Menilik Penembakan Pada Lima Orang Suku Anak Dalam di Pelepat
Jupri masih terlihat begitu sedih, suaranya setengah parau dan guratan kecemasan masih terdengar saat saya meneleponnya
Penulis: Tommy Kurniawan | Editor: Andreas Eko Prasetyo
Laporan Wartawan Tribun Jambi. Tommy Kurniawan
TRIBUNJAMBI.COM JAMBI - Jupri masih terlihat begitu sedih, suaranya setengah parau dan guratan kecemasan masih terdengar saat saya meneleponnya.
Jupri, merupakan Suku Anak Dalam anggota Kelompok Hari di Desa Pasir Putih Kecamatan Pelepat Kabupaten Bungo yang turut terlibat dalam insiden mencekam saat polisi memberikan timah panas pada kelompoknya.
Jupri bercerita, kala itu mereka sama sekali tidak pernah membayangkan niat baik menanyakan laporan mereka berujung pada luka tembak yang dialami oleh lima orang Suku Anak Dalam dari kelompoknya.
“Kejadian awalnya ada salah satu anggota kelompok lain yang bernama Ilham mengejek salah satu anggota kelompok kami. Dan ini bahkan membawa seluruh anggota kelompok kami yang perempuan dengan menyebutkan kata-kata yang pantang,” ujarnya.
Dulu kata Jupri, Ilham ini juga melakukan keonaran dan mereka pun akhirnya telah berdamai dan menandatangani perjanjian. “Kami sudah membuat perjanjian dengan pihak kepolisian. Siapa yang melanggar akan membayar denda dua kali lipat dari denda yang sudah kami bayar sebelumnya karena menyerang Ilham yang melakukan keonaran secara bersama-sama,” jelasnya.
Baca: Hemat Anggaran, Pemkab Tebo Kirim Atlet Seadanya Ikuti Pekan Paralympic di Jambi
Jupri mengaku mereka selama ini taat dengan aturan yang berlaku. Bahkan pihaknya menyerahkan segala persoalan dengan melibatkan kepolisaian setempat. Sejak 16 Juni mereka sudah melaporkan persoalan penghinaan yang dilakukan Ilham kepada pihak polsek Pelepat namun tak kunjung juga mendapatkan respon.
“Kami ke sana untuk menuntut polisi menangkap Ilham, kami bawa kayu cuma untuk menggertak. Tidak membawa kecepek (senjata api). Kami tidak menyerang,” keluhnya.
Kondisi saat itu benar-benar menakutkan, kata Jupri karena melihat oknum polisi menembaki Supri, anggota kelompok mereka yang baru berusia kira-kira 15 tahun maka mereka melempari polsek dengan kayu.
“ kayu yang kami bawa itu posisinya di seberang jalan, dan kami tinggalkan karena menyelamatkan diri,” sebutnya.
Baca: MS Kaban Minta Masyarakat Merangin Pilih Bupati yang Cerdas
Penembakan ini telah membuat lima Suku Anak Dalam menderita luka tembak, Supri(15), Unom(20), Buyung(160, Bujang (35), dan Yatim (18). Kejadian tersebut membuat luka dan trauma bagi Suku Anak Dalam.
Siapakah Kelompok Hari dan Badai?
Kelompok Hari dan Badai merupakan dua kelompok yang berada di pemukiman SAD di Desa Pasir Putih Kecamatan Pelepat Kabupaten Bungo.
Kelompok ini berjumlah lebih dari 50 kepala keluarga, dan sehari-hari selain berburu mereka sudah melakukan budidaya ikan dan berkebun.
Mereka sudah mulai mengandalkan sumber-sumber penghidupan lain selain kegiatan berburu yang tidak bisa lagi diharapkan saat ini. Perencam, Bepak Seri mengatakan kegiatan berburu tidak bisa diandalkan lagi menjadi mata pencaharian utama mereka, mereka mulai belajar untuk berkebun karet dan beternak ikan untuk menunjang kehidupan sehari-hari.
Baca: Korban Hilang Bertambah Jadi 189 Orang, 7 Fakta ini Ungkap Tenggelamnya KM Sinar Bangun
Saat ini ada sekitar 17 anak-anak dari kelompok SAD Desa Pasir Putih yang sudah mengecap pendidikan formal. Perencam berharap dengan adanya pendidikan, anak-anak mereka bisa menjadi orang yang sukses dan mendorong kemajuan untuk kelompok mereka.