Tanpa Kompromi, Denjaka Serbu Perompak Somalia Hingga Tak Berdaya untuk Selamatkan Sandera WNI
Tentara Nasional Indonesia (TNI) sudah terkenal garang lewat tiga angkatannya yaitu, Angkatan Darat, Udara dan Lautnya
TRIBUNJAMBI.COM - Tentara Nasional Indonesia (TNI) sudah terkenal garang lewat tiga angkatannya yaitu, Angkatan Darat, Udara dan Lautnya.
Nah, Lalu bagaimana bila ketiga pasukan khusus dari tiga angkatan itu bergabung?
Tentunya ini merupakan misi luar biasa yang menuntut keberhasilan tinggi.
Baca: Kisah Komandan Kopassus Jadi Tameng Hidup Saat Prajurit Tertembak dan Meyakini Masih Bisa Selamat
Baca: Ketika Pembajak Menari-nari Usai Dikelabuhi, Kopassus Beri Kejutan Timah Panas dari Sayap Pesawat
Mendengar namanya saja bakal membuat lawan ketekutan.
Namun bergabungnya para personel pasukan khusus dari angkatan darat dan angkatan laut ini pernah terjadi saat operasi pembebasan WNI yang disandera perompak.
Bak film Captain Phillips, para personel pasukan khusus yang telah terlatih ini mampu menumpas gerombolan perompak dan menyelamatkan WNI yang disandera.
Tentara Nasional Indonesia (TNI) cukup pengalaman dalam hal pembebasan sandera.
Kehebatan pasukan TNI yakni Marinir saat membebaskan WNI yang yang disandera bajak laut Somalia pada 2011, misalnya, bahkan disebut-sebut mirip film Captain Phillips.
Captain Phillips merupakan film garapan Hollywood yang diangkat dari kisah nyata disanderanya kapal MV Maersk Alabama, sebuah kapal peti kemas tak bersenjata dari Pelabuhan Salalah di Oman yang berlayar melalui Teluk Aden ke Mombasa, Kenya.
Kapal tersebut lalu dikejar dan akhirnya disandera oleh perompak Somalia yang meminta tebusan.
Kapal tersebut disandera oleh empat perompak bersenjata berat.
Selain melakukan negoisasi dengan kelompok perompak, Pemerintah Amerika Serikat juga melancarkan operasi militer yang melibatkan tim Navy SEAL DEVGRU.
Akhirnya para perompak berhasil dilumpuhkan, dan Captain Phillips berhasil diselamatkan.
Kapal Indonesia pun pernah mengalami hal yang sama.
Baca: Ketika Kopaska Siapkan Pasukan Bunuh Diri Dengan Senjata Maut Untuk Perang Dengan Belanda
Baca: Nyamar Jadi Teller Bank, Anggota Kopaska ini Berhasil Kelabuhi Anggota Separatis GAM & Menyergapnya
Tribunjambi.com melansir dari TribunJateng TNI memburu perompak Somalia setelah kapal MV Sinar Kudus yang dioperasikan PT Samudera Indonesia dibajak di perairan Laut Arab pada 16 Maret 2011.
Kapal yang bermuatan ferro nikel yang berlayar dari Sulawesi menuju Rotterdam Belanda.
Presiden SBY kemudian meminta agar dilakukan langkah untuk melindungi WNI yang disandera dan membebaskan MV Sinar Kudus melalui berbagai opsi.
Markas Komando Korps Marinir pun telah menerbitkan buku tentang keberhasilan membebaskan sandera tersebut.

Buku setebal 184 halaman itu dibeberkan lengkap bagaimana rapat-rapat dijalankan, latihan dilakukan, hingga keputusan diambil Komandan Satgas Merah Putih Mayjen TNI (Mar) M Alfan Baharudin untuk menyergap para perompak tersebut.
Operasi pembebasan sandera kapal MV Sinar Kudus adalah sebuah operasi untuk membebaskan awak kapal MV Sinar Kudus yang disandera di Somalia.
Dalam pembebasan ini dibentuklah Satgas Merah Putih, Satuan tugas militer ini dibentuk untuk menyelamatkan awak kapal MV Sinar Kudus yang dibajak perompak secara milter.
Satgas melibatkan dua kapal fregat yakni KRI Abdul Halim Perdanakusuma-355 dan KRI Yos Sudarso-353, satu kapal LPD KRI Banjarmasin-592 dan satu helikopter, “sea riders” dan LCVP.
Baca: Ketika Kopaska Siapkan Pasukan Bunuh Diri Dengan Senjata Maut Untuk Perang Dengan Belanda
Baca: Sudah Terbukti Kekuatannya, 1 Denjaka yang Setara dengan 120 TNI Biasa Juga Berbekal IQ Tinggi
Personel yang dikerahkan terdiri atas pasukan khusus dari Kopassus (Satuan 81/Penanggulangan Teror), Korps Marinir (Denjaka) dan Kopaska.
Kapal MV Sinar Kudus milik PT Samudra Indonesia (persero) dibajak Perompak Somalia pada tanggal 16 Maret 2011 dan membawa 20 ABK.
Kapal berbobot 8.911 ton itu membawa feronikel dengan tujuan Belanda.
Ketika dibajak, MV Sinar Kudus berada di Perairan Somalia tepatnya di sekitar 350 mil laut tenggara Oman.
Tugas pokok dari satgas merah putih adalah Menyelamatkan 20 WNI membawa kembali atau membebaskan kapal Sinar Kudus, bebas ke Indonesia atau melanjutkan pelayaran ke Eropa seperti rencana sebelum dibajak dengan pengawalan TNI.
Operasi penyelamatan pun dimulai, pada 23 Maret 2011 melalui surat perintah Panglima TNI saat itu Laksamana Mar Agus Suhartono.
Strategi pun diatur, helikopter bolkow yang berpangkalan di KRI Yos Sudarso melakukan pengintaian pada 4 April 2011.
Sempat tercetus untuk melakukan operasi pada malam hari dengan memanfaatkan kegelapan malam.
Namun keberhasilan fifty fifty karena lokasi para ABK belum diketahui.
Baca: Ini Strategi Dinkes Sarolangun untuk Beri Vaksin MR Anak-anak Sekolah, sudah 45 Persen
Baca: Ini Tiga Alasan Kenapa MUI Membolehkan Penggunaan Vaksin MR
Baca: Gagal Potong Ayam Buat Idul Adha, Dua Emak-emak Nyaris Adu Jotos
Satgas Muhibah yang melakukan pengintaian terus memberi laporan perkembangan.
Selain penyiapan operasi militer, pihak PT Samudera Indonesia juga melakukan negosiasi dengan para perompak, mengingat keselamatan ABK harus diutamakan.
Akhirnya pada 30 April pembayaran dilakukan PT Samudera Indonesia kepada para perompak.
Namun di tengah para perompak terjadi perselisihan, pembebasan kapal dan ABK menjadi kian tak pasti.
Ada kemungkinan setelah dibebaskan, akan ada kelompok lain yang menyandera.
Saat itu, tanpa kompromi lagi pasukan Denjaka segera mengejar para perompak yang turun dari MV Sinar Kudus, sekaligus mencegah pembajakan ulang.

Sejumlah perahu milik perompak dikejar dan ditenggelamkandi tengah laut.
Para perompak juga dihabisi.
Satgas Merah Putih Melakukan operasi militer dan juga melakukan pengejaran hingga ke garis pantai Somalia setelah para sandera dibebaskan
Atas keberhasilannya membebaskan seluruh ABK, Kolonel Laut (Pelaut) Achmad Taufiqoerrochman diberikan kenaikan pangkat satu tingkat lebih tinggi menjadi Laksamana Pertama TNI.
Presiden juga memberikan tanda jasa Santi Dharma masing-masing kepada Letkol (Infanteri) Sabri (Danton Ban Sat-801/Gultor), Kolonel (Marinir) Suhartono, (Dandenjaka) dan Letkol (Penerbang) Ronald Lucas Siregar (Pilot Boeing 474-400) yang bertugas dalam misi pembebasan itu.
IKUTI KAMI DI INSTAGRAM: