Sejarah Indonesia

Lewat Doa Kiai ke Bambu Runcing Buat Senjata Tradisional itu Makin Garang dan Ditakuti Penjajah

Masa perjuangan melawan penjajahan Belanda tak lepas dari peran para kiai yang memberikan kekuatan doa dan suggesti.

Penulis: Andreas Eko Prasetyo | Editor: Andreas Eko Prasetyo
Pejuang RI bersenjata bambu runcing 

TRIBUNJAMBI.COM – Bila zaman kemerdekaan, perjuangan rakyat yang menggunakan bambu runcing untuk mengusir penjajah jadi sorotan dunia.

Ternyata ada kisah lain dibalik itu.

Masa perjuangan melawan penjajahan Belanda tak lepas dari peran para kiai yang memberikan kekuatan doa dan sugesti.

Seperti yang dilakukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan anak buah Jenderal Soedirman, yang berkunjung ke rumah salah satu kiai untuk menyepuh senjata bambu runcingnya.

Kiai tersebut bernama Haji Subchi, putra sulung dari Kyai Harun Rasyid yang merupakan penghulu masjid di kawasan Parakan, Temanggung, Jawa Tengah.

Namanya mencuat setelah sejumlah masyarakat Parakan, Temanggung mendirikan kelompok perlawanan bernama Barisan Bambu Runcing (BBR).

Baca: Guncangkan Pangkalan Militer TNI saat Kehadiran Soekarno, 2 Sosok ini Muncul Dibalik Ledakan itu

Baca: Kampung yang Mencurigakan Diketahui Sebagai Basis Musuh, Pasukan Elite TNI Kostrad Beri Kejutan

Kelompok tersebut kemudian melebur (bersatu) kedalam Barisan Muslim Temanggung (BMT) yang didirikan pada 30 Oktober 1945 di masjid Kauman Parakan.

Yang saat itu dipimpin oleh K.H Muhamad Sa’ban dan Sulaiman, dimana K.H. Subchi bertindak sebagai penasehat utama.

Kebiasaan para prajurit ataupun TKR sebelum berangkat ke medan perang, mereka terlebih dahulu mampir ke Kawedanan Parakan.

Tentu saja, tujuan mereka untuk mengisi dan memperkuat diri dengan berbagai macam ilmu kekebalan dari Kiai Haji Subchi.

Pasukan Bambu Runcing
Pasukan Bambu Runcing

Menurut Choirul Anam, dalam buku berjudul Pertumbuhan dan Perkembangan NU, 2010, halaman 132, doa yang diucapkan oleh Kiai Subchi untuk menyepuh ribuan bambu runcing yakni, Bismillahi, Ya hafidhu, Allahu Akbar. Artinya, dengan nama Allah Ya Tuhan Maha Pelindung Allah Maha Besar.

Kiai Subchi lahir sekitar tahun 1850, dengan nama kecil Mohamad Benjing. Setelah menikah, ia berganti nama menjadi R Somowardojo.

Nama Subchi sendiri didapatnya ketika usai menunaikan ibadah haji.

Pria yang mendapat sebutan 'Jenderal Bambu Runcing' itu menutup hidupnya dalam usia 101 tahun, tepatnya pada Kamis Legi, 6 April 1959. Kemudian ia dimakamkan di Sekuncen desa Parakan Kauman, Kecamatan Parakan, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah.

Baca: Hoax Formasi #2019gantipresiden Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang, Ini Fakta Sebenarnya!

Baca: 1 Muharram 1440 H, Mengapa Dilarang Menikah Saat Bulan Suro? Ternyata Ada Penjelasan

SUMBER: Garda Nasional

IKUTI KAMI DI INSTAGRAM:

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved