Kisah Kiai Khoiron Dakwah di Lokalisasi, Bikin Kapok Preman Hingga Dakwahnya Diterima Para PSK
Seiring berjalannya waktu, Kiai Khoiron sampai dikenal dengan ‘Kiainya Para WTS dan mucikari”.
TRIBUNJAMBI.COM - Kiai merupakan para ulama pewaris nabi yang melakukan dakwah mengajak orang untuk berbuat kebaikan.
Mengajak orang untuk meninggalkan kemaksiatan dan berbuat baik tidaklah mudah.
Banyak tentangan dan cibiran dari orang-orang.
Satu diantaranya yang dialami Kiai Khoiron ini.
Seorang ulama asal Surabaya.
Perjuangan Kiai Khoiron memang penuh risiko.
Kiai Khoiron berdakwah di tempat lokalisasi.
Tempat yang tidak semua orang mau melakukannya.
Apalagi yang dihadapi adalah orang-orang tak biasa.
Baca: Gus Mus, Kiai Pertama Peraih Yap Thiam Hien, Ini Fakta Menarik Soal Dia, Segudang Buku
Baca: KH Sholeh Qosim Meninggal Saat Sujud Salat Magrib Kita Kehilangan Satu Ulama Besar
Tidak hanya PSK dan mucikari, tapi juga preman.
Termasuk masyarakat yang sudah nyaman dengan usaha mereka dengan ada prostitusi di daerahnya.
Kesuksesan Kiai Khoiron tak lepas dari pengaruh ayahnya, Kiai Syu’aib.
Sebelum Kiai Khoiron menjadi pendakwah di tempat lokalisasi.
terlebih dahulu ayahnya sudah malang melintang menjadi pendakwah di tempat maksiat tersebut.
Dalam menjalankan dakwahnya, Kiai Syu’aib bukan tanpa rintangan
Ia kerap mendapat cibiran dan teror dari preman di Dupak Bangunsari, Surabaya.
Suatu hari, seperti ditulis Sunarto dalam bukunya berjudul “Kiai Prostitusi”.
Menurut cerita yang berkembang di masyarakat, pada 1970-an Kiai Syu’aib dianiaya oleh seorang preman mabuk.
Preman itu murka dan marah karena tak terima dinasihati oleh Kiai Syuaib.
Preman itupun lantas menantang duel.
Meski mendapat ancaman, Kiai Syuaib akhirnya menerima tantangan duel tersebut.
Ajaib, meski melawan preman berbadan besar dan kekar, Kiai Syuaib menang.
Preman itu dibanting dan bahkan sampai terlempar 20-30 meter dari lokasi duel.
“Mengingat kejadian tersebut sebenarnya dapat membentuk karisma di mata warga masyarakat kala itu,” cerita Sunarto dalam bukunya “Kiai Prostitusi” halaman 66.
Bukan sekali saja Kiai Syuaib mendapat tantangan preman.
Baca: Begini Cara Mandi Junub Sesuai Tuntunan Rasulullah, Yang Besok Puasa Jangan Lupa!
Baca: Kabar Terbaru Sumanto Si Kanibal, Puasa Ramadan Lakukan Ini Hingga Pedagang Somai Marah
Untuk kedua kalinya ayah Kiai Khoiron mendapat ancaman serupa dari preman.
Dengan kekuatan yang dimiliki, lagi-lagi sang preman itu kalah duel.
“Para preman dan masyarakat yang ada saat itu sangat menaruh hormat kepada Kiai Syuaib dan tidak ada lagi yang berani menantang duel,” ujarnya.
Pada masa kini tercatat, di Kota Surabaya pernah ada banyak tempat lokalisasi.
Di Kecamatan Moro Krembangan, di sana ada lokalisasi Dupak Bangunsari dan Tambak Sari.
Di Kecamatan Sawahan, ada lokalisasi Dolly dan Jarak.
Kecamatan Benowo ada lokalisasi Moro Seneng dan Klakah Rejo.
Tempat-tempat itu menjadi surga bagi pemuja seks.
Para pekerja seks di sana bebas menjajakan diri.
Seperti lokalisasi Dupak Bangunsari.
Tempat itu sudah ada sejak tahun 1970-an.
Lokalisasi itu merupakan pindahan dari Bangunrejo yang sudah ada sejak zaman Jepang, sekitar tahun 1943.
Di sana, hampir 85 persen rumah dijadikan tempat mesum. PSK-nya ada 3000-an.
Maraknya prostitusi di Dupak Bangunsari menjadi keprihatinan seorang kiai bernama Muhammad Khoiron Syu’aib.
Sosok Kiai Khoiron ini lantas menjadi buah bibir masyarakat Kota Surabaya karena ia berdakwah di tempat-tempat lokalisasi.
Kiai Khoiron Dakwah Keliling Lokalisasi
Kiai Khoiron adalah anak dari pasangan Syu’aib bin Kia Asim dan Hj. Muntayyah binti Kiai Mu’assan.
Kiai Khoiron bukanlah warga asli Dupak.
Ia adalah seorang pendatang.
Baca: Mencurigakan! Gubuk di Tengah Kebun Sawit Ini Dipakai Latihan Fisik Kelompok Terduga Teroris
Baca: Gerebek Dua Terduga Teroris Polisi Temukan 28 Buku Tentang Jihad, Tuntunan Menuju Jalan Kebenaran
Kedua orangtuanya dulu tinggal di jalan Maspati Gang IV Surabaya, Jawa Timur.
Di sana orangtuanya membuka usaha makanan.
Karena hasilnya selalu tak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup, orangtua Kiai Khoiron pindah Kelurahan Dupak, Bangunsari, Surabaya.
Di tempat inilah Kiai Khoiron dibesarkan.
Orangtua Kiai Khoiron tak ingin anaknya tumbuh di tempat prostitusi.
Karena itu, ia dikirim belajar agama di Pondok Pesantren Tebu Ireng.
Kemudian Kiai Khoirin melanjutkan kuliah di Fakultas Syariah IAIN Sunan Ampel, Surabaya.
Setelah mendapat banyak ilmu agama, Kiai Khoiron pulang kampung.
Ia prihatin dengan kondisi kampungnya.
Karena itu ia berdakwah di tempat lokalisasi meski awalnya sempat pesimis.
Berkat kegigihannya, dakwahnya mulai diterima kalangan PSK.
Ia kemudian mendirikan sebuah Pondok Pesantren Roudlotul Khoir di Bangunsari sebagai pusat dakwah.
Seiring berjalannya waktu, Kiai Khoiron sampai dikenal dengan ‘Kiainya Para WTS dan mucikari”.
Mendapat sebutan itu, Kiai Khoiron tidak mempersoalkannya.
“Kiprah dakwahnya terbukti lebih ampuh dan efektif dan bisa dijadikan contoh menangani prostitusi,” kata Ketua IDIAL Jawa Timur, Sunarto beberapa waktu lalu.
Sunarto lantas menulis sepak terjang Kiai Khoiron dan membukukannya.
Bukunya diberi judul “Kiai Prostitusi” , pendekatan Dakwah KH Muhammad Khoiron Syuaib di Lokalisasi Kota Surabaya.
Bukan hal mustahil kalau kita mau berusaha.
Asal ada kemauan, pasti ada jalan. Seperti yang dilakukan oleh Kiai Khoiron atau lebih dikenal Kiai Prostitusi ini.
Ia rela menghabiskan masa mudanya berdakwah keliling ke tempat lokalisasi-lokalisasi di Surabaya.
Terutama ia fokus di Kelurahan Bangunsari, Surabaya.
Karena pada 1980-an di sana ada 3000-an PSK.
Cara Kiai Khoiron sadarkan para PSK
Upaya Kiai Khoiron menyadarkan para pekerja seks komersial (PSK) tidaklah mudah.
Ada saja yang mencibir.
Bahkan sampai diteror preman.
Kisan teror yang dialami oleh Kiai Khoiron itu diceritakan oleh Sunarto dalam bukunya berjudul “Kiai Prostitusi”.
Dalam buku itu Sunarto menulis bagaimana beratnya perjuangan Kiai Khoiron menyebarkan dakwah di tempat lokalisasi di Surabaya.