudan merupakan negara yang dilanda perang saudara berkepanjangan.

Negeri ini hancur karena perang saudara dan keamanan menjadi satu di antara permasalahan.Hampir setiap hari terjadi kekerasan, pemerkosaan dan pembunuhan.
Baca: Siapa Sebenarnya Selingkuhan Brigpol Dewi? Inilah Dia Sosok Pacar yang Dapat Video Brigpol Dewi
Baca: Cara Whatsapp Sadap Chattingan Pasanganmu Tanpa Ketahuan, Bisa Balas Pesan Juga Loh
Baca: Ratu Tisha Kembali Dipanggil Satgas Antimafia Bola Dugaan Kasus Pengaturan Skor Sopak Bola
Baca: Identitas Kompol Fiktif yang Memperdaya Brigpol Dewi Terungkap, Cara Minta Video Syur Halus
Rakyat merasa khawatir dan terancam keselamatannya saat pergi keluar rumah.
Mereka memilih untuk berada di dalam rumah dan tak beraktifitas di luar karena ancaman kekerasan sewaktu-waktu bisa terjadi.
Akibatnya, sekedar butuh kayu bakar untuk memasak pun tak ada yang berani mencarinya ke pinggiran hutan.
Umar pun pernah satu kali menyambangi rumah warga, Sudan yang warganya mayoritas muslim memang mudah didekati oleh orang Indonesia yang mayoritas muslim.
Kunjungan tersebut disambut dengan tangan terbuka oleh masyarakat Sudan.
Namun karena tak memiliki apapun untuk disuguhkan, warga mengambil air minum yang disuguhkan untuk Umar.
Saat melihat kondisi airnya, Umar kaget, warnanya keruh dan yang membuatnya kaget air tersebut diambil dari wadah yang sama untuk memberi minum kuda.
Di negeri yang berada di benua Afrika dan sedang bertikai air menjadi satu diantara sumber daya yang susah untuk dicari.
Saking ingin menghormati tamunya, warga memberikan satu-satunya hal berharga yang mereka miliki, yakni air.
Karena tak ingin mengecewakan tuan rumah, sambil menahan nafas ia pun terpaksa meminumnya.
Tapi di kali berikutnya, dia punya trik agar terhindar dari penghormatan yang amat berisiko menimbulkan sakit perut tersebut.
Baca: Kisah Kolonel Abunjani Sisihkan Uang untuk Sewa Pesawat Catalina (RI 05), Jembatan Yogyakarta-Jambi
Baca: VIDEO: Harga BBM Non Subsidi Turun Mulai 5/1/2019, Ini Daftar Harga Terbaru
Baca: Berikut Daftar 3 Selingkuhan Brigpol Dewi yang Ternyata Bukan Orang Biasa, Ada yang Diluar Dugaan.
Belajar dari pengalaman tersebut Umar pun kemudian mempunyai trik untuk menolak secara halus setiap kali Ia berkunjung ke rumah warga dan disuguhi hal yang serupa.
Setiap kali disuguhi air minum seperti ini akhirnya Umar menolaknya dengan mengaku sedang berpuasa.

30 prajurit Kopassus vs 3.000 orang pemberontak
Kopassus sebagai unsur TNI pernah menjalankan misi yang dianggap mustahil oleh seluruh angkatan bersenjata di dunia.
Kejadiannya berawal pada 1962 di negara Kongo yang waktu itu sedang bergejolak. TNI kembali diminta oleh United Nations/Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk kembali mengirim pasukan perdamaian ke Kongo.
Di bawah pimpinan Letjen TNI Kemal Idris, pasukan perdamaian indonesia tersebut diberi nama Kontingen Garuda III (Konga III) yang anggotanya diambil dari Batalyon 531 Raiders, satuan-satuan Kodam II Bukit Barisan, Batalyon Kavaleri 7, dan unsur tempur lainnya termasuk Kopassus yang waktu itu masih bernama Resimen Pasukan Komando Angkatan Darat ( RPKAD).
Konga III berangkat dengan pesawat pada bulan Desember 1962 dan akan bertugas di Albertville, Kongo selama delapan bulan di bawah naungan UNOC (United Nations Operation in the Congo).
Daerah yang menjadi medan operasi pasukan Garuda terkenal sangat berbahaya karena di situ terdapat kelompok-kelompok milisi atau pemberontak pimpinan Moises Tsommbe yang berusaha untuk merebut daerah tersebut karena kaya akan sumber daya mineral.
Kopassus Garuda 3 di tahun 1961 sebelum melakukan aksi heroik di Kongo
Baca: Siapa Sebenarnya Selingkuhan Brigpol Dewi? Inilah Dia Sosok Pacar yang Dapat Video Brigpol Dewi
Baca: Cara Whatsapp Sadap Chattingan Pasanganmu Tanpa Ketahuan, Bisa Balas Pesan Juga Loh
Baca: Identitas 3 Orang Selingkuhan Brigpol Dewi, dari Perwira hingga Napi di Lapas Digasak
Hubungan interaksi antara pasukan Konga III dengan pasukan perdamaian negara lain terjalin sangat erat, mereka terdiri dari pasukan perdamaian Filipina, India dan bahkan dari Malaysia yang pada tahun 1962 Indonesia sedang gencar-gencarnya menyerukan konfrontasi Ganyang Malaysia dikobarkan, tapi di bawah bendera PBB sikap tersebut hilang karena profesionalitas personel Konga III.
Kontingen pasukan perdamaian India merupakan yang terbesar dan terbanyak jumlahnya di UNOC dan terorganisir dengan baik, sedangkan pasukan Garuda hanya berkekuatan kecil akan tetapi mampu melakukan taktik perang gerilya dengan baik.
Bukan hanya soal perang melulu, Konga III juga mengajarkan masyarakat setempat untuk mengolah berbagai macam tumbuhan yang berada di sekitar mereka untuk dijadikan makanan, seperti cara mengolah daun singkong sehingga enak dimakan.
Suatu hari terjadi serangan mendadak di markas Konga III yang dilakukan oleh para pemberontak yang diperkirakan berkekuatan 2000 orang. Markas Konga III dikepung oleh para pemberontak tersebut.
Tembak menembak terjadi dari jam 24.00 malam hingga dini hari, tidak ada pasukan Garuda yang meninggal pada kejadian itu hanya beberapa luka ringan dan segera ditangani oleh tim medis sedangkan para pemberontak setelah melakukan serangan itu langsung mundur ke wilayah gurun pasir yang gersang.
Pasukan Kopassus Garuda 3 sebelum berangkat menuju misi mustahil mengejar pemberontak di Kongo
Tak mau berdiam diri saja seluruh pasukan perdamaian di Kongo dari semua negara peserta langsung melakukan rapat koordinasi untuk melakukan pengejaran terhadap gerombolan pemberontak, hasilnya dibentuk tim berkekuatan 30 orang yang berasal dari RPKAD/Koppasus untuk melakukan pengejaran hingga ke markas pemberontak sekalipun.
Raut wajah bersemangat tinggi berkobar di tiap-tiap personel prajurit RPKAD yang terpilih untuk melakukan pengejaran itu, iringan doa dari semua pasukan perdamaian menyertai ke 30 prajurit itu karena mereka akan berada di wilayah yang disebut "no man’s land" alias wilayah tak bertuan yang merupakan daerah terlarang bagi pasukan PBB karena di kawasan itu pasukan dari india pernah ditembaki sampai habis tak bersisa.
Baca: Pesta Gol di Laga Tranmere Rovers Vs Tottenham Hotspur, Ini Penyebab Skor 0-7
Baca: Ini Identitas Terduga Viral Hoax 7 Kontainer Surat Suara Tercoblos, Begini Kondisi Andi Arief
Baca: Video Brigpol Dewi Berdurasi 11 Menit, Ternyata Direkam di Hotel Dalam Posisi
Ke 30 pasukan RPKAD yang menyusup ke sarang pemberontak itu dipimpin oleh seorang kapten dan 5 orang letnan, mereka menyamar layaknya penduduk setempat, badan dan wajah digosok arang sehingga hitam menyerupai kulit penduduk setempat, ada juga personel yang berpakaian layaknya wanita membawa bakul sayuran.
Menurut informasi, para pemberontak berkekuatan 3000 orang bersenjata lengkap termasuk kendaraan lapis baja, ke 30 personel RPKAD itu juga mendengar informasi bahwa penduduk setempat termasuk pemberontak sangat takut dengan apa yang dinamakan Hantu Putih yaitu sosok berpakaian putih berbau bawang putih, nah hal ini dimanfaatkan oleh para personel RPKAD dengan mengubah penampilan pemyamaran mereka dengan menggunakan jubah putih yang mengembang apabila ditiup angin.
Pasukan Kopassus sekarang termasuk sebagai salah satu pasukan yang paling disegani di dunia
Isyarat serangan pun diberikan oleh komandan pada saat waktu menunjukkan jam 24.00 malam, dengan sangat cepat para personel RPKAD yang menyerang menggunakan kapal yang dicat hitam-hitam menyerang melintasi danau Tanganyika yang tidak berada jauh dari "no man’s land".
Ke 30 personel RPKAD yang sudah menyamar menjadi "Hantu Putih" ini atau yang dikenal oleh masyarakat setempat Spiritesses berhamburan keluar dari kapal dan langsung menyerang para pemberontak.
Pemberontak yang kaget dan memercayai jika yang dihadapi mereka adalah hantu langsung hilang semangat dan ketakutan kocar-kacir, bahkan ada seorang pemberontak yang sedang membakar ayam karena kaget langsung melempar ayam bakarnya dan mengenai salah satu anggota RPKAD.
Selang 30 menit markas pemberontak sekaligus keluarga mereka menyerah dan dapat dikuasai, puluhan anggota pemberontak tewas dan di pihak RPKAD hanya satu orang yang cedera terkena pecahan proyektil granat, hasil ini langsung diinformasikan yang selanjutnya kontingen pasukan perdamaian yang lain datang untuk mengamankan daerah tersebut.
Sejak saat itu anggota Kontingen Garuda III dikenal oleh orang-orang Kongo dengan julukan Les Spiritesses/Hantu Putih, bisa dibayangkan hanya berkekuatan 30 orang berhasil menawan 3000 orang pemberontak bersenjata lengkap, 30 vs 3000!
Hasil gilang gemilang ini bahkan mendapat pujian dari komandan UNOC letnan Kadebe Ngeso dari Ethopia, ia mengatakan bangga dengan dan takjub atas keberhasilan ke 30 anggota RPKAD Kontingen Garuda III dalam misi yang dianggap mustahil itu.
Baca: Kebijakan Bagasi Lion Air dan Wings Air Cuma-cuma 20 Kg Dicabut, Bawa Lebih dari 7 Kg Kena Tarif
Baca: Daftar Nama 6 Panelis Debat Pilpres 2019, Tema yang Diangkat Hukum, HAM, Korupsi dan Terorisme
Sampai sekarang misi yang dilakukan oleh ke 30 anggota RPKAD itu masih menjadi legenda di Misi Pasukan Perdamaian PBB seluruh dunia.
Kisah-kisah Kopassus dapat dibaca di Tribunjambi.com.