Campur Darah Reptil, Warna dan Bau Air Selokan 'Mengerikan', Warga RT 15 Khawatir
"Limbahnya juga berwarna, kadang merah, kadang biru. Campur, ada pewarna, ada darah reptil,”
Penulis: Rohmayana | Editor: Duanto AS
Laporan Wartawan Tribun Jambi, Rohmayana
TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI- Warga RT 15, Kelurahan Thehok, Kecamatan Jambi Selatan, Kota Jambi, mengeluhkan limbah produksi kulit reptil Tina Mitra yang ada di kawasan itu.
Limbah itu mengeluarkan bau tak sedap dan dibuang langsung ke drainase.
Kepada tribunjambi.com, Mardianis, warga RT 15, mengatakan sejak adanya produksi kulit reptil di kawasan itu, keluarganya harus menikmati bau limbah tak sedap.
Limbah dibuang dan dialirkan pada drainase lingkungan warga.
Menurutnya, limbah yang dialiri mengandung warna yang sangat mencolok. Kadang berwarna merah, kuning, hujau dan gelap.
“Setiap mereka buang limbah bau amisnya sangat menyengat. Ya, karena kulit binatang. Limbahnya juga berwarna, kadang merah, kadang biru. Campur, ada pewarna, ada darah reptil,” kata Mardianis, Kamis (19/4).
Mardianis mengatakan warga setempat sudah membicarakan hal tersebut kepada RT dan kelurahan, namun belum ada tindak lanjutnya.
Baca: Curhat Ngakak Milenial Tak Lolos SNMPTN 2018 di Instagram Kemendikbud, Malah Bahas Ternak Lele
Baca: Demi Jual Asinan, Pengacara Cantik Tinggalkan Gaji Rp 1 Miliar, Ternyata Isi Makanan Istimewa
Baca: aku disuruh pilih mau sama Anang atau sama produsernya Kisah Pahit Aurelie Moeremans
“Sudah kito lapor. Kita juga sering lihat rep[til lepas. Biawak yang paling sering kita lihat,” ujarnya.
Warga lain mengatakan limbah hasil produksi kulit reptil tersebut dialirkan setiap 3 hari sekali. Bau busuk sangat menyengat.
“Lewat depan drainase rumah kami. Baunya minta ampun,” kata HM, yang tidak mau namanya ditulis lengkap.
Seharusnya, sebut HM, limbah tersebut tidak dibuang ke lingkungan warga, karena diduga mengandung bahan kimia.
“Itukan limbah pewarna, limbah produksi reptil. Ikan di anak sungai ini be hilang kalau limbah lagi mengalir. Harusnya dinetralisir dulu baru dibuang,” ujarnya.
Sementara itu, Tino, dari pihak Tina Mitra, mengatakan saat ini pihaknya tengah menggarap pembuatan saringan limbah. Namun, masih menunggu teknis dan SOP dari Dinas Lingkungan Hidup Kota Jambi.
“Kami menunggu SOP dari DLH. Sebab kalau kami langsung buat nanti salah, malah dibongkar,” katanya.
Saat ini limbah yang dikeluarkan sebut Tino, memang belum melalui saringan.
“Ada limbah pupuk urea, karena kita pakai itu juga. Produksi kita di sini ada pemotong reptil, juga menggunakan warna,” jelasnya.
Tino mengaku Tina Martin sudah berdiri sejak 8 tahun lalu. Untuk hasil pemotongan reptil ada limbah yang bau langsung ditanam.
“Kita memang produksinya di sini,” ujarnya.
Reptil yang diolah Tina Mitra, sebut Tino, di antaranya ular, biawak.
“Kalau ular kita lepas, tidak bisa matok, karena mata dan mulutnya dilakban,” tuturnya.
Kepala Disperindag Kota Jambi, Komari, mengatakan saat ini ada dua UMKM pengolahan reptil yang menjadi binaan pihaknya, di antaranya Tina Mitra.
“Kita lakukan pembinaan mulai dari produksi hingga pemasaran,” kata Komari, saat dikonfirmasi tribunjambi.com, Kamis (19/4).
Tina Mitra, sebut Komari, sudah memiliki gerai sendiri yang sudah mantap.
“Mereka sudah punya gerai sendiri. Sudah mantap semua. Pasarnya juga sudah mantap. Itu sudah lama kita bina,” ujarnya.
Baca: Nagita Slavina Arisan Dollar, Ini 5 Mesin Uang Yang Ngalir Terus