Ketika Tentara & Media Thailand Saksikan Keganasan Kopassus Tumpas Teroris yang Membajak Pesawat
Ya, Komando Pasukan Khusus (Kopassus) pernah membuktikan kehebatannya saat operasi pembebasan pesawat Woyla di Thailand pada Maret 1981.
Adapun yang memimpin pasukan adalah Letkol Infanteri Sintong Panjaitan yang kala itu menjabat sebagai Asisten 2/Operasi Kopassandha.
Ada pula tiga orang perwira menengah yakni, Mayor Sunarto, Mayor Isnoor, dan Mayor Subagyo HS. Ketiganya memimpin operasi di lapangan.
Baca: Andrea Dovizioso Merenggang dengan Jorge Lorenzo, Bos Ducati pun Membela Sosok ini
Baca: Peminat Harus Antre 28 Tahun, Daftar Tunggu Calon Jemaah Haji Bulukumba
Kopassus yang masih bernama Para Komando dari Komando Pasukan Sandi Yudha (Koppasandha) sukses 'membereskan' para pembajak hanya dalam waktu 3 menit.
Sebanyak empat orang teroris ditebak mati oleh Kopassus., sedangkan satu orang teroris, Imran bin Muhammad Zein, ditangkap lalu dihukum mati.
Di balik kesuksesan Kopassus itu, ada cerita tersendiri dari Letkol Infanteri Sintong Panjaitan.
Seperti dilansir laman Intisari Intisari dari buku Sintong Panjaitan Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando karya Hendro Subroto, sang komandan rupanya sempat membohongi pasukannya sebelum menumpas pembajak.
Hal itu dilakukan semata-mata demi keberhasilan misi.
Ketika pasukan Kopassus tiba di bandara Don Muang, di sana sudah dipenuhi aparat keamanan Thailand dan wartawan dari berbagai media.
Setibanya di lokasi, semua pasukan antiteror segera melakukan konsolidasi dan persiapan operasi di bawah kendali Letkol Sintong.
Namun, Letkol Sintong punya pemikiran tersendiri. Ia tidak ingin anak buahnya stres dan kelelahan.
Baca: 3 Menit Mendebarkan, Peluru Berdesing di Antara Polisi dan Bandit Berjimat Kulit Harimau
Baca: Kronologi Reporter Kompas TV Jambi Dipukul Petugas Pengamanan Api Obor Asian Games 2018
Ia pun pergi keluar dari ruang tempat pasukannya beristirahat. kala itu, Letkol Sintong beralasan ada yang memanggil.
Ia juga mengatakan bahwa operasi pembebasan sandera dibatalkan dan semua anggota pasukan sebaiknya tidur saja.
Semua itu dilakukan agar anak buah Sintong yang sudah lelah dalam latihan bisa istirahat total dan besok dapat melakukan operasi pembebasan sandera secara optimal.
Pasukan yang dikibuli atasannya itu pun tidur lelap.
Pada 31 Maret 2980 sekitar pukul 02.00 dini hari, pasukan Kopassus mendadak dibangunkan untuk segera melakukan operasi pembebasan.