VIDEO: Sebuah Pertunjukan Teater Potlot Dalam Menyuarakan Keprihatinan Terhadap Gambut
Lampu padam, penonton pun bersorak, bertepuk tangan. Mereka memberi apresiasi atas pertunjukan hebat tersebut.
Penulis: Mareza Sutan AJ | Editor: Deni Satria Budi
Laporan Wartawan Tribunjambi.com, Mareza Sutan A J
TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - "Tubuhku bukanlah masa lalu. Tak ada kecemasan waktu. Kehidupan demi kehidupan. Kematian demi kematian. Yang datang dan pergi. Bumi bukan hanya hari ini."
Kalimat-kalimat itu terdengar, sebagai pembuka pergelaran pertunjukan Rawa Gambut di Taman Budaya Jambi, Sabtu (13/10). Pertunjukan itu dipersembahkan Teater Potlot, sebagai bentuk perhatian terhadap kondisi hutan dan lahan gambut yang semakin memprihatinkan.
Sebanyak 16 pemain teater tampil apik dalam naskah yang disutradarai Conie Sema itu.
Baca: Rawa Gambut; Suara Keprihatinan Teater Potlot pada Kondisi Hutan dan Lahan Gambut
Suara gemericik air terdengar sayup-sayup melatari teater ini. Dilataribelakangi keprihatinan terhadap kondisi hutan dan lahan gambut, teater yang lahir sejak 15 Juli 1985 ini menceritakan tentang tentang semakin berkurangnya jumlah hutan dan lahan gambut.
Pembangunan terus-menerus tanpa memperhatikan kerusakan lingkungan, menjadi satu di antara sasaran dalam teater ini. Pertumbuhan gambut yang lamban dan kerusakannya yang semakin sulit ditanggulangi, seolah menjadi keresahan yang tiada akhir.
Baca: Berburu Sunset di Sungai Batanghari, Destinasi Wajib Saat Singgah di Jambi
"Itulah kenyataannya, dan memang sangat menyakitkan," dialog itu terdengar, dilantangkan para pemain teater dalam satu potongan skene.
Mengambil fokus perhatian pada hutan dan lahan gambut di sekitaran Sumatra, teater ini mampu menggambarkan kondisi gambut di beberapa wilayah bibir perairan.
Kata-kata lirih terdengar. Kalimat-kalimat yang dilafalkan, seolah menggambarkan betapa memprihatinkannya keadaan gambut saat ini.
"Wahai kalian, orang-orang di Rawa Gambut, dengarlah. Inilah kekalahan itu. Dunia harus tahu! Dunia harus tahu!" teriakan itu terdengar di sela-sela pertunjukan.
Baca: Dukun-dukunan Ombang-ambingkan Emosi Penonton, Kolaborasi Teater SMA Xaverius 2 Jambi
Teriakan memanggil rawa terdengar, bagai raung-raung kepedihan, mensketsakan lahan gambut itu terbakar. Sorot lampu warna merah menutup pertunjukan, diiringi alunan lagu.
Lampu padam, penonton pun bersorak, bertepuk tangan. Mereka memberi apresiasi atas pertunjukan hebat tersebut.
Pertunjukan itu turut didukung oleh Mongabay, Tribun Jambi, dan Taman Budaya Jambi.
Kepala Taman Budaya Jambi, Didin Sirojudin dalam sambutannya menyampaikan apresiasi dan terima kasih atas pertunjukan yang ditampilkan Teater Potlot, juga semua pihak yang turut mendukung kegiatan itu.
"Kegiatan yang terselenggara hari ini merupakan kerja sama antara Teater Potlot dengan Teater Tonggak, juga difasilitasi oleh Taman Budaya Jambi. Untuk itu, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak," kata dia.
Selanjutnya, sutradara sekaligus penulis naskah, Conie Sema menyampaikan, pertunjukan itu merupakan imbauan agar dalam membangun suatu peradaban, tidak ada yang dirusak.
Baca: Ini Kelebihan Pasukan Khusus TNI Hingga Tentara Elite Filipina Minta Bantuan Perangi Militan ISIS
Baca: Prajurit Marinir Bersihkan Pantai Talise Palu, Tempat Paling Parah Terdampak Gempa dan Tsunami
"Tidak ada yang terluka. Tidak ada yang tersakiti di sini. Bahkan kalau bisa, semut pun tidak sakit. Ini bagaimana kita melakukan pendekatan kosmologi kita. Hubungan antara manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan alam, juga hubungan manusia dengan Tuhan," dia menjelaskan.
Satu di antara penonton sekaligus tokoh seni dan budaya di Jambi, Ja'far menyampaikan apresiasinya.
"Karyanya menarik, pertunjukannya menarik, semuanya menarik. Sukses untuk Bung Conie Sema," ujarnya.
Untuk diketahui, pertunjukan di Jambi merupakan satu di antara rangkaian pertunjukan yang diadakan Teater Potlot dalam Road Show Sumatera. Selanjutnya, mereka akan menampilkan pertunjukan di Riau. (*)