Perjalanan Aman Abdurrahman, Pendiri JAD yang Otaki Berbagai Serangan Teror
Aman Abdurrahman, terdakwa kasus terorisme dituntut hukuman mati oleh jaksa penuntut umum.
Aman pun disebut pernah meminta pemimpin Abu Bakar Ba'asyir untuk berbaiat kepada ISIS saat di Nusakambangan, tapi ditolak oleh pimpinan Pondok Pesantren Ngruki, Solo, tersebut.
Baca: 5 Perbuatan yang Tak Bisa Dimaafkan Inilah yang Bikin Aman Abdurrahman Dituntut Hukuman Mati
Oleh karena itu, Aman keluar dari organisasi JAT pimpinan Abu Bakar Baasyir. Dia membentuk organisasi bernama JAD dan merekrut sejumlah anggota.
Menurut Sholahudin, Peneliti Pusat Kajian Terorisme dan Konflik Sosial Universitas Indonesia (UI) mengungkapkan, JAD adalah kelompok yang pembentukannya diinisiasi Aman pada akhir 2014 di Lapas Kembangkuning Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah.
Akibat terbukti mendanai pelatihan teroris, Aman divonis 9 tahun penjara, hingga dinyatakan bebas di hari kemerdekaan tahun 2017.
Sehari setelah bebas, tim Densus 88 kembali meringkusnya dengan banyak tudingan baru.

Aman didakwa otak dari serangkaian teror bom terjadi di wilayah Indonesia.
Beberapa diantaranya Bom Gereja Oikumene di Samarinda (2016), Bom Thamrin (2016) dan Bom Kampung Melayu (2017) di Jakarta, serta dua penembakan polisi di Medan dan Bima (2017).
Baca: Mantan Teroris Al Qaeda Beberkan 4 Ciri Calon Teroris, Profesi Ini Paling Rawan Paham Radikal?
Aman pun tak ditempatkan di LP Nusakambangan, tapi ia dipindahkan ke Mako Brimob.
Nah, kerusuhan Mako Brimob yang terjadi di minggu-minggu awal Mei 2018 yang menewaskan 6 anggota polisi ini diduga kuat juga ada hubungannya dengan Aman Abdurrahman.

Hal itu usai beredar pembicaraan Aman kepada para napiter yang menyiksa dan membunuh anggota polisi.
Diduga ia sedang menenangkan para napi teroris untuk mengakhiri kerusuhan.
Selain didaulat sebagai pendiri JAD, Aman juga disebut sebagai pemimpin ISIS di Indonesia.
Hal itu disampaikan oleh Kurnia Widodo, mantan narapidana kasus terorisme, sebagai saksi dalam persidangan Aman.
"Dia (Aman) dikenal di kalangan kami aktivis, dia ulama paling tinggi dari ISIS di Indonesia. Pusatnya di Irak dan Suriah," kata Kurnia saat bersaksi dalam persidangan, dikutip dari Kompas.com.
Baca: Warga Bangko Barat Ini Ditemukan Tewas Tergeletak di Kebun di Samping Motornya
Aman pun sempat mengelaknya soal gelar tersebut.