Antara Impian Real Madrid dan Dilema Eden Hazard Serta Nostradamus
Dalam sebuah dunia yang ideal, mungkin seharusnya Eden Hazard bermain di Real Madrid, mengenakan nomor punggung 10
Dana besar hasil penjualan Bale kemudian akan diinvetasikan ulang ke dalam skuat Los Merengues.
Neymar – nama yang disarankan Perez – ditolak Zidane setelah pria berkepala plontos itu mendapat peringatan dari rekannya, Didier Deschamps, tentang perilaku Neymar yang tak profesional.
Nama Eden Hazard kemudian disetujui keduanya sebagai bintang yang akan diboyong ke Madrid, ia lebih diprioritaskan daripada Harry Kane dan Mohamed Salah.
Akan tetapi semuanya berubah ketika Bale mencetak gol indah yang lebih mirip keberuntungan pada final Liga Champions kontra Liverpool.
“Saya perlu bermain reguler tiap pekan dan hal itu tak terjadi di Real Madrid. Saya perlu berbicara dengan agen saya dan melihat apa yang terjadi,” ujar Bale usai laga final tersebut.
Mendengar ucapan penuh kesedihan itu dan setelah melihat performa Bale di final, Florentino Perez berubah pikiran, ia kini ingin mempertahankan Bale.
Perez kemudian menelepon pemain asal Wales itu dan meyakinkan bahwa Bale akan jadi pemain penting Madrid musim berikutnya.
Hal yang tak diduga Perez adalah Zinedine Zidane marah besar karena merasa Perez mengubah kebijakan klub tanpa memberitahunya terlebih dahulu.
Zidane kemudian mengundurkan diri dan mimpi Hazard berseragam Real Madrid harus digantung kembali ke dalam almari.
Dilema Eden
Salah satu jalur cepat untuk diakui sebagai yang terbaik di dunia adalah dengan memenangi penghargaan individu sebagai yang terbaik – sebut saja Ballon d’Or dan Pemain Terbaik versi FIFA.
Pindah ke salah satu klub terbesar di dunia, Real Madrid, mungkin bisa jadi jalan agar Hazard mencapai level tersebut.
“Mungkin itulah mengapa saya ingin pergi, mungkin,” jawab Hazard sambil tersenyum ketika apakah alasan ia ingin pindah ke Spanyol demi meraih gelar Ballon d’Or.
Gelandang Chelsea, Eden Hazard, merayakan gol yang dicetak ke gawang Cardiff City dalam laga Liga Inggris di Stadion Stamford Bridge, London, Inggris pada 15 September 2018.GLYN KIRK/AFP
Masalahnya, kini keadaan di Real Madrid sudah berubah.