'Pimpinan ISIS Indonesia' Aman Abdurrahman Dituntut Pidana Hukuman Mati
Kerusuhan napi teroris di Mako Brimob yang menewaskan lima orang polisi serta satu napiter sempat membuat
TRIBUNJAMBI.COM- Kerusuhan napi teroris di Mako Brimob yang menewaskan lima orang polisi serta satu napiter sempat membuat heboh publik.
Pasalnya peristiwa tersebut menghadirkan ketegangan di dalam lapas tersebut.
Selain korban tewas, ada pula polisi yang nyatanya ditahan selama puluhan jam oleh para napiter.
Hingga akhirnya peristiwa tersebut berakhir, ada sosok seorang pria yang disebut menjadi 'peredam' amarah dari para napi tersebut.
Ia adalah Aman Abdurrahman, pemimpin kelompok Jaringan Ansharut Daulah (JAD) yang juga terdakwa kasus peledakan bom di Jalan MH Thamrin pada awal 2016.
Baca: Densus 88 Lakukan Penangkapan, Ibu-ibu Salah Fokus Lihat Teroris Ganteng Ini Sedep Dipandang
Baca: Politisi Demokrat Sebut Teroris Peliharaan Istana, SBY yang Jadi Sasaran Netizen
Baca: Pemilik Rumah Makan di Kota Jambi Pilih Tutup di Awal Ramadan
Sosok peredam tersebut diketahui dari beredarnya rekaman suara yang diduga milik Aman Abdurrahman.
Diketahui, dalam rekaman itu, Aman berbicara pada para napiter di Mako Brimob.
Diduga ia sedang menenangkan para napi teroris untuk mengakhiri kerusuhan.

Berikut adalah transkrip suara yang diduga milik Aman Abdurrahman.
Bismillahirrahmanirrahim, assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Kepada Ikhwan semua, saya Aman Abdurrahman mendengar laporan yang baru.
Laporan dari pihak Densus bahwa ada kekisruhan di tempat antum dan menurut laporan sementara itu karena urusan dunia sehingga terjadi hal-hal yang tidak sepatutnya terjadi.
Sampai saya dapat penjelasan yang sebenarnya dari pihak antum, untuk malam ini agar meredam dulu.
Dan mungkin yang bukan penghuni, agar keluar dulu dan besok lusa nanti utusan dari antum bisa minta ketemu dengan ana agar bisa menjelaskan masalah yang sebenarnya.
Karena untuk masalah urusan dunia tidak pantas terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, kecuali masalah prinsipil yang tidak bisa ditolerir, baru itu dipermasalahin.