Titik Nadir Kehidupan Iwan Cepi Murtado, Kisah Pembunuh Bayaran di Indonesia yang Tobat

Dalam wawancaranya, Iwan Cepi Murtado menjelaskan bagaimana tekniknya saat mendapat orderan untuk mengeksekusi ...

Editor: Duanto AS
Iwan Cepi Murtado. (capture youtube) 

"Itu ada satu perjanjian. Kalau saudara menyuruh saya, di lapangan jangan ikut campur," kata dia.

Saat itu, Iwan mengaku tidak memikirkan soal nyawa orang lain, yang ada di benaknya hanyalah bayaran.

"Melihat bayaran, apa yang saya pikirkan sudah tidak pikirkan lagi," kata Iwan.

Adapun jumlah bayaran Iwan untuk sekali membunuh, harganya tidak menentu.

Mulai dari Rp 2 juta hingga Rp 25 juta.

Kendati dikenal sebagai pembunuh bayaran, Iwan tidak melabeli diri dengan predikat tersebut.

Menurutnya, sebutan pembunuh bayaran berasal dari teman-temannya.

Ketika ditanya sudah berapa nyawa yang telah dihabisinya, Iwan enggan menjawab.

Matanya langsung berkaca-kaca ketika mengingat masa kelam tersebut.

Baca: Data Titik Api di Provinsi Jambi, Jumat, 3 Agustus 

"Saya udah nggak mau mengungkap lagi. Karena yang saya kerjakan ini bukan mencuri, nyawa orang yang saya habisi," ujar Iwan.

Ketika ditanya untuk kedua kalinya oleh pewawancara soal total orang yang dibunuhnya, Iwan kembali enggan memberikan jawaban.

"Jangan ditanya lagi. Kalau saya ditanya sampai ke situ (membunuh), hati saya terenyuh," ujarnya menambahkan.

Menurut Iwan, ada satu pembunuhan yang begitu melekat di kepalanya.

"Yang paling saya ingat adalah yang terakhir, karena dia adalah seorang perempuan, perasaan saya ada, tidak teganya, karena ia perempuan, karena itulah saya menyesal," tutur Iwan.

Kehidupan Iwan mulai berubah ketika mendekam di penjara Cipinang selama 10 tahun.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved