Kopaska TNI AL Bawa Kontrasepsi Dalam Misi, Belanda Sampai Kalang Kabut Menanganinya

Selain pasukan khusus angkatan daratnya, Tentara Nasional Indonesia (TNI) juga miliki satuan khusus dari TNI angkatan lautnya.

Editor: Andreas Eko Prasetyo
Pinterest
Kopaska TNI AL 

Semula personel Kopaska juga kesulitan menemukan alat pemicu bahan peledak di gudang PT PAL, karena telah dibawa oleh pasukan lain.

Tapi beruntung, mereka masih menemukan beberapa gulung kabel firecord yang merupakan kabel berisi bahan peledak berkekuatan tinggi. Itu bisa difungsikan sebagai pemicu bahan peledak.

Dalam misi tempurnya, pasukan Kopaska juga selalu dibekali kondom dalam jumlah banyak.

Apa guna kondom itu?

Ternyata, kondom itu untuk kepentingan membungkus bahan peledak atau detonator yang akan digunakan untuk operasi bawah air (underwater demolition).

Baca: Serbuan 5 Anggota Kopassus Buat Pemberontak Kocar-kacir ke Hutan yang Jumlahnya Capai Ratusan

Baca: Fasha Sampaikan Langsung Kepedulian Warga Jambi untuk Masyarakat Lombok

Baca: Proses Pelaku Perdagangan Kulit Harimau, Polres Merangin Tunggu Intruksi Jaksa

Saat itu, kebetulan setiap personel Kopaska hanya mendapat pembagian kondom dalam jumlah terbatas.

Mereka sudah membayangkan misi peledakan bawah air akan mengalami kesulitan akibat kekurangan kondom itu.

Pada awal Agustus 1962, pasukan Kopaska sudah tiba di Teluk Peleng, Maluku dan bersama pasukan lainnya sudah siap melaksanakan operasi tempur habis-habisan (all out) melawan pasukan Belanda.

Misi tempur mereka bahkan bersifat one way tiket atau siap gugur dalam pertempuran demi bangsa dan negara.

Pasukan elite TNI AL, Komando Pasukan Katak (Kopaska) melakukan patroli pantai untuk pengamanan APEC Summit di Bali, 27 September 2013.
Pasukan elite TNI AL, Komando Pasukan Katak (Kopaska) melakukan patroli pantai untuk pengamanan APEC Summit di Bali, 27 September 2013. (Nasional Kompas)

Apalagi, salah satu tugas mereka adalah meledakkan kapal-kapal perang Belanda menggunakan torpedo yang dikendalikan manusia dan merupakan misi berisiko sangat tinggi.

Tapi, pasukan Belanda akhirnya merasa gentar dengan persiapan tempur APRI yang begitu lengkap.

APRI juga mengerahkan pesawat pembom nuklir Tu-16 buatan Rusia.

Akhirnya, Belanda lebih memilih langkah diplomasi dan menyerahkan Irian Barat ke Indonesia melalui PBB pada 15 Agustus 1962.

Kopaska TNI AL
Kopaska TNI AL

Semua pasukan APRI pun kemudian ditarik ke Jakarta (Jawa), termasuk pasukan Kopaska yang kemudian kembali ke pangkalan.

Kopaska terus berlatih dan berlatih demi kesiapan menjalankan misi tempur rahasia di mana saja.

IKUTI KAMI DI INSTAGRAM:

Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved