Sempat di Level Rp 14.200 per Dolar AS, Rupiah Kembali Melorot
Di pasar spot, Kamis (6/12), kurs rupiah melorot ke Rp 14.509 per dollar AS.
Sebelumnya, proposal Brexit telah disepakati oleh Pemerintah Inggris dan Uni Eropa. Tetapi karena penolakan tersebut, seluruh mata uang dunia ikut melemah terhadap dollar Amerika Serikat (AS).

Risk-off tersebut menyebabkan sejumlah pelaku pasar yang tadinya melakukan short covering dollar AS, mengurangi porsi short (jual) tersebut dengan membeli dollar AS.
Padahal, dengan meningkatnya suku bunga kebijakan oleh BI, meredanya tensi sengketa dagang AS-Tiongkok, dan stance The Fed yang dovish atas arah suku bunga ke depan, banyak pelaku pasar sempat mengambil posisi short dollar AS atau long rupiah.
"Jadi bukan karena adanya perubahan faktor fundamental di dalam negeri," ungkap Nanang.
Sehingga, dia menegaskan hal tersebut merupakan dinamika pasar yang biasa dan temporer.
Baca: Nonton Semifinal Piala AFF Suzuki CUP 2018, Live Streaming Laga Vietnam vs Filipina Lewat TV Online
Baca: Hukuman Tambahan yang Harus Dijalani Zumi Zola Selain Penjara 6 Tahun dan Denda Rp 500 Juta
Bukan kiga karena adanya perubahan view terhadap rupiah dari positif menjadi negatif.
Untuk menjaga kepercayaan terhadap rupiah dan memastikan likuiditas pasar, BI membuka lelang DNDF.
Dengan pelemahan tersebut, rupiah secara year to date melemah 5% masih jauh lebih rendah dibandingkan pemelahan mata uang emerging market lain seperti Chili yang terdepresiasi 7,82%, India sebesar 9,32%, Afrika Selatan 9,91%, Rusia 13,7%, dan Brazil 14,05%. (*)