Soekarno Ingin Dikuburkan di Tempat Lain, Soeharto Justru Makamkan Bung Karno itu di Blitar, Kenapa?

Sosoknya yang karismatik , tegas dan juga sangat disegani membuat Presiden RI pertama, Soekarno menjadi kebanggan rakyat Indonesia

Editor: Andreas Eko Prasetyo
Soekarno dan Soeharto. 

TRIBUNJAMBI.COM - Sosoknya yang karismatik , tegas dan juga sangat disegani membuat Presiden RI pertama, Soekarno menjadi kebanggan rakyat Indonesia.

Sebagai bapak bangsa, Soekarno tentu memiliki jasa yang besar bagi bangsa Indonesia.

Satu di antara jasanya adalah membacakan proklamasi kemerdekaan Indonesia bersama Hatta.

Oleh karena itu, Soekarno pun digelari sebagai Pahlawan Proklamator.

Selain sebagai Proklamator, Soekarno juga dikenal sebagai Presiden pertama Indonesia.

Era kepemimpinan Soekarno mengalami senjakala pada dekade 60-an.

Selang beberapa tahun kemudian, Soekarno pun wafat.

Baca: 4 Trio Penyerang Liga Top Eropa yang Paling Ditunggu di Musim 2018/2019, Ada Firmansah

Oleh presiden yang memimpin saat itu, Soeharto, jenazah Soekarno dimakamkan di Blitar, Jawa Timur.

Terkait hal ini, seorang aktor yang pernah memerankan sosok Soeharto di film "Pengkhianatan G30S/PKI", Amoroso Katamsi, pernah angkat bicara.

Hal itu sebagaimana yang tertulis dalam buku "Pak Harto, The Untold Stories".

Amoroso mengatakan, dia pernah menanyakan hal itu kepada Soeharto.

Menurut Amoroso, terdapat sejumlah hal yang disampaikan Soeharto terkait alasan memakamkan Soekarno di Blitar.

Baca: Lewat Buku ini, Presiden Rusia Menguak Rahasia dan Kesukaan Soekarno, Satu Diantaranya. .

Satu di antaranya karena di sana, jenazah Soekarno bisa dimakamkan dekat dengan sang ibu.

"Ketika Bung Karno meninggal mau dimakamkan di mana, karena ketika itu terdapat berbagai masukan dari keluarga beliau. Tetapi saya ingat bahwa Bung Karno adalah orang yang sangat menghargai ibunya. Jadi saya putuskan beliau dimakamkan dengan ibunya di Blitar," kata Amoroso, menirukan Soeharto.

Selain itu, hal tersebut juga sebagai bentuk penghormatan Soeharto kepada Soekarno.

Sebab, Amoroso pernah menanyakan sesuatu kepada Soeharto terkait perannya dalam film "Trikora".

"Ketika itu Bapak kan ngendhiko (mengatakan), saat Bung Karno bertanya kepada Bapak, aku iki arep mbok apakke (saya ini mau kamu apakan)?," ujar Amoroso, yang kembali menirukan ucapan Soeharto.

Baca: Soekarno Miliki 9 Istri, Namun Hanya Satu Istri ini yang Temani Dirinya Hingga Akhir Hayat

Mendapat pertanyaan dari Soekarno, Soeharto pun segera menjawabnya.

"Saya ini orang Jawa. Saya menganggap Bapak adalah bapak saya, sehingga prinsipnya adalah mikul dhuwur mendhem jero (mengangkat semua kebaikan setinggi-tingginya, menimbun semua keburukan sedalam-dalamnya)," kata Amoroso, yang masih mengulang ucapan Soeharto.

Satu di antara cara yang disampaikan Soeharto adalah mengabadikan nama Soekarno di pintu gerbang Indonesia, Bandara Soekarno-Hatta.

"Situasi politik pada waktu itu tidak memungkinkan saya berbuat banyak kepada Bung Karno, karena itu akan bertentangan dengan kehendak rakyat. Tetapi sesudah semuanya reda, saya segera memerintahkan untuk mengabadikan nama beliau di pintu gerbang Indonesia, Bandara Soekarno-Hatta," tutur Amoroso menirukan jawaban Soeharto.

Amoroso juga mengungkap alasan Soeharto memberikan gelar Pahlawan Proklamasi kepada Soekarno.

Baca: 10 Artis dengan Bayaran Tertinggi di Instagram 2018 versi Hopper HQ, Sekali Posting Rp 10 Miliar

Menurutnya, saat itu ada banyak pertentangan atau perdebatan mengenai gelar pahlawan untuk Soekarno.

Tidak hanya itu, Soeharto juga sempat berpikir, gelar pahlawan apa yang paling tepat untuk Soekarno.

Hingga, akhirnya Soeharto pun memberikan gelar Pahlawan Proklamasi kepada Soekarno.

"Akhirnya saya berikan nama Pahlawan Proklamasi dan itu tidak ada yang bisa melawan, karena memang kenyataannya Bung Karno adalah Sang Proklamator," ujar Amoroso, yang sekali lagi menirukan ucapan Soeharto.

Keinginan Soekarno yang sebenarnya

Jauh sebelum dirinya wafat, Soekarno pernah mengemukakan keinginannya, tepatnya terkait pemakamannya.

Baca: Besok Dirilis, Begini Bocoran Tampilan Panel Instrumen Yamaha MX King 150 Facelift

Itu seperti yang ditulis oleh Cindy Adams dalam bukunya "Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat".

Saat itu, Soekarno mengatakan dia telah berpesan kepada teman-temannya agar tidak menguburkannya seperti Gandhi.

"Teman akrabku, Pandit Jawarhal Nehru, membangun kuburan Gandhi dengan segala macam hiasan. Ini terlalu mewah. Kalau aku, kubikin buat Gandhi suatu tempat istirahat dengan pohon-pohon, dengan burung-burung dan sebuah taman," kata Soekarno dalam buku itu.

Menurutnya, hal itu kembali kepada kesederhanaan, serta kembali kepada alam dan nilai-nilai dasar dari manusia.

Soekarno melanjutkan, walaupun Gandhi seorang pemimpin dunia, dan harus diberi kehormatan, dia yakin Gandhi sama sekali tidak menginginkan hal itu.

Baca: Live Streaming Indonesia Vs Vietnam, Duel Raja Gol Piala AFF U-16 2018 Pukul 15.30 WIB

"Aku juga tidak mau begitu. Aku mendambakan bernaung di bawah pohon yang rindang, dikelilingi oleh alam yang indah, di samping sebuah sungai dengan udara segar dan pemandangan bagus. Aku ingin beristirahat di antara bukit yang berombak-ombak dan di tengah ketenangan,"ucap Soekarno.

Tidak hanya itu, Soekarno menyebut di mana seharusnya dia dimakamkan.

Menurut Soekarno, dia ingin sekali dimakamkan di daerah Priangan.

Ada sejumlah alasan yang dikemukakan.

"Dan aku ingin rumahku yag terakhir ini terletak di daerah Priangan yang sejuk, bergunung-gunung dan subur, di mana aku pertama kali bertemu dengan petani Marhaen," kata Soekarno.

Megawati ungkap keluarga tak setuju Bung Karno dimakamkan di Blitar

Haul Proklamator RI Bung Karno ke-48 diselenggarakan di Makam Bung Karno, Bendogerit, Kota Blitar, Rabu (20/6/2018) lalu.

Baca: AHM Luncurkan Motor Retro Klasik Honda Super Cup 125, Tebak Harganya?

Dalam kesempatan tersebut, Putri Bung Karno, yaitu Megawati Soekarnoputri, berkesempatan memberikan sambutan sebagai perwakilan dari keluarga besar Bung Karno.

Presiden RI ke-5 tersebut menceritakan, bagaimana perjuangan ayahnya bukan hanya dalam memerdekakan Indonesia, tapi juga bangsa-bangsa lain yang terjajah.

"Dedikasi Bung Karno kepada bangsa dan negara, baik dalam pemikiran maupun karya, dan perjuangannya sangat luar biasa. Tidak heran rakyat Indonesia menyebut beliau Proklamator, Bapak Bangsa, dan juga sering disebut penyambung lidah rakyat Indonesia," kata Megawati.

Air mata Megawati mulai menetes saat menceritakan, bagaimana kehidupan Bung Karno di akhir-akhir umurnya.

Yang justru harus dibuang dan dipenjara oleh pemerintah yang baru.

"Saya ikhlas dibuang, dipenjara, karena saya yakin, suatu saat kita akan punya negara dan bangsa, itu yang diceritakan Bung Karno kepada kami, anak-anaknya," ujar Ketua Umum PDI Perjuangan ini.

Baca: Denada Berusaha Kuatkan Shakira, Ini yang Diucapkannya di Tengah Perjuangan Lawan Leukimia

Ketika Bung Karno meninggal, Megawati menceritakan bahwa keluarga tidak menyetujui untuk dimakamkan di Blitar.

"Tetapi karena pada waktu itu pemerintahan begitu keras, jadi seluruh keluarga akhirnya merelakan untuk dimakamkan disini," lanjutnya.

Ketika jenazah Bung Karno sampai di Kota Blitar, Megawati mengatakan banyak rakyat yang datang untuk mengantarkan jenazah Bung Karno.

"Padahal waktu itu, masyarakat tidak boleh banyak yang datang dan sangat dijaga dengan kuat, tetapi saya masih ingat arus dari rakyat itu tidak ada yang bisa membendung, karena rakyat memang mencintai beliau," kata Megawati sambil menyeka air matanya.

Bahkan tidak cukup sampai di situ, Megawati menganggap telah terjadi Desoekarnoisasi, yang bertujuan untuk menghilangkan ide dan gagasan yang telah dibangun oleh Bung Karno, di negara yang telah dimerdekakannya sendiri.

Artikel ini telah tayang di Tribunjatim.com dengan judul Jenazahnya Dimakamkan Soeharto di Blitar, Soekarno Justru Ungkap Ingin Dikuburkan di Tempat Lain

IKUTI KAMI DI INSTAGRAM:

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved