Kisah Surat Soekarno dari Lapas Sukamiskin, Ceritakan Hal yang Ia Lakukan Selama di Penjara

Soekarno membuat surat Saart berada di Lapas Sukamiskin, Sekaligus menjadi sejarah kemerdekaan Indonesia.

Editor: Leonardus Yoga Wijanarko
ist
Presiden Soekarno 

TRIBUNJAMBI.COM - Soekarno membuat surat Saart berada di Lapas Sukamiskin, Sekaligus menjadi sejarah kemerdekaan Indonesia.

Hal ini terkait dengan sebuah surat legendaris nan historis dari Bung Karno saat dirinya di penjara yang terletak di wilayah Arcamanik tersebut.

Dilansir dari Intisari.grid.id, majalah Intisari, di edisi perdannya pada Agustus 1963, pernah memuat surat yang ada dalam buku "Dibawah Bendera Revolusi" tersebut dengan judul "Surat Bung Karno dari Pendjara Sukamiskin".

 
Berikut ini surat yang dimaksud. Tentu saja sudah kami sesuaikan dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)

Sukamiskin, 17 Mei 1931

Saudara!

Barulah sekarang ada sepucuk surat dari Sukamiskin kepada Saudara. Lebih baik saya katakan daripada tidak sama sekali saya berkirim surat kepada Saudara. Karena orang tangkapan seperti macamku ini hanyalah sekali dalam dua minggu boleh ber­kirim surat.

Dua pekan yang lalu ada jugalah kesempatan bagiku untuk mengirimkan surat. Tetapi kesempatan itu saya pakai untuk memberi kabar kepada isteriku, bahwa saya sudah dipindahkan ke Sukamiskin, dan dia boleh datang melihat dan berbicara dengan saja dua kali dalam sebulan, serta tidak boleh membawa apa-apa sebagai tanda kasih atau oleh-oleh untukku.

Berapakah lamanya? cuma sepuluh menit. Menerima su­rat bolehlah saya tiap-tiap hari: tentu saja diperiksa baik-baik.

Tidak berapa lamanya sesudah masuk ke dalam rumah kurungan, maka saya lalu bertukar pakaian dengan pakaian orang kurungan yang berwarna biru, rambutku dipotong hampir menjadi gundul, "dimilimeter" dalam bahasa Belandanya.

Hampir segala apa yang saya bawa dari rumah tahanan (di kota Bandung) – itu semuanya diambil. Besok harinya hari besar Islam; jadi saya tak perlu bekerja. 

Sehari sesudah itu saya mesti pergi berbaris ketempat……  membuat kitab tulisan: disanalah saya sampai sekarang meladeni satu daripada mesin garis dan me­sin potong yang besar-besar; tiap-tiap hari saya kerjakan berpuluh-puluh rim kertas: memedat barang, memuat dan membongkarnya.

Pada malam hari kalau pekerjaan sudah selesai dan sesu­dah mandi yang lamanya ditentukan enam menit, ya, enam menit, dan membersihkan badan karena kotor oleh minyak mesin yang melekat pada tangan kaki dan pipi, dan kalau saya sudah makan, makan nasi merah dengan sambal yang sederhana, maka besarlah hati saya karena kembali ke dalam bilik kecil yang besar 1,50 x 2,50 m, sehingga dapat melepaskan Ielah pekerjaan sehari-hari.

Badanku sudah letih lesu, dan otakku seolah-olah tertidur (lethargie), sehingga kitab yang terbuka, di hadapanku tidak terbaca lagi, dan beladarpun tak ada hasilnya.

Sebentar lagi pukul sembilan cahaya mesti digelapkan dengan tidak dapat disangkal lagi; baiklah begitu, karena hari ini sudah bekerja keras, dan besoknya bekerja keras lagi, dan kedua-duanya memaksa saya mesti lekas pergi tidur.

Halaman
12
Sumber: Grid.ID
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved