Kotak Besar di Helikopter Itu Ternyata Senjata Ilegal, Misi Kopassus saat Hentikan Pemasok untuk OPM
Ternyata helikopter itu menurunkan bahan makanan dan peti-peti panjang. Ternyata itu merupakan pasokan senjata ilegal untuk OPM.
Ternyata helikopter itu menurunkan bahan makanan dan peti-peti panjang. Ternyata itu merupakan pasokan senjata ilegal untuk OPM.
TRIBUNJAMBI.COM - Mulai terungkap, sumber senjata dari Kelompok Kriminal Bersenjata ( KKB) pimpinan Egianus Kogeya. Senjata itu yang digunakan memberondong pekerja PT Istaka Karya hingga 19 orang meninggal.
KKB di Kabupaten Nduga, Papua, diduga menggunakan senjata yang didapatkan dari merampas anggota TNI dan Polri. Diduga, lebih dari 50 anggota KKB menggunakan kurang lebih 25 pucuk senjata.
Selain itu, diduga senjata itu berasal dari jalur penyelundupan via Papua Nugini dan Malaysia.
Pasokan senjata ke KKB ini mengingatkan akan misi Kopassus di Papua pada 1980-an.
Jauh sebelumnya, usaha menghentikan jalur pemasok senjata di Papua telah dilakukan pasukan baret merah, Komando Pasukan Khusus atau Kopassus.
Pasukan ini memang memiliki segudang pengalaman operasi, sejak zaman dulu hingga saat ini. Pasukan elite TNI AD ini menjadi kebanggaan Bangsa Indonesia.
Satu di antara operasi Kopassus yang tidak terkeskpose adalah saat pasukan baret merah ini dikirim untuk menangkap terduga pemasok senjata ke Organisasi Papua Merdeka (OPM) melalui Papua Nugini pada tahun 1980-an.
Baca Juga:
Aksi Kopassus yang Manly Banget Viral, Pejabat AS Baru Teriak-teriak saat di Pesawat
Sopir Strada Nekat Terobos Banjir di Bulian, 3 Anak Tewas di Mobil yang Hanyut
Real Madrid Dibantai di Kandang Sendiri, Kronologi CSKA Moskva Menang 3 Gol Tanpa Balas
Ramalan Zodiak 13 Desember 2018, Perubahan Besar Cinta Kesehatan, Keuangan Karier, di Akhir Tahun
Fakta-fakta Pembakaran Polsek Ciracas, dari Warga Ketakutan Hingga Jumlah Massa Lebih dari 200 Orang
Kesaksian Jimmy Rajagukguk yang Trauma, Ditelanjangi di Suhu 0 Derajat Lalu Ditembaki KKB di Nduga
Kisah ini pertama kali dimuat alam buku “Kopassus : Inside Indonesia Special Forces” tulisan Ken Conboy pada 2003, dan juga dimuat dalam majalah Angkasa edisi koleksi Special Forces.
Sampai saat ini kisah ini tidak terkespose dan tidak dikonfirmasi oleh pihak TNI sendiri.
Dalam buku Kopassus : Inside Indonesia Special Forces, si penulis berkisah pada tanggal 02 Oktober 1984, pos TNI di Muaratami, Kabupaten Jayapura diserang segerombolan anggota OPM.
Kontak tembak pun terjadi antara 16 orang personel TNI asal Batalion 712 Kodam Merdeka yang menempati pos dengan gerombolan OPM yang menyerang.

Hasilnya seorang anggota OPM tewas. Saat diperiksa oleh personel TNI yang melakukan penyisiran paska kontak senjata, mereka mendapati sebuah AK-74 buatan Soviet, dan sebuah granat tangan pada mayat si OPM yang tewas tersebut.
TNI memang sudah lama menerima informasi intelijen bahwa ada pihak yang menyalurkan senjata kepada OPM melalui wilayah Papua Nugini.
Saat hal itu dipertanyakan ke pemerintah Papua Nugini, mereka menjawab tidak tahu menahu mengenai hal itu.
Apalagi pihak Australia, yang juga diduga disana ada pihak-pihak tertentu yang memberikan dukungan persenjataan kepada OPM, pihak Australia mati-matian menyanggah keterlibatan mereka dalam hal seperti itu.
Pangdam Cenderawasih saat itu, Brigjen Raja Kamil Sembiring Meliala, menerima laporan intelijen bahwa beberapa kali ada helikopter yang datang dengan pintu terbuka di dekat kamp pelintas batas di Blackwater, dekat Vanimo, Papua Nugini.

Helikopter tersebut menurunkan bahan makanan juga peti-peti panjang.
Peti panjang itulah yang diduga berisi senjata.
Intelijen juga mengidentifikasi penumpang helikopter yang berkulit putih. Artinya, bukan orang Papua atau Papua Nugini.
Pihak Istana Tak Terlalu Menanggapi Surat Terbuka yang Dikirimkan TPNPB Organisasi Papua Merdeka
Nikmatnya Kuliner Seafood Kepiting Saus Padang, Ini Cara Masak Praktis
Kemungkinan adanya pengiriman senjata untuk OPM memang tidak mustahil, tetapi kecurigaan itu harus dibuktikan.
Pangdam kemudian melaporkan masalah ini ke Mabes ABRI. Panglima ABRI Jenderal LB Moerdani memutuskan untuk mengambil langkah sendiri untuk mengidentifikasi siapa dan negara mana yang melakukan hal itu.
Caranya dengan menyusupkan pasukan komando masuk ke wilayah Papua Nugini tanpa permisi.
Tugas tersebut lalu dipercayakan kepada Detasemen 81 Kopassandha (nama Kopassus waktu itu).
Sasaran mereka adalah suatu lokasi di wilayah Papua Nugini, sekitar 50 km dari tapal batas perbatasan dengan Indonesia.
Pasukan ini berangkat dari Jayapura dengan helikopter, kemudian di drop di suatu tempat dan melanjutkan misi dengan perahu karet agar tidak terdeteksi otoritas Papua Nugini.

Perjalanan dini hari menggunakan perahu karet menuju lokasi sasaran terhadang oleh besarnya ombak di perairan sebelah utara PNG. Seorang anggota Kopassandha sampai terluka cukup parah untuk mempertahankan perahu dari terjangan ombak.
Akhirnya, mereka berhasil sampai di titik pendaratan dan langsung bergerak menuju lokasi sasaran. Pasukan komando ini segera mencari tempat-tempat yang dicurigai sebagai lokasi penimbunan pasokan senjata. Tetapi, hasilnya nihil.
Tugas operasi belum selesai, mereka harus bisa mendapatkan bukti seperti perintah dari Jakarta.
Mereka pun melanjutkan tugas rahasia tersebut. Setelah menunggu selama dua hari dua malam, akhirnya mangsa yang ditunggu muncul dengan cara sembunyi-sembunyi.

Dua orang kulit putih muncul dari balik rimbunnya hutan Papua Nugini. Mereka tanpa sadar melintasi posisi pasukan Baret Merah yang sedang mengintainya.
Real Madrid Dibantai di Kandang Sendiri, Kronologi CSKA Moskva Menang 3 Gol Tanpa Balas
Ramalan Zodiak 13 Desember 2018, Perubahan Besar Cinta Kesehatan, Keuangan Karier, di Akhir Tahun
Tanpa membuang waktu, kedua bule ini pun ditangkap. Setelah diperiksa dan diinterogasi, keduanya mengaku sebagai agen Australia.
Mereka juga menunjukkan lokasi tempat helikopter Australia yang memasok senjata dan amunisi untuk OPM.
Kedua “agen” Australia itu kemudian dibawa secara rahasia ke wilayah Papua, Indonesia.
Kemudian, keduanya ditahan di Jakarta. Pemerintah Indonesia memberitahukan kepada Pemerintah Australia soal keterlibatan agen Negeri Kanguru itu dalam memasok senjata untuk OPM di wilayah Papua Nugini.
Beberapa bulan kemudian, keduanya diekstradisi ke Australia.
Tidak pernah diketahui secara pasti, apakah benar kedua orang Australia yang ditangkap Kopassus tersebut adalah Agen Pemerintah Aussie, atau hanya bagian dari pihak-pihak tertentu di Australia yang memberi dukungan ke OPM.
Saat itu dikabarkan Pemerintah Australia kehilangan muka karena keterlibatannya ataupun keterlibatan siapapun dari negaranya ditelanjangi oleh Indonesia.
Tapi mungkin malunya tidak begitu besar, buktinya kembali terungkap saat mereka ketahuan melakukan penyadapan terhadap komunikasi Presiden SBY beberapa waktu lalu, dan entah berapa kegiatan intelijen lagi diantara dua yang “kepergok” itu.
TRIBUN JAMBI DI INSTAGRAM:
Suami Baru Risty Tagor Bikin Penasaran, Tahu-tahu Gendong Anak Lagi
Kejadian di Medan, 17 Polisi yang Sebar Video Penangkapan Narkotika4 Kg Dimutasi Kapolda
Aksi Kopassus yang Manly Banget Viral, Pejabat AS Baru Teriak-teriak saat di Pesawat
Profesor Intelijen Pertama di Dunua Teryata dari Kopassus, Aksi Mertua KSAD Merayapi Sarang Kobra