Tertembak di Lengan Kiri, Prajurit Kopassus Ini Terus Menekan GAM, Hingga Kehabisan Banyak Darah
Sepertinya kisah Koppasus tidak ada habisnya untuk diceritakan. Satu diantaranya adalah kisah Praka Soeprapto.
Penulis: Leonardus Yoga Wijanarko | Editor: Leonardus Yoga Wijanarko
Tembakan tersebut dilakukan oleh sekelompok anggota GAM, yang diperkirakan berjumlah 35 orang dan bersenjata campuran sekitar 15 pucuk.
Mereka berada dalam jarak pandang sekitar 200 meter.
“Sesuai dengan perintah kami mengejar dan melakukan kontak tembak jarak dekat, sekitar 75 meter," papar Soeprapto.
Setelah beberapa saat lamanya dirinya baru tersadar kalau lengan kiri saya tertembak.
Baca: Bata Promo 1 Juta Pasang Sepatu, Ada Harga Spesial Hingga Diskon 70 Persen
Baca: BSM Jambi Siap Layani Nasabah Untuk Dapatkan Kartu ATM GPN, Target Selesai 2020
Secara insting Ia langsung melindungi diri dengan melompat dan berlindung ke parit sambil terus membalas tembakan.
Arena serbuan tembakan dari para prajurit Kopassus itu, kelompok GAM secara berangsur-angsur mundur melarikan diri ke arah perbukitan.
Pasukan pun mengejar, namun karena sulitnya medan, mereka kemudian kehilangan jejak.
“Pada saat itu saya mengalami pendarahan yang lumayan. Rekan saya membantu dengan menekan dan mengikat pangkal lengan saya agar pendarahannya tidak parah, sambil mengangkut saya dari tempat kejadian ke Puskesmas Indrapuri," papar Soeprapto yang masuk Secatam Kopassus di Batujajar, Cimahi Jabar, pada 1999.
Setiba di Puskesmas, tiba-tiba dirinya lemas dan setengah sadar, karena sudah kehilangan banyak darah.
Baca: Kisah Kopassus yang Melegenda, Turun ke Sungai yang Dikabarkan Dipenuhi Buaya
Pria asal Kediri, kelahiran 3 Desembar 1978 ini mengalami luka yang cukup serius di lengan kirinya.
Peluru sempat menembus tulang lengan kirinya, yang hingga saat ini pun kondisi tangan kirinya sudah tidak normal seperti dulu.
“Sekarang kalau saya push up atau latihan fisik lainnya, tangan kiri saya masih sering kesemutan dan tidak sekuat dulu. Selain itu, untuk memanggul dan menembak pun sudah tidak sebaik dulu,” kata prajurit Komando yang menikah pada 2006 lalu.
Dari pengalaman ini, Praka Soeprato semakin yakin bahwa di tengah medan pertempuran memang segala sesuatu bisa saja terjadi menimpa dirinya.
Baca: Gelar Festival Batanghari Tahun 2018, Dinas Pariwisata Kerjasama Dengan Pihak Ketiga
Meski 2002-2003 dia bertugas sampai 15 bulan di Aceh dalam operasi Baladika, tidak menjamin dirinya lolos dari tembakan lawan.
Dalam pertempuran hukum ditembak atau menembak memang sudah berlaku umum.
Sumber : Dikutip dari berbagai Sumber