Kodam XVII Cendrawasih Beberkan Ada KKB di Nduga 'Bersembunyi' jadi Masyarakat Sipil Hingga PNS
Dia menjelaskan, anggota KKB bisa "bersembunyi" dengan baik sebagai masyarakat sipil, PNS.
Kodam XVII Cendrawasih Ungkap Adanya KKB yang 'Bersembunyi' Sebagai Masyarakat Sipil Hingga PNS
TRIBUNJAMBI.COM - Kodam XVII Cenderawasih mengungkapkan tidak ada masyarakat sipil yang tertembak di Nduga, yang ada melainkan Kelompok Kriminal Bersenjata ( KKB) yang terlibat kontak senjata dengan aparat TNI dan Polri.
Kapendam XVII/Cendrawasih Kolonel Inf. M Aidi mengungkapkan saat proses evakusi korban PT Istaka Karya dan langkah penegakan hukum di wilayah Kabupaten Nduga, memang terjadi kontak senjata antara aparat dengan anggota KKB.
"Jika ditemukan mayat saat itu bisa saja jenazah tersebut adalah bagian kelompok separatis. Itu terjadi ketika kelompok ini menyerang anggota kita yang melakukan upaya evakuasi dan penegakan hukum terhadap perbuatan kelompok kriminal separatis bersenjata,” kata M Aidi kepada wartawan di ruang kerjanya, Rabu (26/12/2018).
Dia menjelaskan, anggota KKB bisa "bersembunyi" dengan baik sebagai masyarakat sipil, PNS, ataupun anggota DPRD hingga pemerhati HAM. Hal itu menurutnya, membuat aparat kesulitan mendeteksi mereka jika sudah membaur dengan masyarakat sipil.
Baca: Ponsel Tersangka Penembak Perwira TNI Dibuka, Pelaku Terancam Dipecat dan 15 Tahun Penjara
Baca: Daftar 6 Nama Calon Moderator Debat Capres Cawapres pada Pemilu 2019, Ini Latar Belakangnya
Baca: Postingan Super Pedas untuk Opick dari Dian Rositaningrum, di Balik Harta Gono Gini dan Hak Asuh
Baca: Hasil & Klasemen Liga Inggris Pekan 19 (26-27/12) - Liverpool, Manchester United & Tottenham Menang
“Apalagi sekitar 70 persen warga masyarakat di Kabupaten Nduga tidak memiliki data kependudukan, baik KTP maupun identitas lainnya,” tukasnya.
Akibat susahnya mengenali mereka, kata Kapendam M Aidi, kalau ada yang menjadi korban, pihak TNI maupun Polri tidak bisa mengindentifikasi apakah yang bersangkutan murni masyarakat sipil ataupun bukan.
Pada kesempatan yang sama Kapendam M Aidi menyatakan sejauh ini TNI ataupun Polri tidak pernah melakukan penyerangan lebih dulu. Sebaliknya, pasukan tim gabungan mendapat serangan baik saat di Pos maupun saat evakuasi para korban.
“Jikapun ada serangan maka tentu akan ada perlawanan, hingga terjadi kontak tembak. Nah kalau saat kontak tembak ada yang jatuh, bisa disimpulkan itu bagian yang terlibat dari kontak tembak ini,” katanya.
Kapendam mengingatkan kembali bahwa ada juga anggota TNI gugur, luka-luka,termasuk aparat Brimob saat kontak tembak di Mbua dari jam 05.00 pagi sampai pukul 21.00 malam.
Baca: Ramalan Zodiak Kamis (27/12) - Hari Penting Aries, Kesehatan Leo Terganggu Karena Terlalu Sibuk
Baca: Prabowo Sebut Miskin, Fakta Rwanda yang Tulisan Visit Rwanda di Jersey Arsenal, Yakin Miskin?
Baca: Tahun Baru 2019 Bakal Jadi yang Terbaik dan Terburuk Bagi 3 Zodiak Ini, Kamu Termasuk?
Baca: 5 Pendiri Tulis Surat Terbuka, PAN Pertanyakan Motifnya - Sepak Terjang Amien Rais di Peta Politik
“TNI dan Polri tidak teriak-teriak dikasihani sebab itu risiko prajurit,” kata Kapendam.
Aktivitas warga berjalan normal
Terkait aktivitas masyarakat di Mbua saat ini, Kapendam mengaku sudah berjalan normal. Pada 24 Desember lalu, lanjut Kapendam, TNI-Polri merayakan Natal bersama masyarakat di Mbua.
“Artinya kehadiran TNI Polri disana bukan menghalangi orang ibadah tapi justru ikut membantu," katanya.
Sementara di Yigi sebagain besar masyarakat masih mengungsi ke Mbua dan ke hutan, itupun hanya sebagian, lantaran masyrakat masih mendengar adanya bunyi tembakan dari hutan ke kampung terutama malam hari.
Meski demikian, TNI-Polri yang ada di Yigi memberi himbauan dan pemahaman kepada masyarakat, bahwasanya kehadiran TNI-Polri di sana bukan untuk mengganggu masyarakat, tapi mencari pelaku pembantaian.
“Kehadiran aparat di sana murni untuk kepentingan masyarakat, yakni menjaga mereka untuk tak mendapat teror atau intimidasi dari kelompok ini,” pungkasnya.
Tak Ada Bom, Tapi Granat
Baca: Hasil Liga Inggris - Liverpool Resmi Juara Paruh Musim Setelah Tumbangkan Newcastel 4-0
Baca: Hasil Liga Italia - Juventus Susah Payah Tahan Atalanta, Cristiano Ronaldo Bak Pahlawan
Baca: Langkah Mudah Bikin Best Nine 2018 Instagram, Cukup 3 Kali Klik Beres Deh!
Kodam XVII/Cendrawasih mengungkapkan bahan peledak yang diklaim Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) sebagai bom fosfor pada saat penanganan hukum di Kabupaten Nduga, tidak benar.
Sebab, aparat keamanan hanya merupakan senjata peledak standar atau granat asap.
Kapendam XVII/Cenderawasih Kolonel Inf M. Aidi didampingi Kepala Perlengkapan, Kolonel CPL Dwi Soemartono, Rabu (26/12/2018) siang menjelaskan, tuduhan bom yang dimaksudkan oleh kelompok separatis adalah amunisi standar.
Aidi menjelaskan, senjata standar khusus berupa granat asap berfungsi sebagai alat isyarat darat atau darat ke udara, penanda zona sasaran atau pendaratan, atau penyembunyi pergerakan tentara.
"Di sini saya klarifikasi bahwa yang mereka bilang bom itu ya ini barangnya, ini namanya granat asap bukan bom," kata Aidi sambil menunjukkan gambar dan artikel yang disebarkan oleh Human Right West Papua soal tudingan penggunaan bom.
Dengan menyebarkan foto dan nama amunisi yang berbeda, menurut Aidi, kelompok separatis tidak bisa membedakan mana granat, petasan, mana bom.
“Kami sangat memaklumi karena mungkin mereka tidak berpendidikan mengenai hal ini," kata Aidi.
Lebih detail terkait amunisi standar itu, Kolonel CPL Dwi Soemartono menjelaskan, yang diklaim sebagai bom fosfor tersebut sebetulnya adalah amunisi berjenis GT-6 AS buatan Pindad.
Dwi mengatakan, granat tangan asap berbahan selongsong alumunium dan tidak mengandung bahan peledak mematikan.
Dikatakannya, fungsinya sendiri hanya untuk tabir dengan isian bioteknik berupa bahan kimia yang bereaksi saat pin atau penggalak dibuka maka pereaksi dengan udara akan mengeluarkan asap.
Baca: Gunung Anak Krakatau Masih Beraktivitas, Video Pantauan Terbaru Erupsi dari Kapal TNI AL
Baca: Hoegeng Bikin Kecut Gembong Judi dan Penyelundup, di Medan Nyaris Kena Serempet Peluru
"Ini otomatis karena sifat kimianya seperti itu, jadi begitu buka langsung bereksi dengan udara dengan durasi nyala 2-5 detik dan lama asap kurang lebih 25 detik," jelas Dwi.
Selanjutnya, amunisi lainnya yang juga merupakan buatan Amerika, amunisi tersebut biasanya juga digunakan Satgas Pamtas saat Rik Siap Ops.
Amunisi in digunakan dengan jarak tembak maksimum 400 meter dengan sudut 45 derajat.
"Nah semua ini masuk dalam kategori senjata standar khusus yang digunakan oleh semua pasukan infanteri standar paling rendah, jadi kalau gunakan ini legal karena seluruh dunia gunakan ini," katanya.(*)