1.300 Pilot Garuda Indonesia Ancam Mogok Kerja, Semua Itu Karena Mobil Jemputan & Jam Kerja?

Sebanyak 1.300 pilot dan lima ribu kru maskapai Garuda Indonesia mengancam akan melakukan aksi mogok dalam waktu dekat.

Editor: Andreas Eko Prasetyo
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Pilot Garuda Indonesia melakukan penghormatan kepada pesawat Boeing 747-400 milik PT Garuda Indonesia yang melintas di Hanggar 4 GMF, Tangerang, Banten (9/10/2017). Maskapai penerbangan Garuda Indonesia mempensiunkan pesawat Boeing 747-400 dengan nomor registrasi PK-GSH, setelah mengoperasikan pesawat tersebut sejak tahun 1994. 

Kebijakan lain yang menjadi polemik adalah penggantian sistem operasi maskapai menggunakan Sabre.

Menurut Bintang, selayaknya, harus ada masa transisi, tapi justru sebaliknya.

"Seharusnya ada masa transisi tiga bulan, sistem yang lama menempel sama sistem yang baru.

Tapi, perusahaan kekeuh minta enam hari saja, dampaknya ya pas erupsi Gunung Agung itu, kacau semua, seakan-akan tidak ada kru dan pesawat. Padahal ada, tapi sistemnya yang enggak beres," sambung Bintang.

Baca: Mulai Senin 3 Juni Parpol Diminta Memasukkan Daftar Nama ke Aplikasi Calon Legislatif KPU

Diketahui, Sabre merupakan sebuah teknologi yang mendukung operasi end to end dan operasi bisnis.

Sabre dianggap mampu meningkatkan pelacakan pada pesawat Garuda, termasuk kontrol pada gangunggan, penjegahan, hingga manajemen operasi kru.

Tanggapan YLKI

Ancaman yang cukup membuat sejumlah pihak cemas adalah termasuk mogok saat puncak arus mudik Lebaran Idul Fitri 2018 mendatang.

Berbagai pihak, seperti Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) pun menyatakan penolakannya atas ancaman mogok ini.

Diketahui, hak konsumen dalam mendapatkan kenyamanan, keamanan, dan keselamatan saat memakai jasa penerbangan telah diatur dalam UU Perlindungan Konsumen.

Baca: Mulai Senin 3 Juni Parpol Diminta Memasukkan Daftar Nama ke Aplikasi Calon Legislatif KPU

Oleh karenanya, Ketua YLKI mengatakan pihaknya setuju menghargai rencana aksi itu, jika tidak menimbulkan akibat pada aspek pelayanan terhadap konsumen.

"Rencana mogok total SEKARGA dan APG, pada akhirnya adalah bentuk nyata pelanggaran hak - hak konsumen. Dan hal tersebut bisa menimbulkan sikap antipati konsumen kepada SEKARGA dan APG, bahkan kepada keseluruhan image GA sebagai perusahaan penerbangan," kata Tulus dikutip Warta Kota, Sabtu (2/6/2018).

Tulus pun meminta agar segera dilakukan negosiasi antara pihak pekerja dan manajemen terkait persoalan yang mereka hadapi.

"Oleh sebab itu kami meminta, bahwa agar SEKARGA dan APG untuk tidak mogok total kapan pun momennya, apalagi saat puncak arus mudik.

Bernegosiasilah secara intensif dengan pihak managemen GA dan pemerintah secara elegan, tanpa mengorbankan hak-hak konsumen," imbuhnya.

Halaman
123
Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved