Bongkar Penyebab Harga Telur 'Meroket', Menteri Perdagangan Bilang Ini yang Jadi Penyebab
"Persoalan telur ini sebenarnya bukan satu dua hari saja, melainkan sudah cukup lama. Cuma memang dalam minggu ini kenaikannya lebih agresif ..."
"Yang pertama kalau bicara soal telur itu enggak bisa lepas dari ayam dan ayam ini sebenarnya bermasalah. Ujung pangkal persoalannya ada di ayam sebenarnya," terangnya.
Persoalan pertama, kata Abdullah, ada pada pembatasan pembibitan dan kedua adalah pembatasan obat yang berujung pada produksi ayam melambat.
Jika biasanya dalam waktu tiga bulan ayam sudah besar dan bisa bertelur, dengan pembatasan obat tersebut harus menunggu hingga empat bulan.
"Ketiga adalah soal pakan. Pakan ini ada yang mengikuti dollar Amerika Serikat. Pelemahan rupiah sekarang ini membuat distribusi pakan jadi terganggu," tutur Abdullah.
Penjualan para pedagang pun diklaim turun selama seminggu terakhir.
"Selama seminggu ini penjualan telur ayam turun 30 persen di pasar-pasar. Konsumen beralih ke komoditas lainnya, seperti ikan, tempe, dan tahu. Ketiganya naik 30 persen penjualannya," sebut Abdullah.
Intervensi pemerintah
Melihat hal tersebut, pemerintah melalui Menteri Perdagangan ( Mendag) Enggartiasto Lukita telah memanggil para peternak ayam petelur dan penjual pakan.
Enggar memastikan pihaknya telah menyiapkan langkah-langkah untuk menstabilkan harga telur di pasaran. "Ada beberapa langkah ke depan yang kami mintakan dan juga dapat respons positif dari para pelaku, yaitu jangan mengambil tambahan keuntungan," ujar Enggar di kantornya, Senin (16/7/2018).
Enggar menambahkan, pihaknya juga akan melakukan intervensi pasar jika harga telur dan daging ayam tak berangsur turun. Langkah tersebut akan ditempuh jika selama sepekan ini harga komoditas itu tak juga menurun.
"Kami menyiapkan langkah untuk melakukan intervensi pasar. Langkah itu dilakukan dengan kita meminta para integrator yang besar itu untuk mengeluarkan stoknya dan kami akan melakukan penjualan langsung di pasar," sebut Enggar.
Baca: Penerimaan CPNS 2018 Bakal Prioritaskan Formasi Ini, Persiapkan dari Sekarang
Enggar juga membeberkan penyebab mahalnya harga telur di pasaran. Berbeda dengan pendapat IKAPPI, Enggar menyatakan bahwa salah satu penyebab kenaikan harga telur dan ayam adalah masa libur panjang Lebaran 2018.
"Dari sisi suplai ke pasar sampai ke konsumen terjadi pengurangan yang juga diakibatkan karena masa libur panjang. Ternyata para pekerja di peternakan mau cuti panjang," ujarnya.
Selain itu, kata Enggar, faktor cuaca ekstrem juga menyebabkan kenaikan harga telur dan daging ayam. Sebab, akibat cuaca ekstrem tingkat produktivitas para peternak ayam menurun.
"Kami sepakat mengurangi kadar obat-obatan supaya lebih sehat, tapi lebih berisiko, risikonya tingkat kematian dan produktivitas. Ada cuaca ekstrem bisa kita saksikan di Dieng ada salju," kata Enggar.