Pengamat Asal Australia ini Beberkan Siapa Target Teroris di Indonesia, Ternyata. . .

Greg juga mengatakan bahwa serangan bom ke gereja di Indonesia sebetulnya tidaklah banyak terjadi.

Editor: Andreas Eko Prasetyo
Istimewa
Polisi melakukan penyerbuan serta pengledahan terhadap 155 narapidana teroris yang masih menguasai Rutan Mako Brimob Kelapa Dua, Depok. 

TRIBUNJAMBI.COM -- Greg Fealy, pengamat politik dan Islam Indonesia dari Australian National University (ANU) di Canberra, mengatakan bahwa polisi merupakan salah satu musuh utama teroris.

Greg juga mengatakan bahwa serangan bom ke gereja di Indonesia sebetulnya tidaklah banyak terjadi.

"Polisi masih menjadi musuh utama atau target para jihadis," ujar Greg yang juga Kepala Departemen Perubahan Politik dan Sosial di ANU sebagaimana dikutip dari AustraliaPlus.

Meski begitu, tempat ibadah dan warga asing juga tak lepas dari sasaran para teroris.

Baca: VIDEO: Pagi-pagi Bupati Batanghari Beri Ampunan, Kepala Dinasnya?

Greg memberikan komentarnya soal pernyataan polisi yang mengatakan keluarga pelaku bom Surabaya belum pernah ke Suriah.

Jika pelaku belum pernah ke Suriah, berarti ada oknum yang mengajari mereka.

Baca: Sudah Cantik Terima Banyak Pujian, Semua Gegara Foto Dirinya Salat di Ketinggian 38 Ribu Kaki

"Tapi yang terpenting lagi ini menunjukkan banyaknya elemen yang butuh perhatian lebih, seperti siapa yang melatih dan mengajarkan mereka, terutama pada sang ayah, Dita untuk membuat bom yang cukup canggih dan menjadi yang terbesar sejak 2009," ucap Greg.

Greg berpendapat bahwa pejuang yang telah pergi ke Suriah dan kembali ke Indonesia memiliki kemampuan dalam membuat bom atau melakukan serangan. Gerak-gerik mereka setelah kembali ke Tanah Air sangat penting untuk diketahui.

Selebritis

Mereka yang pernah ke Suriah dan Irak juga memiliki suatu prestise karena telah bertempur di medan perang dan dianggap sebagai selebritis oleh komunitas teroris yang mengusung jihad.

Baca: Pengumuman Resmi KemenPAN RB - Lowongan CPNS 2018 Dibuka Bulan Ini, Siapkan Berkasmu!

"Masalah utama bagi para jihadis pro ISIS di Indonesia adalah tidak memiliki kemampuan, jadi  butuh sedikit orang yang bisa berbagi keahlian untuk dapat meningkatkan ancaman teroris," ucap Greg.

"Dita menjadi contoh ini dan polisi tak memiliki informasi banyak soal dirinya. Tapi jika Dita mendapatkan pengetahuannya secara online, ini pun akan menjadi hal yang baru," imbuhnya.

Baca: Pria ini Jadi Viral Karena Unggahan Lowongan kerja Zaman Now, Persyaratannya Konyol Banget!

Saat ditanya soal radikal dan toleransi di Indonesia, Greg berpendapat bahwa meningkatnya radikal Islam sedikit berlebihan.

"Bisa dikatakan berlebihan jika dikatakan adalah sebuah grup yang ingin penegakkan syariah atau mengubah Indonesia jadi negara Islam, karena politik Islam di Indonesia tidaklah efektif, meski media melaporkannya seolah sudah terjadi," ucapnya.

Baca: Pria ini Jadi Viral Karena Unggahan Lowongan kerja Zaman Now, Persyaratannya Konyol Banget!

Menurutnya bibit radikal sebenarnya bisa dihentikan jika ada saluran politik yang sehat.

"Semakin banyak kita melibatkan orang-orang dengan berbagai pandangan ke dalam sistem politik untuk menyampaikan suara serta memberikan kesempatan, maka semakin kecil kemungkinan mereka untuk melakukan aksi radikal."

Menurutnya kondisi di Indonesia sekarang lebih memungkinkan untuk membuat semua kalangan terlibat politik yang sehat.

Baca: Waktu Puasa di Indonesia 13 Jam, Muslim Swedia Berpuasa 20 Jam/Hari, Negara Lainnya?

"Tapi ada sebagian kecil yang juga menolak apa yang disebut demokrasi dan ingin menggantinya dengan sistem lain."

"Seberapapun pluralisnya sebuah negara, tetap akan selalu ada sejumlah kecil yang menolak pandangan ini."

Baca: Waktu Puasa di Indonesia 13 Jam, Muslim Swedia Berpuasa 20 Jam/Hari, Negara Lainnya?

Greg juga menyampaikan dari data terbaru pengamatannya menunjukkan toleransi di Indonesia telah meningkat secara umum dalam kurang dari 10 tahun terakhir.

Tapi ia mengaku jika pada beberapa kelompok warga, intoleransi justru meningkat, seperti di kalangan Muslim kelas menengah di kota-kota besar, yang menurutnya memiliki peran untuk menyingkirkan Ahok dari dunia politik.

Baca: Sambut Ramadan Dengan Pamer Berhijab, Lucinta Luna Pamer Nyinyir Netizen Soal Baju

"Data ini kompleks, karena tidak menunjukkan satu arah saja, tapi ada tren berbeda pada sejumlah kelompok warga."

"Secara keseluruhan warga Indonesia lebih toleransi saat ini dibandingkan 10 tahun," tambahnya.

Baca: Kepala Sekolah ini Harus Ditahan Polisi, Karena Postingannya yang Sebut Bom Surabaya Rekayasa

Ia mengatakan banyak ditemui komentar di jejaring sosial, seperti di Facebook atau Instagram yang berbau intoleran, tapi ia setuju jika apa yang terjadi di dunia maya, tidak mewakili keadaan sebenarnya. (*)

(Tribun Wow/Fachri Sakti Nugroho)

Artikel ini telah tayang di bangkapos.com dengan judul Pengamat dari Australia Ini Beberkan Siapa Target Utama Teroris di Indonesia, Ternyata, http://bangka.tribunnews.com/2018/05/17/pengamat-dari-australia-ini-beberkan-siapa-target-utama-teroris-di-indonesia-ternyata?page=all.

Sumber: Bangka Pos
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved