Ilmuwan Teliti Kerangka Berusia 300 Tahun untuk Ungkap Asal Penyakit Sifilis

Sebelumnya, metode untuk menemukan asal-usul penyakit ini, bergantung pada catatan historis atau dari hasil identifikasi kerangka.

Editor: Teguh Suprayitno
national geographic
Kerangka dari salah satu individu pengidap sifilis yang diketahui berusia enam bulan ketika meninggal. 

Meskipun teknik pengurutan genom pada sisa-sisa manusia telah menyajikan alat baru yang menarik untuk mempelajari sifilis, namun menurut Molly Zuckerman, antropolog dari Mississippi State University, menemukan sekumpulan kerangka manusia akan menjadi tantangan terbesar.

Untuk melacak kasus sifilis yang didiagnosis sebelumnya, “langkah selanjutnya adalah melihat berbagai sampel berbeda,” kata Scheunemann.

“Kami belum tahu apakah bakteri yang ditemukan pada era kolonial Meksiko ini, sama dengan di Eropa.”

Sebuah studi 2016 yang dipublikasikan pada International Journal of Paleopathology, meneliti tulang pria berusia 2.200 tahun dari Cile Utara. Tulang itu menunjukkan tanda-tanda aneurisma aorta toraks, yang kadang terjadi pada pengidap sifilis.

Namun, karena teknologi pengurutan genom belum dilakukan saat itu, masih belum jelas apakah pria tersebut mengidap sifilis atau frambusia.

Getty Images
Treponema pallidum.
Getty Images Treponema pallidum. (national geographic)

“Anda tidak bisa membedakan kedua penyakit itu secara skeletal, tapi dengan genetik,” kata Zuckerman, yang fokus penelitiannya adalah evolusi penyakit menular.

Studinya sendiri mengantarkan kepada hipotesis bahwa bakteri triponema awalnya berasal dari Dunia Baru. Ia menjelma menjadi frambusia melalui penularan antarkulit yang terjadi akibat paparan iklim hangat.

Ketika patogen itu menyebar ke Eropa, cuaca sedang dan kontak kulit melalui aktivitas seksual memungkinkan bakteri semakin berkembang.

Mendiagnosis sifilis lebih awal

Memahami evolusi bakteri dapat membantu para peneliti untuk mendiagnosis penyakit sifilis pada tahap awal.

“Mendapatkan wawasan tentang bagaimana virus terjadi di masa lalu, dapat memberikan diagnosis yang lebih baik untuk masa sekarang,” tegas Zuckerman.

Informasi mengenai sifilis sangat dibutuhkan karena ia semakin berkembang saat ini. Dari 2014 hingga 2015, Centers for Disease Control melaporkan, terjadi kenaikan penyakit sifilis hingga 17% -- dan itu berlanjut menyebar ke seluruh dunia.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved