Gegara Hal Ini, Ruhut Sitompul Peringatkan Prabowo Subianto 'Hati-hati Mulutmu Harimaumu'
Mantan anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) ini melontarkan peringatan kepada Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto
TRIBUNJAMBI.COM - Ruhut Sitompul membuat komentar pedas kepada Prabowo Subianto.
Mantan anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) ini melontarkan peringatan kepada Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto.
Dilansir Tribunjambi.com dari TribunWow.com, hal tersebut tampak dari unggahan akun Twitter pribadinya yang diposting pada Jumat (22/6/2018).
Ruhut Sitompul memberi peringatan ini terkait dengan apa yang dikatakan oleh Prabowo Subianto saat membicarakan Indonesia.
Mengutip pepatah, Ruhut Sitompul mengatakan jika apa yang disampaikan bisa kembali ke diri sendiri.
Ia pun meminta ketua umum Partai Gerindra itu untuk hati-hati terhadap ucapannya.
Baca: Aman Abdurrahman Sujud Syukur Usai Hakim Bacakan Vonis Mati, Polisi Langsung Bikin Barikade
@ruhutsitompul: Pak Prabowo yg Terhormat !, Apa yg 08 katakan mengenai Indonesia sekarang ini,
“Ibarat Memercik Air di Dulang terpercik Muka Sendiri hati2 MulutMu HarimauMu”
#2019 Mohon Pak JOKOWI 1X Lagi MERDEKA.

Diketahui, Prabowo Subianto sebelumnya melontarkan sejumlah kritik terhadap pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Kritikan tersebut ia sampaikan melalui akun Faceboo @Prabowo Subianto yang diunggah pada Selasa (19/6/2018).
Berikut petikan lengkap pidato yang disampaikan oleh Prabowo Subianto.
Baca: Jadwal Piala Dunia 2018 Brasil Vs Kosta Rika, Live Trans TV Mulai Pukul 19.00 WIB, Lihat Aksi Neymar
"Assalamualaikun wr wb, salam sejahtera, shalom, om swastiastu, namo budaya.
Selamat malam saudara-saudara sekalian, sahabat-sahabatku para kader Partai Gerakan Indonesia Raya di manapun engkau berada, para anggota Gerindra yang saya cintai dan saya banggakan, para simpatisan, keluarga besar Partai Gerindra di manapun engkau berada malam hari ini.
Pertama, tentunya sekali lagi saya ucapkan selamat hari raya Idul Fitri, selamat berhari libur dan siap-siaplah kembali beraktivitas setelah beberapa hari kita bersama-sama keluarga kita merayakan hari besar agama Islam bagi yang beragama Islam.
Bagi yang beragama lain juga saya kira menikmati hari libur. Sekarang saatnya kita berkumpul kembali membicarakan hal-hal yang lebih serius.
Saudara-saudara sekalian, saya ucapkan terima kasih kepada saudara-saudara sekalian malam hari ini yang bersedia mengorbankan waktu saudara-saudara berkumpul dan mendengarkan siaran saya pada malam hari ini.
Malam hari ini untuk pertama kali saya berusaha menguji coba salah satu sarana berkomunikasi yang telah kita bangun supaya kita bisa bicara langsung kepada saudara-saudara sekalian di seluruh Indonesia.
Saudara-saudara sekalian, kita merasakan bersama keadaan bangsa yang terus terang saja kurang membahagiakan bagi sebagian besar rakyat kita.
Sudah berkali-kali kita bahas dan saya kira kader Gerindra mungkin tidak perlu terlalu rinci lagi saya uraikan. Sudah banyak di antara kalian yang sudah datang ke Padepokan Garuda Yaksa di Bojong Koneng, Bogor, Jawa Barat, di sana sebagian dari kalian sudah menerima penataran, kaderisasi, pelajaran, kita sudah buktikan kepada kalian dengan data, dengan fakta, gejala-gejala, fenomena yang terjadi di bangsa kita.
Saya telah menyebarluaskan, yang terakhir buku saya 'Paradoks Indonesia' yang sudah tersebar di mana-mana. Dan saya kira saudara sudah paham benar apa yang menjadi pusat perhatian dari Partai Gerindra
Dari awal saya dan partai Gerindra melihat, bahwa kehidupan bangsa di Indonesia di arah yang salah, kita merasakan dan Gerindra merasakan dan saya berpandangan bahwa sistem bernegara, sistem politik dan sistem ekonomi di jalur yang menyimpang.
menyimpang dari rencana dan cetak biru yang dibangun oleh pendiri bangsa kita. Yaitu pancasila dan UUD 1945.
Kesulitan kita sekarang, karena kita tidak setia terhadap pancasila dan UUD 1945.
Banyak yang menggunakan pancasila dan UUD 1945 sebagai mantra dan slogan tetapi hakekatnya tidak dipahami dan tidak mau dilaksanakan.
Sebagai contoh, pancasila terdiri dari 5 sila, tetapi sering kelima itu tidak dijalankan.
Sebagai contoh ekonomi kita tidak berpatok pada keadilan sosial.
Bagaimana kita bisa katakan keadilan sosial kalau yang menguasai kekayaan bangsa kita hanya segelintir orang saja. Kurang dari 1%. Bahkan ada yang mengatakan tidak lebih dari 300 keluarga dari 250 juta orang yang menikmati kekayaan bangsa Indonesia
Kekayaan negara diambil dan dikuasai bangsa asing. Indonesia sekarang disebutnya harus meminjam uang untuk membayar utang dan menggaji pegawai. Intinya, Indonesia dalam keadaan lemah," ungkap Prabowo Subianto.
Simak selengkapnya dalam video di bawah ini.