Rupiah Tembus Rp15.200 Terhadap Dolar, Tapi IMF Malah Sebut Indonesia Negara Sukses Hadapi Tekanan

Selasa (9/10/2018) pukul 10.09 WIB, Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) berada di Rp 15.233 per dollar Amerika Serikat (AS).

Editor: Andreas Eko Prasetyo
kontan
Outlook pertumbuhan ekonomi global IMF 

Meski memangkas pertumbuhan ekonomi Indonesia, IMF menilai, Indonesia memiliki pertumbuhan ekonomi domestik yang baik meskipun tekanan global menerpa banyak negara.

Maurice mengatakan, ketidakpastian global itu di antaranya, meningkatnya suku bunga dan ketidakpastian politik yang luas yang telah memicu "gangguan" dalam kebijakan perdagangan.

"Indonesia adalah contoh sukses, meskipun kami sudah menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia,” ujar Maurice.

Ia mengatakan di tengah ketidakpastian global, Indonesia masih perlu untuk melanjutkan pembangunan infrastruktur.

“Indonesia butuh infrastruktur memang. Jadi, langkah pemerintah ini bagus, kami juga berpikir Indonesia bisa lebih diuntungkan dari investasi langsung asing (FDI) yang lebih banyak untuk bisa memenuhi demand terhadap infrastruktur,” katanya.

“Dalam hal ini, Indonesia sangat atraktif dengan regulasi dan restriksi yang semakin sedikit,” lanjutnya.

Jaga cadangan devisa

Namun pelemahan mata uang Garuda menguras cadangan devisa.

Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah Redjalam mengatakan, ada beberapa faktor yang menyebabkan pelemahan rupiah hari ini. Pertama, tidak ada berita baru yang cukup baik yang bisa membangun sentimen positif di pasar.

"Sumber-sumber tekanan terhadap rupiah masih sama, tekanan global, dan kondisi domestik khususnya current account deficit atau CAD (defisit transaksi berjalan) belum membaik," kata Piter kepada Kontan.co.id, Senin (8/10).

Selain itu kata dia, harga minyak mentah dunia juga diperkirakan terus meningkat. Hingga Senin (8/10/2018) pagi , harga minyak mentah West Texas Intermediete (WTI) untuk pengiriman November 2018 di New York Mercantile Exchange berada di US$ 73,81 per barel.

Sementara harga minyak brent untuk pengiriman Desember 2018 di ICE Futres sebesar US$ 83,37 per barel.

"Sementara cadev (cadangan devisa) yang menurun cukup besar menambah kekhawatiran pasar akan kemampuan pemerintah mengelola APBN dan stabilitas rupiah," tambah Piter.

Per akhir September lalu, posisi cadev kembali menurun ke level US$ 114,85 miliar.

Ia memperkirakan, tekanan terhadap rupiah masih akan panjang. Makanya, BI juga harus benar-benar berhitung dalam menggunakan cadev untuk stabilisasi kurs.

"Jangan sampai BI salah hitung dan kehabisan nafas sendiri," tambahnya.(*)

IKUTI KAMI DI INSTAGRAM:

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved