Siap Korbankan Diri, Inilah Torpedo Manusia Senjata Maut Pernah Digunakan Kopaska di Irian Barat
Dengan bentuknya yang merupakan kapal selam mini senjata khusus bawah laut jenis ini sebenarnya sama sekali tidak nyaman
Tapi pengalaman itu tak membuat mereka jera.

Pada peperangan berikutnya, Decima Flottiglia (Armada Kapal Tempur AL Kerajaan Italia) mengoperasikan lagi human torpedo pada Perang Dunia II (1942).
Caranya adalah dengan pengendalian oleh personel yang sudah dilatih khusus, yakni seorang pasukan katak (frogman) yang biasa disebut noutatori untuk menyerang kapal perang Inggris.
Baca: Ketika Pasukan Elite Inggris SAS, Terpukau Lihat Latihan Keras Kopassus dan Bikin Bergidik
AL Inggris Pada Oktober 1942 juga mencoba untuk menjebol kapal perang AL Jerman, Tirpitz, dalam Operasi Title menggunakan human torpedo.
Sebelum menjalankan misi tempur yang sesungguhnya AL Inggris melaksanakan uji coba terlebih dahulu.
Tapi demo senjata ini buyar di tengah jalan, karena personel pengendali tak mampu mengendalikan senjata yang tergolong rahasia ini..
Sebaliknya, human torpedo yang dikendalikan tiga prajurit AL Italia juga gagal menghajar kapal perang Inggris, Olterra.
Ketiga awaknya bahkan menemui ajal setelah menabrak ranjau yang ditaruh AL Inggris di sekitar wilayah perlintasannya.
Meski merupakan senjara rahasia yang sangat beresiko pasukan Kopaska TNI AL (ALRI) ternyata pernah mengoperasikan torpedo manusia dalam Operasi Trikora.
Tapi, human torpedo buatan ALRI berbeda dibanding human torpedo buatan AL Italia dan AL Inggris.
Baca: Ledakan Keras di Depan Soekarno, Lumpur Dermaga Muncrat, Soekarno Tepuk Anggota Kopaska
Human torpedo ala ALRI berupa perahu kecil yang dikendalikan prajurit dan di bagian ujungnya diikatkan torpedo yang biasa diusung kapal selam.
Cara penggunaannya adalah kapal dikendalikan menuju kapal musuh dan sebelum terjadi benturan prajurit pengendali sudah melompat terlebih dahulu ke air.
Tapi, senjata ini batal digunakan karena Indonesia bisa merebut Irian Barat melalui diplomasi PBB.
Namun Torpedo ternyata tetap digunakan oleh Kopaska ujntuk melakukan operasi penyusupan yakni dengan menggunakan torpedo yang kosong.
Torpedo tanpa bahan peledak itu ‘diisi’ personel Kopaska dan kemudian diluncurkan ke laut bak kapal selam mendekati kapal musuh.
Setelah dekat personel Kopaska diam-diam keluar untuk melancarkan misi tempurnya.
Operasi mengunakan torpedo untuk mengangkut pasukan itu sebenarnya cukup rumit dan beresiko tinggi serta hanya pasukan sangat terlatih yang bisa melakukannya.
(Sumber : Kopaska Spesialis Pertempuran Laut Khusus TNI AL 2012).