Kisah Komandan Kopassus Jadi Tameng Hidup Saat Prajurit Tertembak dan Meyakini Masih Bisa Selamat
Kisah perjuangan prajurit TNI mengamankan negara tak perlu dipertanyakan, dengan segenap jiwa raga mereka berjuang mati-matian
Yudi melakukan tindakan berani.
Dia berlari di belakang tandu untuk menjadi tameng hidup bagi para prajuritnya yang memegang tandu.
Saat tandu berhenti sejenak di bawah sebuah pohon Ketapang, tepat di perbatasan Kampung Sori Muslim dan Kristen. Kopda Asep memeriksa kondisi Serda Asrofi.
Tarikan nafasnya makin lemah. Tamtama kesehatan itu lalu berbisik pada Yudi.
“Komandan, ini tidak akan sampai di kapal,” kata Asep.Yudi mencoba bersikap bijak. “Mari doakan yang terbaik,” ujarnya lirih.
Tubuh Asrofi terkulai melemah di pangkuan Asep yang dengan telaten merawat rekannya itu.
Baca: Sama-sama Panjat Tiang Bendera, Nasib Reza Manggar Tak Sebaik Joni
Suasana haru, di dalam hati masing-masing terucap doa pada Allah SWT agar prajurit terbaik itu bisa selamat dan kembali ke rumah menemui keluarganya.
Namun hari itu takdir berkata lain, TNI kehilangan seorang prajuritnya di medan tugas Tanah Saparua.
Tepat di bawah Pohon Ketapang itu Serda Asrofi gugur di pangkuan Kopral Asep Darma.
Yudi menolak memakamkan Serda Asrofi di Desa Muslim atau Kristen.
Dia membawa pulang jenazah anak buahnya itu.
Kejadian ini menyadarkan warga dua desa tak ada keberpihakan YonGab di Ambon.
Bahkan salah seorang prajuritnya harus gugur karena mendamaikan kelompok yang bertikai.
Kompi C terus berada di Saparua selama tiga minggu lamanya.
Mereka meneruskan tugas untuk merazia senjata api dan mendamaikan konflik SARA yang membuat Ambon menangis.
Artikel ini telah tayang di sripoku.com dengan judul Kisah Komandan Kopassus Tak Takut Mati Tertembus Peluru di Kepala, hingga Gugur di Tanah Saparua, http://palembang.tribunnews.com/2018/08/01/kisah-komandan-kopassus-tak-takut-mati-tertembus-peluru-di-kepala-hingga-gugur-di-tanah-saparua?page=all.
Penulis: Candra Okta Della
Editor: Candra Okta Della