Tsunami Banten dan Lampung

Kesaksian Nelayan di Lampung Lihat Tsunami Setinggi 15 Meter, Lihat Ini di Puncak Anak Krakatau

Gelombang tsunami setinggi 15 meter itu menerjang tiga desa yakni, Sukaraja, Kunjir dan Way Muli.

Editor: Nani Rachmaini
Tribunnews/Jeprima
Foto udara suasana desa Sambolo setelah diterjang Tsunami Selat Sunda Pandeglang, Banten, Senin (24/12/2018). Sejumlah bangunan tampak porak poranda setelah diterjang Tsunami Selat Sunda. 

Kesaksian Nelayan di Lampung Lihat Tsunami Setinggi 15 Meter, Lihat Ini di Puncak Anak Krakatau

TRIBUNJAMBI.COM - Seorang nelayan dari Pantai Kunjir, Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan, mengaku menyaksikan gelombang tsunami setinggi 15 meter.

Gelombang tsunami setinggi 15 meter itu menerjang tiga desa yakni, Sukaraja, Kunjir dan Way Muli.

Dikutip dari Antara News, Kamis (27/12) nelayan bernama Jumani (38) kemudian menceritakan detik-detik ia melihat gelombang tsunami setinggi 15 meter.

"Tiang listrik yang ada di pinggir jalan tertutup dengan gelombang laut. Diperkirakan ketinggian mencapai 15 meter," katanya.

Baca: Prabowo Dipanggil Soeharto Saat Sedang Operasi Militer Penting, Dibekali Jimat Berisi Tiga Hal Ini

Baca: Elizabeth Bathory, Bangsawan Pemotong 600-an Perawan Demi Awet Muda, Isi Kastilnya Mengerikan

Baca: Ibu Kristen Taat, Chicha Koeswoyo Mualaf Gara-gara Kehilangan Remote, Reaksi Ibunya Bikin Nangis

Asli sapaa akrab Jumani melanjutkan, 30 menit sebelum kejadian, ia bersama tiga rekannya sedang memancing menggunakan perahu di tengah laut perairan Kunjir.

Sekonyong-konyong ia melihat dengan jelas semburan dari puncak Gunung Anak Krakatau.

Semburan Anak Krakatau disertai api sebanyak tiga kali.

Usai itu, Anak Krakatau berhenti erupsi dan tidak mengeluarkan aktivitas seperti biasanya.

Baca: Ibu Kristen Taat, Chicha Koeswoyo Mualaf Gara-gara Kehilangan Remote, Reaksi Ibunya Bikin Nangis

Namun lima menit kemudian gelombang air datang.

"Sekitar lima menit berhenti, kemudian datang gelombang air dari arah barat dengan ketinggian 15 meter."

"Saya kemudian langsung teriak memberi isyarat kepada warga bahwa ada tsunami."

"Saya tahu teriakan saya pasti tidak terdengar, tapi saya berupaya ada yang mendengar," kata Jumani.

Selanjutnya tsunami menyapu kawasan bibir pantai sebanyak tiga kali dengan ketinggian gelombang amat dahsyat.

Sesudah gelombang pertama menerjang, air laut surut sedalam 7 meter.

Baca: Elizabeth Bathory, Bangsawan Pemotong 600-an Perawan Demi Awet Muda, Isi Kastilnya Mengerikan

Lantas gelombang kedua tsunami kembali menyapu bibir pantai dengan ketinggian lebih tinggi dari yang pertama.

"Saat saya berada di tengah air surut sampai 7 meter, kemudian keluar air dari karang."

"Tapi untuk kedua dan ketiga kalinya ini gelombang laut menyapu dari arah tengah tempat surutnya air itu."

"Saya dari tengah laut dekat Gunung Rajabasa tidak kelihatan saking tingginya (gelombang air)," lanjut Jumani.

Jumani memperkirakan kejadian tsunami hanya berlangsung 30 menit.

Saat tsunami menerjang daratan, Jumani bersama rekan-rekannya sedang berada di tengah laut pukul 21.00 WIB hingga berakhirnya bencana alam itu pukul 21.30 WIB.

"Saat kejadian saya menangis memikirkan ibu saya di rumah yang sedang sakit, tapi alhamdulillah sekali sebanyak 20 keluarga semuanya selamat."

"Hanya rumah saja yang hancur," tutup Jumani.

(*)

Baca: Elizabeth Bathory, Bangsawan Pemotong 600-an Perawan Demi Awet Muda, Isi Kastilnya Mengerikan

Baca: BREAKING NEWS: Pintu Ruang Sekban BKD Muarojambi Didobrak Tiga Kali

Baca: Ibu Kristen Taat, Chicha Koeswoyo Mualaf Gara-gara Kehilangan Remote, Reaksi Ibunya Bikin Nangis

Baca: Seperti Ini Tradisi Penyambutan Komandan Korps Marinir, Mayjen Suhartono Disambut Ribuan Prajurit

TONTON VIDEO TERBARU KAMI: ERUPSI GUNUNG ANAK KRAKATAU TERUS BERLANJUT

IKUTI INSTAGRAM KAMI:

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved