Senja, Kala Air Mata Soeharto 'The Smiling General' Menetes
Dengan latar belakang militer yang dimilikinya, ketegasan itu bahkan kerap menjadikan Presiden kedua Republik Indonesia itu dianggap
"Pak Harto tidak ingin merepotkan karena setiap kali semua kerabat yang datang menjenguk beliau akan disorot kamera media massa dan diberitakan. Pak Harto merasa jauh lebih tenang di rumah," ujar Satya.
Baca: Fakta Hingga Kronologi Tak Dipilihnya Mahfud MD Sebagai Cawapres Jokowi Tidak Sakit Hati Namun . .
Setetes air mata
Meski mengenang Soeharto sebagai sosok yang tegas dan tangguh, Satya ingat pernah melihat Soeharto dalam keadaan sangat sedih.
Saat itu, Soeharto baru saja ditinggal istrinya, Siti Hartinah Soeharto atau Tien Soeharto.
"Ketika itu 28 April 1996, saya mendapat kabar bahwa Ibu Tien meninggal dunia," ucap Satya.
Satya mengaku tiba di rumah duka di Jalan Cendana sekitar pukul 07.00 WIB.

Ketika itu jenazah Ibu Tien dibaringkan di ruang tamu. Satya masuk untuk menyampaikan belasungkawa.
"Pak Harto memeluk saya, kemudian berkata sangat perlahan, 'Piye to, kok ora iso ditolong...? (Bagaimana, kok tidak bisa ditolong?)'," tutur Satya.
Satya tidak mampu mengucapkan satu kata pun.
Sosok yang dikenal sebagai "The Smiling General" itu beberapa kali mengusapkan tetesan air matanya dengan sapu tangan.
"Saya hanya tertegun, turut merasakan dalamnya kepiluan di hati Pak Harto," tutur pria yang mendapat gelar doktor bidang neurologi dari Universitas Tokyo pada 1972 itu.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Senja Kala dan Setetes Air Mata Soeharto..."