Sejarah Indonesia

Pura-pura Mati, Prajurit Kopassus ini Bertahan Hidup di Tumpukan Mayat Kawan saat Dicari Belanda

Kisah heroik dari anggota Komando Pasukan Khusus (Kopassus) memang tak akan ada habisnya untuk dikenang.

Editor: Andreas Eko Prasetyo
Kolase/ist
Ilustrasi Kopassus 

Setelah Belanda pergi, Pardjo berusaha merangkak (karena tak sanggup berdiri) menuju tempat kelima temannya yang gugur.

Dia hanya sanggup berdoa dan tetap bertahan hidup di situ sekitar lima hari di antara mayat teman-temannya yang mulai membusuk.

Sebuah kebetulan beberapa orang Papua lewat.

Mungkin kasihan melihat Pardjo yang terluka, ia digotong dan dibawa ke kampung terdekat.

Baca: Sedang Piknik Jadi Headline Media Asing Akan Aksi Kopassus, Setelah itu Dunia Tercengang

Baca: Jadi Perbincangan Media Asing Karena Kopassus Mampu Buat Petinggi Militer AS Tercengang

Setelah beberapa hari dirawat, digotong lagi bersama-sama menyusuri pantai menuju rumah sakit angkatan laut Belanda di Fak-Fak.

Di sini ia memperoleh perawatan medis sebelum ditahan.

Pada saat penahanan itu ia mendengar melalui radio Belanda bahwa telah terjadi gencatan senjata.

Setelah menjalani interogasi, ia dikirim dengan kapal laut ke Biak dan dari sana dibawa ke penjara di Pulau Wundi.

Di sinilah akhirnya ia bertemu pasukan Resimen Pelopor, Kapten Kartawi dengan pasukannya, pasukan Peltu Nana, Serma Boy Tomas, Kapten Udara Djalaludin, Letnan Udara I Sukandar dan kru pesawat Dakota T-440.

IKUTI KAMI DI INSTAGRAM:

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved