Bukan Berjenggot Apalagi Bersarung, Mantan Teroris Alqaeda Ungkap 4 Ciri Teroris, Waspadailah!

Kehidupan para teroris kini menjadi salah satu topik yang ramai dibicarakan. Apalagi setelah

Editor: rida
Ilustrasi 

TRIBUNJAMBI.COM- Kehidupan para teroris kini menjadi salah satu topik yang ramai dibicarakan.

Apalagi setelah terjadi kasus bom bunuh diri di Surabaya pada Minggu (13/5/2018) lalu.

Bom bunuh diri itu membuat masyarakat kaget karena kembali dilakukan di gereja dan markas polisi.

Seorang polisi terluka dan dibopong rekannya di Mapolda Riau, Selasa (16/5/2018)
Seorang polisi terluka dan dibopong rekannya di Mapolda Riau, Selasa (16/5/2018) ()

Tak hanya itu saja. Bom bunuh diri itu juga dilakukan oleh 2 keluarga dan melibatkan wanita serta anak-anak.

Keluarga yang terlibat pun sehari-harinya dikenal normal, akrab dengan tetangga dan hidup berkecukupan.

Akibatnya, stigma bahwa sosok teroris haruslah laki-laki, tidak bisa bergaul dan hidup berkekurangan pun kini dipatahkan dengan adanya kejadian ini.

Polisi memeriksa seorang yang dicurigai membawa tas berisi bom di kawasan Mapolrestabes Surabaya, Jawa Timur, Senin (14/5/2018). sekitar pukul 08.50 WIB, menyebabkan 4 anggota polisi dan 6 warga terluka.(KOMPAS.com/GARRY ANDREW LOTULUNG)
Polisi memeriksa seorang yang dicurigai membawa tas berisi bom di kawasan Mapolrestabes Surabaya, Jawa Timur, Senin (14/5/2018). sekitar pukul 08.50 WIB, menyebabkan 4 anggota polisi dan 6 warga terluka.(KOMPAS.com/GARRY ANDREW LOTULUNG) ()
A

Seornag pria mencoba mengambil samurai yang dibawa terduga teroris

Lalu bagaimana kita bisa mengenali individu yang mungkin berpotensi menjadi teroris di sekitar kita?

Mantan teroris Al Qaeda, Sofyan Tsauri yang juga seorang mantan anggota Brimob Polri mengungkapkan pandangannya mengenai hal ini.

Dalam acara Pagi-Pagi Pasti Happy edisi 18 Mei 2018, Sofyan menjelaskan beberapa ciri individu yang patut diwaspadai.

Baca: Pimpinan ISIS Indonesia Aman Abdurrahman Dituntut Pidana Hukuman Mati

Baca: Densus 88 Lakukan Penangkapan, Ibu-ibu Salah Fokus Lihat Teroris Ganteng Ini Sedep Dipandang

Baca: Politisi Demokrat Sebut Teroris Peliharaan Istana, SBY yang Jadi Sasaran Netizen

1. Tidak bisa dinilai dari segi fisik

Menurut Sofyan, teroris tidak bisa dinilai dari segi fisik.

Apabila masyarakat terus menilai dari segi fisik, maka akan muncul persekusi dan kegaduhan di Indonesia.

2. Tidak mau sholat di masjid

Salah satu keanehan para calon teroris adalah tidak mau sholat di masjid.

Padahal di satu sisi, mereka berbicara tentang kebenaran dan keIslaman.

"Kita bisa tanya sama dia. Kenapa tidak mau sholat di masjid? Nanti dia akan menjawab. Masjidnya imamnya tidak jelas aqidahnya. Masjidnya banyak bida'ahnya," ujar Sofyan.

Bagi Sofyan, kata-kata itu menjadi indikasi bahwa orang tersebut belajar agama namun malah membenci lingkungan.

Baca: Pemilik Rumah Makan di Kota Jambi Pilih Tutup di Awal Ramadan

Baca: Ratusan Desa di Kerinci Belum Ajukan Pencairan Dana Desa, Ini Alasannya

Baca: Tak Mau Tinggalkan Toyota Kijang Meski Banyak Pilihan Mobil Mewah, Ini Alasan Anggota TKSCI

3. Pelit menjawab salam

A
Sofyan Tsauri

Sofyan menuturkan, sosok yang sudah terpapar paham radikal biasanya pelit menjawab salam.

Apalagi terhadap orang yang menurut mereka tidak diketahui agama dan pemikirannya.

Mereka juga akan melepaskan diri dan menjauh apabila pandangannya tidak sama dengan orang yang diajak berdiskusi.

"Biasanya orang seperti itu kita tanya, 'Assalamualaikum!' Dia tidak mau menjawab salam kita. Karena dia sudah nggak suka. Padahal menjawab salam itu wajib," kata Sofyan.

Baca: Ingin Kuliah Bidang Kesehatan, Poltekkes Kemenkes Buka Pendaftaran Loh, Begini Caranya

Baca: Minat Jadi Anggota TKSCI Jambi? Catat Mereka Lagi Membuka Pendaftaran Lho

Baca: Komunitas TKSCI Chapter Jambi, Karena Kijang Kita Besanak

Baca: Pastikan Tidak Ada Kelangkaan Gas Elpiji 3 Kg, Ini yang Dilakukan Oleh Pemkab Merangin

4. Profesi yang mudah terpapar paham radikal

Berdasarkan kajian, Sofyan mengatakan bahwa orang eksakta lebih mudah terpapar paham radikal daripada orang dari ilmu sosial.

"Penyanyi, penulis, sastra itu lebih mempunyai daya imunitas terhadap pemikiran-pemikiran radikal," katanya.

Sofyan mencontohkan bahwa polisi seperti dirinya sekalipun bisa terkena paham radikal.

Seorang petugas Penjinak Bom (Jibom) melakukan identifikasi di lokasi ledakan yang terjadi di Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela, Ngagel Madya, Surabaya, Jawa Timur, Minggu (13/5/2018).
Seorang petugas Penjinak Bom (Jibom) melakukan identifikasi di lokasi ledakan yang terjadi di Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela, Ngagel Madya, Surabaya, Jawa Timur, Minggu (13/5/2018). (ANTARA FOTO/M RISYAL HIDAYAT)

Selain dari kalangan tersebut, Sofyan juga membenarkan bahwa paham radikal sudah masuk ke kampus-kampus.

Dari doktrin yang disebarkan di kampus, muncullah bibit-bibit yang bisa menjadi teroris suatu saat nanti.

"Kita lihat gejala-gejala ini banyak ya. Di kampus-kampus. Mereka banyak mendoktrin. Doktrin ini bukan dalil. Kadang mereka intoleran terhadap pendapat-pendapat yang lain. Inilah sifat dasarnya. Tanpa sadar, mereka menjadi teroris," kata Sofyan.

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved