Cuma Minum Teh atau Kopi Saja, Para Pria Rela Bayar Rp 75 Ribu di Warung ini yang Penjaganya. .

Mencari panganan untuk disantap malam hari memang sering dan mudah didapatkan. Di Jogja, sebut saja jajanan khasnya

Editor: Andreas Eko Prasetyo
Istimewa
Pelayan warung malam atau warung jabai di salah satu desa di Hulu Sungai Tengah (HST) 

Begitu penuturan DZ yang berjualan di pinggir jalan raya Desa Haur Gading, Kabupaten Hulu Sungai Tengah.‎

DZ mengaku berusia 24 tahun. Sejak usia 19 tahun, dia sudah menikah dan punya seorang anak, tapi akhirnya bercerai.

Orang tuanya hidup pas-pasan, sehingga tak bisa menjadi tempat menumpang hidup, sehingga oleh ayahnya DZ puin diberi modal berjualan di warung malam.

Baca: Diluar Kemewahannya, Wuling Cortez Dilengkapi 7 Ruang Penyimpanan

Untuk sewa satu petak warung, dia mengaku membaya Rp 600 ribu per bulan. Seperti warung lainnya, di warung DZ pun menyediakan menu yang sama.

Teh, kopi, mie instan dan makanan ringan, dengan harga "khusus" atau lebih mahal.

"Modal saya harus tahan begadang. Jika melayani pengunjung dengan ramah, biasanya pengunjung tak peduli harga. Bahkan uang kembalian pun mereka relahan untuk saya," tutur DZ yang mengaku terpaksa mencari rezeki dengan warung malam tersebut, karena punya anak yang harus dia hidupi sendiri.

DZ menyadari, bekerja di warung malam, menciptakan imej negatif di masyarakat. Dia dan teman-teman seprofesinya bahkan harus rela dijuluki perempuan jablai.

"Saya tak peduli imej negatif itu, Niat saya hanya mencari nafkah. Karena rezekinya di sini, saya jalani saja," katanya.

(banjarmasinpost.co.id/hanani)

Artikel ini telah tayang di banjarmasinpost.co.id dengan judul Pejaga Warung Malam Cantik Ini Rela Mendapat Julukan Perempuan Jablai ‎, http://banjarmasin.tribunnews.com/2018/06/21/pejaga-warung-malam-cantik-ini-rela-mendapat-julukan-perempuan-jablai.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved