Tak Gentar Hadapi Penjajah, Soeharto Malah Ciut Saat Dengar Nama Sosok Wanita Satu ini

Siapa tak kenal Soeharto, orang yang pernah menjadi penguasa Indonesia selama 31 tahun (12 Maret 1967 - 21 Mei 1998).

Editor: Andreas Eko Prasetyo
IST
Soeharto 

"Harto," kata Bu Prawiro, adik Pak Karto, ayahanda Soeharto.

"Sekarang umurmu sudah 27 tahun," lanjutnya, "Sekalipun engkau bukan anakku sendiri, aku sudah mengasuhmu sejak ayahmu mempercayakan engkau pada kami. Aku pikir, sebaiknya segera mencarikan istri untukmu."

O.G. Roeder dalam Soeharto -Dari Pradjurit Sampai Presiden-, buku biografi pertama presiden kedua RI, mengisahkan, bahwa Soeharto sempat ngeles menyikapi tawaran bibinya.

Dia beralasan masih ingin berkonsentrasi di dunia militer. Tapi setelah dibujuk terus menerus, akhirnya Soeharto luruh juga.

Baca: TMMD ke-103, Sebanyak 150 Personel TNI AD dan Polri Ditempatkan di Rumah Warga Dusun Duri 5 Sei

Baca: GMHP, KPU Tebo akan Temui Suku Talang Mamak di Semerantihan

Presiden Soeharto menerima sungkem dari Ibu Tien Soeharto pada hari Idul Fitri 1 Syawal 1415 Hijriah, 3 Maret 1995.
Presiden Soeharto menerima sungkem dari Ibu Tien Soeharto pada hari Idul Fitri 1 Syawal 1415 Hijriah, 3 Maret 1995. (ISTIMEWA)

Dia pun berkata, siapa kiranya yang akan dijodohkan dengan dirinya.

Bu Prawiro tersenyum. Dia berkata pelan bahwa Soeharto sebenarnya sudah kenal dengan gadis tersebut.

“Masih ingatkah kamu dengan Sri Hartinah,” kata Bu Prawiro seperti dikisahkan di buku Falsafah Cinta Sejati Ibu Tien dan Pak Harto.

Soeharto mana mungkin lupa. Adik kelas manis yang suka mengolok-olok sepupunya sebagai adik ipar.

Mendadak nyali Soeharto menciut. Hartinah adalah keluarga ningrat. Putri RM Soemoharjomo dan Raden Ayu Hatmati Hatmohoedojo, wedana dari Kraton Mangkunegaran, Surakarta.

Baca: KPU Tanjabtim Tetapkan Zonasi Pemasangan Alat Peraga Kampanye, Ini Aturannya

Baca: Modus Baru Selundupkan Narkoba Sabu Cair Diungkap Polres Tanjabbar, Pelaku Jaringan Internasional

Mana mungkin pria dari kelas bawah macam dirinya, bisa bersanding dengan putri ningrat. Begitu pikir Soeharto. "Tapi bu, apakah orangtuanya akan setuju? Saya orang kampung biasa. Dia orang ningrat…"

Bu Prawiro meyakinkan bahwa dirinya cukup dekat dengan keluarga Soemoharjomo. Selain itu, “Keadaan sudah berubah,” terang Bu Prawiro.

Hartinah sendiri dikabarkan sempat membuat pusing keluarganya. Sebab berkali-kali dia menolak lamaran banyak pria yang meminangnya.

CINTA DATANG KARENA TERBIASA

Tak lama setelah pertemuan itu, Soeharto dan keluarga bibinya berkunjung ke rumah Soemoharjomo di Solo, dipertemukan untuk pertama kalinya dengan Hartinh, calon istrinya.

Dalam pertemuan yang dalam adat Jawa disebut “nontoni” itu pun Soeharto masih belum percaya diri, “apakah dia akan benar-benar suka kepada saya?” Soeharto membatin.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved