Menjadi Pekerja Serabutan, Kisah Hidup Soeharto yang Jarang Diketahui, Sempat Jadi Polisi Jepang
Kisah Soeharto berikut ini merupakan sepenggal kisah perjalanan hidup soeharto. Keluarga Soeharto bisa dikatakam tidak rukun.
Setelah tamat, Soeharto memutuskan kembali ke Wuryantoro, tempat buliknya.
Soeharto kembali ke sana karena bapaknya enggak mampu membiayainya melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Makanya, Soeharto berniat minta tolong dicarikan pekerjaan oleh pakliknya. Dapat! Soeharto kerja sebagai juru tulis di sebuah bank desa.
Seragam kerjanya: blangkon, beskap, dan sarung.
Baca: Ahmad Heryawan Dipastikan Tak Akan Gantikan Sandiaga Uno Jadi Wagub DKI
Gara-gara seragam kerjanya inilah Soeharto ketiban apes! Ceritanya, sarung yang dipakenya tiap hari udah lusuh.
Terus, ia dipinjami oleh buliknya sarung kesayangannya. Eh, sarung sarung itu ternyata enggak sengaja nyangkut di jari-jari sepeda yang sedang ia tunggangi.
Dus, peristiwa tadi mengakiri kariernya sebagai juru tulis bank desa.
Menganggur, Soeharto mencoba peruntungan ke Solo.
Sebab, seorang teman menginformasi bahwa Angkatan Laut Belanda sedang mencari juru masak.
Tapi, ternyata begitu sampai di Solo lowongan yang dimaksud enggak ada.
Baca: VIDEO: Ini Dia Kesaksian Satu-satunya Penumpang Selamat Pesawat Jatuh di Papua
Dengan kecewa, Soeharto kembali ke Wuryantoro. Dia bekerja serabutan (dari ikut membangun langgar sampai membersihkan selokan air), supaya bisa menyambung hidup.
Enggak lama Soeharto mendengar informasi lowongan kerja lagi! Kali ini lowongan bergabung dengan Angkatan Perang Belanda (KNIL).
Daripada enggak ada pekerjaan tetap, tanggal 1 Juni 1940 Soeharto mantap mendaftar sebagai prajurit.
Soeharto mendapat pelatihan kemiliteran yang superkeras. Tiap hari dari Subuh sampai larut malam, dia enggak henti-hentinya digembleng fisik dan mental.
Toh, Soeharto enggak merasa tertekan. Kehidupan masa kecilnya yang serba enggak pasti justru membuatnya kepincut dengan disiplin keras dan keteraturan yang diajarkan di sana.