Ketika Jokowi & Prabowo yang Kekinian Demi Kaum Muda, Soekarno Dulu Dicemooh Saat Tampil Trendi
Ya, upaya para (calon) pemimpin merebut hati pemuda memang tidak mudah, dan itu sudah terjadi sebelum kemerdekaan Indonesia.
Hal senada disampaikan oleh Hatta yang menulis kepada Sukarno bulan Februari 1929: "... keselamatanmu dalam bahaya ... kau harus menarik diri dari kepemimpinan puncak, untuk sementara tidak muncul di depan publik ... sangat mendesak bagimu untuk meninggalkan Indonesia sementara waktu."
Baca: Bawa Tenaga Medis Satgas TMMD Kodim 0419/Tanjab Beri Pelayanan Kesehatan Gratis Kepada Warga
Baca: Ini Jadwal dan Lokasi Ujian SKD CPNS 2018 di Provinsi Jambi
Hatta menambahkan, biaya perjalanan dan tempat tinggal selama Sukarno di Belanda telah tersedia.
Ternyata peringatan itu menjadi kenyataan. Sukarno dan tiga kawannya diadili pada 1930. Ironisnya, Hatta yang mengingatkan Sukarno lebih dulu dimejahijaukan, yakni pada 1927. Hatta dibebaskan dari tuduhan pada Maret 1928. la menghadiri liga antikolonialisme di Jerman pada Juli 1928.
Ketika Sukarno dan tiga kawannya ditangkap di Bandung Desember 1929, Hatta menulis artikel pembelaan dalam De Socialist. Kegiatan dalam gerakan itulah yang menyebabkan masa studi Hatta molor sampai 11 tahun. Setelah lulus sarjana tahun 1932 ia pulang ke Tanah Air.

Dicemooh karena berbusana trendi?
Sukarno selaku Ketua PNI mengirim surat berisi ucapan selamat yang dibacakan dalam pembukaan Kongres Pemuda II bersama surat Tan Malaka dan Perhimpunan Indonesia di Belanda.
Namun ia tidak hadir untuk berpidato. Ada beberapa alasan. Pertama, yang dikemukakan oleh Abu Hanifah sebagaimana dikutip oleh Lambert Giebels {Soekarno, Biografi 1901-1950).
Menurut Hanifah, Sukarno pernah diundang untuk berbicara di depan anggota Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) yang antara lain dipimpin Soegondo Djojopoespito.
Ketika itu para mahasiswa sedang gandrung pemikiran Gandhi yang memboikot kain tenun buatan Barat dan menganjurkan pakaian sederhana buatan dalam negeri. Dalam pertemuan di sebuah gedung di Jin. Kenari, Batavia, terkesan Sukarno seakan baru datang dari "suatu peragaan busana atau resepsi orang elit" sehingga dicemooh mahasiswa.
Baca: UPDATE Resmi dari BKN - Jadwal dan Lokasi Ujian SKD CPNS 2018 di 35 Provinsi
Informasi di atas perlu dipertanyakan karena buku Giebels sendiri menampilkan banyak kekeliruan fakta historis. Lagi pula ia mengutip Abu Hanifah yang baru menerbitkan tulisan tahun 1972 (Tales of a Revolution).
Abu Hanifah yang pernah tinggal di asrama mahasiswa Kramat Raya 106 itu kemudian menjadi pengurus Masyumi yang berseberangan dengan Bung Karno.
Kedua, alasan yang lebih masuk akal adalah kesibukan Sukarno dalam mengembangkan partainya. Lagi pula dalam kongres itu sudah berperan tokoh PNI seperti Mr. Sunario dan Mr. Sartono. Sukarno tampil di mana-mana. Rakyat terpesona dengan gaya berpidatonya yang penuh retorika.
"Matahari tidak terbit karena ayam berkokok. Tetapi ayam jantan berkokok karena Matahari terbit," ujar Sukarno. "Penjajahan ialah upaya mengolah tanah, mengolah harta-harta di dalam tanah, mengolah tanam-tanaman, mengolah hewan-hewan dan terutama mengolah penduduk untuk keuntungan keperluan ekonomi dari bangsa yang menjajah."
Pada Oktober 1928 Sukarno berpidato di Semarang. Ketika sampai pada kalimat 'antitesis yang tidak mungkin diperdamaikan', ia distop berbicara oleh polisi. Peristiwa ini menghebohkan publik.
Padahal, yang dimaksudkan Sukarno sebagai antitesis itu adalah "perbedaan kepentingan antara rakyat yang dijajah dengan orang-orang kulit putih yang menjajah mereka."