Sejarah Indonesia

Masa Kecil Pak Harto yang Buram, Anak Tukang Judi yang Hidupnya Berpindah-pindah

Tanggal 8 Juni 1921. Seorang perempuan bernama Sukirah terbaring lemah di sebuah rumah di Desa Kemusuk.

Editor: Andreas Eko Prasetyo
Presiden Soeharto 

Kesehatan Sukirah sontak anjlok! Dalam kondisi sangat drop, Sukirah melahirkan anak pertamanya yang diberi nama Soeharto (Soe = lebih baik, Harto = harta).

Baca: Kaget Bayari Baju Pelantikan Zumi Zola Rp 48 Juta, Pengakuan Eks Kadis PUPR Provinsi Jambi

Baca: Ketika Gaya Tanda Tangan Soeharto Berubah Sewaktu Menjadi Presiden

Khawatir dengan kesehatannya yang semakin hari makin buruk, Soeharto yang baru berumur 40 hari diserahkan Sukirah pada Mbah Kromodiryo, bidan yang membantunya melahirkan, sekaligus adik perempuan nenek Soeharto dari pihak ayah.

Dikutip TribunJambi.com dari Intisari.com sementara Soeharto diurus Mbah Kromodiryo, Sukirah mengurus perceraiannya dengan Kertosudiro. Dan, seperti kasus perceraian umumnya, perebutan hak asuh juga terjadi.

Sesuai ketentuan hukum, hak asuh Soeharto jatuh ke tangan Sukirah.

Namun, dengan berbagai pertimbangan akhirnya Sukirah sendiri justru kemudian menyerahkan hak asuh Soeharto kepada Kertosudiro.

Hanya aja, meski hak asuh sudah berpindah tangan, Soeharto tetap ikut Mbah Kromodiryo!

Sering berganti pengasuh

Setelah bercerai, tidak lama kemudian Kertosudiro menikah kembali dan memiliki empat orang anak.

Sukirah? Sama! Dia menikah lagi dengan laki-laki bernama Atmoprawiro, lalu punya tujuh orang anak yang salah satunya bernama Probosutedjo.

Jadi suami Sukirah, Atmoprawiro pun menyayangi Soeharto layaknya anak kandung.

Maka dari itu, dia meminta Sukirah untuk mengambil Soeharto dari Mbah Kromodiryo.

Singkat cerita, usaha Sukirah dan Atmoprawiro berhasil. Umur empat tahun, Soeharto kembali ke pelukan Sukirah.

Baca: Sriwijaya Bukan Kerajaan, Bukan Pula Nama, Wenri Wahar Paparkan Teori dan Sejarah Nenek Moyang

Baca: Lewat Supersemar, Ada Misi Operasi Terselubung Soeharto Sebagai Presiden Menghancurkan Malaysia

Tapi, kebahagiaan yang dirasakan Soeharto dekat dengan ibunya tidak berlangsung lama.

Umur delapan tahun, Kertosudiro "menculik" Soeharto. Dia menyerahkan Soeharto pada adik perempuannya yang tinggal di Wuryantoro.

Kertosudiro menganggap Soeharto akan terawat lebih baik jika tinggal di sana. Sebab, suami adiknya, Prawirowihardjo, adalah seorang mantri tani alias petugas tanah, yang mapan secara finansial serta berpendidikan tinggi.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved