Menanti Operasi Militer Besar-besaran yang Diinginkan Wapres Jusuf Kalla Untuk Basmi KKB di Papua
Menanti Operasi Militer Besar-besaran yang Diinginkan Wapres Jusuf Kalla Untuk Basmi KKB di Papua
Latihan itu berlangsung pada tahun 2004 dan berlokasi di gedung MPR/DPR kompleks Senayan, Jakarta.
Simulasi latihan menggambarkan ketika 40 teroris bersenjata lengkap tiba-tiba menguasai gedung MPR/DPR dan menyandera ketua MPR dan DPR beserta seluruh anggota dewan yang tengah melakukan persidangan.
Akibatnya, situasi sidang untuk menyiapkan Pemilu 2004 berubah mencekam.
Seorang anggota dewan bahkan ditembak teroris demi memberi peringatan kepada yang lain agar tidak melakukan perlawanan.

Selanjutnya, teroris meminta kepada pemerintah RI untuk menebus para sandera dengan tiga hal.
Uang 50 juta Dollar AS, menyiapkan sebuah helikopter dan meminta berbicara langsung dengan Kapolri.
Bila permintaan tidak dipenuhi, teroris yang menyebut dirinya Musang mengancam melakukan pembunuhan dan penghancuran besar-besaran.
Pemerintah segera meminta TNI dan Polri melumpuhkan teroris. Perencanaan disusun dengan cepat. Permintaan teroris juga disediakan.
Tetapi, tanpa sepengetahuan kawanan teroris ( Musang) , ‘hadiah khusus’ tengah disiapkan. Yaitu pasukan khusus gabungan lawan teroris yang sudah terlatih dengan baik.
Musang terus melakukan ulah berlebihan. Merasa posisinya berada di atas angin, mereka melakukan show of force.
Demi melakukan teror lebih besar, Musang pun menembak satu sandera lainnya.
Tindakan semena-mena ini tentu saja memancing kemarahan pemerintah RI. Niat memberikan toleransi akhirnya berubah menjadi tindakan pembasmian.
Baca Juga:
Disebut di Dakwaan, Tubagus Chaeri Wardhana Tiduri Artis Muda, Jaksa Punya Bukti CCTV saat Check In
Warning Bagi Wanita Jangan Sepelekan Sakit di Bagian Perut Bisa Jadi Kanker Ovarium, Ini 6 Gejalanya
Ternyata, Sudah 2 Hari Cekcok dengan Petugas, Larangan Pedagang Jualan Malam Hari
Untuk pertama kalinya, tiga pasukan khusus dari TNI yakni Satuan 81 Kopassus (TNI AD), Detasemen Jala Mangkara (Marinir TNI AL), Detasemen Bravo 90 (TNI AU) dan satu khusus Satuan I Gegana dari Kepolisian RI dikirim untuk memberangus.
Tindakan penyergapan TNI-Polri dilakukan pertama kali melalui penerjunan Denjaka ke atas gedung Nusantara III.
Setelah itu penurunan Bravo 90 menggunakan tali dari helikopter, juga ke gedung yang sama.