Hal Mengerikan Terjadi Usai Pulangnya Soeharto dari Mesir di Kala Negara sedang Darurat

Dua belas hari sebelum lengser, tepatnya 9 Mei 1998, Presiden Soeharto memutuskan untuk pergi ke Mesir.

Editor: Andreas Eko Prasetyo
Kolase/Ist
Soeharto dan Aksi Mahasiswa soal Tragedi Trisakti 

TRIBUNJAMBI.COM - Ada kisah yang tidak banyak orang tahu sebelum lengsernya Soeharto, sebagai Presiden RI kedua saat itu, dan kini diungkap lewat sang adik lewat sebuah buku.

"Sebetulnya, sebelum Mas Harto berangkat ke Mesir saya sudah berusaha mencegahnya untuk berangkat," ungkap Probosutedjo, adik Presiden RI ke-2 dalam buku Memoar Romantika Probosutedjo: Saya dan Mas Harto.

Dua belas hari sebelum lengser, tepatnya 9 Mei 1998, Presiden Soeharto memutuskan untuk pergi ke Mesir.

Kepergiannya bukan tanpa alasan, ia menghadiri pertemuan kepala negara-negara G-15.

Kepergiannya itu sempat menjadi perbincangan, sebab saat itu kondisi dan situasi jelang Reformasi sudah menunjukan tanda-tanda yang mengkhawatirkan.

Kepergian kepala negara ke luar negeri di tengah kondisi darurat tentu menimbulkan banyak tanda tanya.

Namun ternyata, kepergian Pak Harto ke Mesir sempat dicegah.

Probosutedjo lah orang meminta agar kakaknya itu tak meninggalkan Indonesia.

Baca: Kisah Jelang Mundurnya Soeharto, Suasana Ruang Tamu Cendara Malam itu. . .

Baca: Indonesia Pastikan Satu Medali Emas, Marcus/Kevin ke Final

"Karena saat itu sudah tercium gelagat buruk di Jakarta," kata dia.

Namun, permintaan Probosutedjo ditolak. Soeharto bersikeras untuk berangkat dengan alasan sudah terlanjur menyanggupi hadir di pertemuan kepala negara-negara G-15.

Tak habis akal, Probosutedjo lantas meminta tolong kepada Ketua MPR Harmoko untuk mencegah Soeharto berangkat.

Saat itu, ia yakin kakaknya akan berpikir ulang untuk berangkat ke Mesir bila yang memintanya adalah Ketua MPR.

Harmoko kata dia juga menjanjikan akan mengatakan hal itu kepada Pak Harto pada malam harinya.

"Benar, Harmoko kemudian datang menemui Mas Harto," ucap dia.

Soeharto
Soeharto 

Pagi harinya, Harmoko menelepon Probosutedjo.  Namun kabar yang tak diharapkan itu datang. Harmoko mengungkapkan bahwa ia telah gagal mencegah Soeharto pergi ke Mesir.

Tak hanya itu, Harmoko juga mengatakan kepada Soeharto bahwa Probosutedjo lah yang meminta agar ia tak berangkat ke Mesir.

"Saat itu saya katakan kepada Harmoko, kenapa tidak bilang rakyat yang menginginkan. Harmoko tak menjawab. Maka, pergilah Mas Harto," tutur Probosutedjo.

Kekhawatiran itu terbukti. Pada 12 Mei 1998, terjadilah peristiwa Trisakti, peristiwa mencekam dan berdarah terjadi di kampus Universitas Trisakti, Grogol, Jakarta Barat.

Baca: Lempar Baju Basah ke Penonton, Ini Sosok Perempuan Beruntung yang Dapat Kaos Jonatan Christie

Baca: Ini 4 Fakta Menarik Bambang Hartono, Konglomerat Indonesia yang Raih Medali Emas Asian Games 2018

Baca: Prediksi Ramalan Zodiak Mingguan 26 Agustus - 1 September 2018, Rezeki Gemini Saatnya Beli Aset

Empat mahasiswa tewas dalam penembakan terhadap peserta demonstrasi yang melakukan aksi damai.
Sementara, korban luka mencapai 681 orang dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia.

Tragedi Trisakti menjadi simbol dan penanda perlawanan mahasiswa terhadap pemerintahan Orde Baru.

Menurut Probosutedjo, Tragedi Trisakti sangat mengejutkan. Apalagi dua hari setelah itu terjadi kerusuhan yang besar.

Hari itu pula, Probosutedjo menelepon Soeharto dan menceritakan kondisi di Jakarta.

"Saya akan segera kembali. Tanggal 15 Mei sudah ada di Jakarta," kata dia menirukan jawaban Pak Harto.

Mahasiswa Universitas Trisakti menuntut reformasi pada 12 Mei 1998. Aksi ini kemudian berujung pada tragedi.
Mahasiswa Universitas Trisakti menuntut reformasi pada 12 Mei 1998. Aksi ini kemudian berujung pada tragedi.

Baca: 538 Warga SAD di Empat Kecamatan di Sarolangun Sudah Kantongi Kartu BPJS

Baca: Antara Hidup dan Mati, 9 Prajurit TNI Gagah Berani Ladeni Hujan Tembakan Ratusan Fretilin Timtim

Baca: Aksi Premanisme Terekam Kamera, Sekelompok Pria Berseragam Palak Pemilik Toko, Viral Video

Mahasiswa bergembira di Gedung DPR/MPR saat Soeharto mengumumkan pengunduran diri sebagai presiden RI, 21 Mei 1998.
Mahasiswa bergembira di Gedung DPR/MPR saat Soeharto mengumumkan pengunduran diri sebagai presiden RI, 21 Mei 1998. (KOMPAS/SAPTONO)

Enam hari pasca menginjakkan kaki di Indonesia, tekanan kepada Pak Harto kian dahsyat.

Gerakan mahasiwa menduduki Gedung MPR-DPR menuntut bapak Orde Baru itu lengser.

Akhirnya, pada 21 Mei 1998, Soeharto mengumumkan diri mundur dari kursi presiden yang ia duduki selama 32 tahun. Era Reformasi pun datang.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Saat Soeharto "Ngotot" Pergi ke Mesir di Kala Negara Sedang Darurat"

IKUTI KAMI DI INSTAGRAM:

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved