Makin Menjadi-jadi! Pentolan KKB Kirim Surat Terbuka ke Jokowi: Perang Tidak Akan Berhenti Sampai. .

Makin Menjadi-jadi! Pentolan KKB Kirim Surat Terbuka ke Jokowi: Perang Tidak Akan Berhenti, Sampai..

Editor: Andreas Eko Prasetyo
Kolase/Facebook/TPNPB/Tribunnews
Kelompok Kriminal Bersenajata dan Joko Widodo 

Makin Menjadi-jadi! Pentolan KKB Kirim Surat Terbuka ke Jokowi: Perang Tidak Akan Berhenti, Sampai..

TRIBUNJAMBI.COM - Bila sebelumnya melalui akun media sosial Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB), KKb di Papua menantang TNI berperang.

Kali ini, perlakuan mereka semakin menjadi-jadi. Pasalnya surat terbuka ditujukan ke Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Dalam surat itu sebuah pernyataan menantang dan juga menuntut janji ditujukan buat pemerintah. Intinya permintaan KKB di Papua itu sangat berat untuk diberikan.

Bila sebelumnya Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Papua dikabarkan membunuh sejumlah pekerja BUMN PT Istaka Karya yang membangun jalan di Kali Yigi-Kali Aurak, Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, Papua pada Minggu (2/12/2018).

Baca Juga:

Isi Video Kiriman KKB di Papua ke Presiden Jokowi, Sebut Syarat untuk Hentikan Perang di Papua

Kabar Terbaru Situasi Pascapenembakan KKB di Papua, Dua Korban Anggota TNI Belum Dievakuasi

Kesaksian Korban Selamat - KKB Papua paksa Korban Mengaku Sebagai Anggota TNI & BIN, Lalu Ditembaki

Tim gabungan TNI dan Polri pun diterjunkan ke Papua untuk mengevakuasi korban dan memburu kelompok bersenjata (KKB) yang menyerang pekerja BUMN PT Istaka Karya yang mengerjakan proyek jalan Trans Papua di Kabupaten Nduga, Papua.

Usai melakukan pembantaian terhadap 19 pekerja proyek jembatan di Nduga, Papua, kini KKB mengeluarkan surat terbuka yang ditujukan pada Presiden Republik Indonesia.

Para pelaku pembunuhan terhadap 19 pekerja proyek jembatan di Nduga, Papua, bersembunyi di hutan-hutan, dan masih terus dikejar dan dilacak, kata juru bicara Kodam Cendrawasih, Kolonel Muhammad Aidi.

Seminggu berlalu usai peristiwa penyerangan yang tewaskan sejumlah orang tak berdosa itu, pada 10 Desember 2018 tepat di hari peringatan hari HAM sedunia, pihak KKB Papua menyerukan surat terbuka mereka.

Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Papua
Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Papua (Tribun Jogja)

Surat tersebut berisi pernyataan Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) Organisasi Papua Merdeka (OPM).

Surat terbuka tersebut ditunjukan kepada President Republik Indonesia Jokowi di Jakarta.

Hal ini seperti dikutip GridHot.ID dari akun YouTube Sekretariat Pusat TPNOPM yang mengunggah sebuah video pada 10 Desember 2018.

Dalam video berdurasi 7 menit 59 detik itu, juru bicara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) Sebby Sambom didampingi oleh Staf umum TPNPB.

Kombatan TPNPB anak buah Egianus Kogeya
Kombatan TPNPB anak buah Egianus Kogeya (Facebook/TPNPB)

"Surat terbuka,

Yang terhormat, tuan Presiden Republik Indonesia, kami pimpinan Komando Nasional Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat, Organisai Papua Merdeka, menyampaikan dengan hati nurani kami yang tulus, kepada anda, bahwa, pembangunan Infrastruktur di Papua Barat adalah bukan yang diinginkan rakyat bangsa Papua.

Rakyat Papua inginkan hak politik penentuan nasibnya sendiri.

Ingin pisah dari Indonesia, untuk merdeka penuh dan berdaulat dari penjajahan dari Indonesia," ujar Sebby Sambom mengawali pembacaan surat terbuka.

Sebby Sambom lalu menyebutkan dasar hukum argumen tuntutan, tawaran, dan penolakan TPNPB.

Juru bicara TPNPB itu lalu menyampaikan penolakan dan sikap organisasinya pada pemerintah Indonesia.

"Penolakan TPNPB,

1. TPNPB menolak permintaan Indonesia untuk menyerah kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)

2. TPNPB menolak upaya Indonesia untuk berdamai dengan dialog Jakarta-Papua

Sikap TPNPB

1. TPNPB tidak akan menyerah dengan alasan apapun sebelum kemerdekaan bangsa Papua terwujud dari penjajahan Indonesia.

2. Perang tidak akan berhenti sampai pada sebelum tuntutan dan permintaan TPNPB dilaksanakan oleh pemerintah Republik Indonesia.

Demikian isi tuntutan dan tawaran dan penolakan tentara TPNPB OPM.

Untuk itu, TPNPB menolak tawaran dalam bentuk apapun, selain yang dicantumkan dalam surat ini.

Apabila pemerintah Indonesia tidak meyetujuinnya, maka TPNPB tidak akan berhenti perang," ujar Sebby Sambom.

Baca Juga:

Polres Kerinci Ungkap Kasus Penipuan Takaran Minyak Goreng Curah, 3 Pelaku Diamankan

Gempa Hari Ini - Mamasa Diguncang Gempa Bumi 3 Kali Kamis (13/12) Siang

Launching GridMotor.id dan Diskusi tentang Industri Motor Dihadiri APM di Indonesia

Lokasi pembantaian 31 pekerja oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Nduga, Papua
Lokasi pembantaian 31 pekerja oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Nduga, Papua (Kompas.com/ Dokumen Kementerian PUPR)

Sementara itu, dikutip dari Kompas.com, Wakil Presiden Jusuf Kalla menilai sudah tak ada lagi peluang berdialog dengan kelompok separatis untuk menyelesaikan konflik di Papua.

Kalla mengatakan Pemerintah Indonesia sudah memberikan semuanya kepada Papua kecuali kemerdekaan.

"Opsi dialog itu juga pertanyaannya apanya lagi yang bisa didialogkan? Semua sudah dikasih ke daerah (Papua) kecuali kemerdekaan," kata Kalla saat ditemui di Istana Wakil Presiden, Jakarta, Selasa (11/12/2018).

Baca Juga:

Gisella Anastasia Pakai Baju Putih Dalaman Merah Marun, Ambil Napas dan Menangis, Ini Foto-fotonya

Anda Cari Hunian Nyaman? Ada Promo dari PT Putra Agung

Macet di Tempino, Polisi Buka Tutup Jalan, Urai kemacetan, Ini Penyebabnya

Ia menyebutkan, di bidang ekonomi pemerintah sudah memberikan dana otonomi khusus yang besar kepada Papua.

Karena itu Kalla merasa heran dengan pihak yang menyatakan Pemerintah Indonesia merampok kekayaan Papua melalui PT Freeport Indonesia.

Kalla menyatakan hasil yang diberikan Freeport tak sebanding dengan dana transfer yang diberikan pemerintah pusat kepada Papua.

Anggota TNI yang diterjunkan untuk evakuasi pekerja PT Istaka Karya di Papua
Anggota TNI yang diterjunkan untuk evakuasi pekerja PT Istaka Karya di Papua (Kompas TV)

"Freeport itu pada tahun lalu hanya membayar pajak royalti sedikit di atas Rp 10 triliun. Dan dulu pernah Rp 18 triliun. Kita (pemerintah pusat) transfer ke Papua itu hampir Rp 100 triliun. Jadi pikiran bahwa kita ini mengambil kekayaan Papua sama sekali tidak," ujar Kalla.

Sementara itu, di sektor politik pemerintah telah memberikan keistimewaan bagi Papua.

Kalla mengatakan di Papua hanya penduduk asli yang bisa menjadi bupati dan gubernur.

Hal itu tak terjadi di Aceh yang sama-sama dilanda masalah separatisme.

Bahkan, kata Kalla, saat ini pemerintah yang sedang membangun jalan Trans Papua demi kemajuan masyarakat di sana justru dipandang negatif oleh kelompok separatis.

Mereka, kata Kalla, menilai dengan dibangunnya jalan Trans Papua justru semakin mendatangkan orang dari luar untuk menguasai Papua.

Baca Juga:

Kopassus Klarifikasi Soal Kabar Satgultor 81 Diturunkan Memburu Egianus Kogoya & KKSB Papua

Prestasi Balitbangda Sunagipenuh, Berkinerja Utama, Wako AJB Terima Sertifikat Dari Ristekdikti

Nimati Negeri Diatas Awan di Sarolangun Indahnya Bukit Tempurung, dan Air Terjun, Manjakan Matamu

"Jadi politik sudah dikasih, ekonomi sudah dikuasai. Apanya lagi yang bisa didialogkan coba? Semua sudah maksimum," ujar Kalla.

"Maka tinggal juga pemahaman yang dilakukan oleh masing-masing pihak pimpinan-pimpinan untuk memahami supaya bersih birokrasi di sana, supaya apa yang telah diberikan dinikmati semua pihak," lanjut dia.

Artikel ini telah tayang di serambinews.com dengan judul Kirim Surat Terbuka ke Jokowi, Kelompok Bersenjata Papua: Tuan Presiden, Perang Tidak Akan Berhenti

IKUTI KAMI DI INSTAGRAM:

NONTON VIDEO TERBARU KAMI DI YOUTUBE:

IKUTI KAMI JUGA DI FANSPAGE TRIBUN JAMBI DI YOUTUBE:

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved