Dikerjakan 38 Orang Kaligrafer dan Seniman, Alquran Ini Dibanderol Rp 2,8 Miliar, Ini Istimewanya

Baru-baru ini sekelompok seniman di Afghanistan berhasil menyelesaikan sebuah proyek Al Quran yang istimewa.

Editor: Suci Rahayu PK
AFP
Alquran 

TRIBUNJAMBI.COM - Al Quran adalah kitab suci yang menjadi pedoman umat Muslim di seluruh dunia.

Al Quran bersisikan ayat-ayat yang menjadi tuntunan umat Muslim dalam menjalani kehidupan.

Baru-baru ini sekelompok seniman di Afghanistan berhasil menyelesaikan sebuah proyek Al Quran yang istimewa.

Baca: Foto Masa Lalu Hotman Paris Bikin Netizen Terpana Sudah Ganteng dari Masih Umur 17 Tahun

Bagaimana tidak, Al Quran ini terbuat dari bahan sutra, dan ditulis dengan tangan.

Diberitakan oleh Kompas.com (23/5/2018), proyek ini dikerjakan oleh 38 orang kaligrafer dan seniman.

Sebagian besar seniman yang terlibat telah menjalani pelatihan telebih dahulu di yayasan Turquoise Mountain di Kabul, Afghanistan.

Untuk pengerjaan 1 buah kitab suci yang terdiri dari 610 halaman ini, kaligrafer maupun seniman yang mengerjakan harus mengutamakan ketelitian pada setiap lembarnya.

Mengutip dari AFP, ternyata perlu waktu dua tahun untuk merampungkan satu bendel Al Quran.

Seniman Afganistan Mohammad Tamim Sahibzada menunjukkan Al Quran buatan tangan yang dibuat dari kain sutra di Turquoise Mountain Foundation, Mourad Khani, di bagian kota tua Kabul, Afghanistan.
Seniman Afganistan Mohammad Tamim Sahibzada menunjukkan Al Quran buatan tangan yang dibuat dari kain sutra di Turquoise Mountain Foundation, Mourad Khani, di bagian kota tua Kabul, Afghanistan. (Kompas)

Sementara untuk per lembarnya, seniman dan kaligrafer membutuhkan waktu setidaknya dua hari agar hasilnya sempurna dan sesuai dengan kaidah.

Al Quran sutra ini dibalut dengan sampul berbahan kulit kambing.

Beratnya pun mencapai 8,6 kilogram.

Baca: Aura Kasih Unggah Foto Jadul, Netizen Kalau Begini Sih Es Kelapa Muda Lewat

Para seniman menggunakan bambu bambu atau pena tinta buluh dalam proses penulisan ayat-ayat Al Quran.

Proyek ini dilaksanakan untuk melestarikan tradisi kaligrafi.

Khwaja Qamaruddin Chishti, master kaligrafer dalam proyek ini mengatakan, pihaknya punya fokus untuk melestarikan tradisi kaligrafi, dan membuktrikan bahwa tradisi ini tidak mati di Afghanistan.

Untuk urusan harga, sebenarnya pihak tim produksi sendiri sebenarnya tidak bisa menentukan berapa harganya.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved