Tulisan Tangan Siti Ropiah Menyayat Hati, Cerdas Namun Tak Mampu, Kambingnya 6 Bulan Tak Bunting

"Kalau tidak sabit rumput, kambing tidak makan. Saya sudah capek. Namun saya melihat Ropiah dan Maimah, maka sekuat tenaga saya harus..."

Editor: Duanto AS
Halaman pertama tulisan tangan Siti Ropiah yang menyentuh hati (KOMPAS.com/ FIRMANSYAH) 

TRIBUNJAMBI.COM - Tulisan tangannya viral di media sosial. Bukan karena indah, namun karena cerita yang ditulisnya menyayat hati.

Siti Ropiah, siswi MTs Dzikir Pikir, Kabupaten Lebong, Provinsi Bengkulu, yang tulisan tangannya sempat viral dan menyentuh hati tentang kehidupannya seolah tak putus untuk diulas.

Siti merupakan siswi dari keluarga tidak mampu. Ia bersekolah di sebuah madrasah tsanawiyah (MTs) yang dibangun atas keprihatinan pemuda desa setempat atas kondisi kemiskinan dan pendidikan.

Meski bergulat dengan kehidupannya yang miskin, ia menjadi juara I di kelasnya.

Foto keluarga Siti Ropiah (berjilbab) bersama adiknya Maimah, dan kedua orangtuanya. (KOMPAS.com/FIRMANSYAH)
Foto keluarga Siti Ropiah (berjilbab) bersama adiknya Maimah, dan kedua orangtuanya. (KOMPAS.com/FIRMANSYAH) ()

Ia juga tercatat sebagai juara umum catur tingkat Kabupaten Lebong, Provinsi Bengkulu.

Kompas.com berkesempatan menyambangi rumah Ropiah di Trans Pelabai, Desa Pelabai, Kabupaten Lebong, Provinsi Bengkulu, beberapa waktu lalu.

Rumah Siti Ropiah yang ia tempati bersama kedua orangtuanya dan adik perempuannya Maimah, berada tepat di kaki sebuah bukit, berbatasan dengan hutan lindung.

Jalan tanah kuning dan lengket bila hujan akan menyelimuti sepatu saat menuju rumahnya.

Rumahnya berukuran kecil sekitar 6x6 meter. Itu sebenarnya rumah transmigrasi namun diperbaiki oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

Baca: Slamet Selalu Tanya Kades atau PNS Mana yang Berbadan Atletis, Ganteng, Ternyata Dipakai Untuk

Baca: Detik-detik Menegangkan Saat Kim Jong Un Disuruh Berhenti Merokok, Ri Sol Ju Malah Tepuk Tangan

Rumah beralaskan semen dan separuh papan pada bagian dinding memiliki dua kamar tidur.

Satu dijadikan gudang, satu dapur, dan satu ruang tamu.

Dalam satu kamar itulah Siti Ropiah tidur bersama orangtua dan adiknya.

"Satu kamar kami tidur berempat, kamar satunya tidak kami gunakan," ujar Siti Ropiah.

Tak ada kasur serta selimut tebal. Keluarga ini hanya menggunakan kain tipis dan tikar sebagai pengganti kasur selama bertahun-tahun.

Sekitar tiga hari lalu barulah ada uluran tangan masyarakat memberikan keluarga ini 5 buah kasur.

"Senang ada kasur, bisa tidur enak," ujar Maimah, adik Siti Ropiah.

Untuk makan, keluarga ini mengandalkan nasi putih dan ikan asin.

Ropiah tak berani berharap lauk istimewa, karena kenyang baginya adalah hal yang mahal.

Makan malam dengan keluarga Ropiah sungguh menyenangkan.

Walaupun hanya tersedia nasi putih, telur dadar, dan ikan asin.

Tak ada listrik yang menerangi makan malam bersama nan hangat itu.

"Listrik mahal pasang saja harus bayar Rp 2,4 juta," ujar tetangga Ropiah, Ina.

Usia ayah Ropiah sudah renta, sekitar 70 tahun.

Baca: Suka Duka Ahmad Zulkifli, Seniman Kayu di Jambi Ini Dirugikan Instansi Jutaan Rupiah

Ia memelihara beberapa ekor kambing bersama dengan masyarakat lain.

Untuk memberi makan kambing, ia menyambit 4 karung rumput setiap hari.

Namun sudah 6 bulan kambing tak kunjung hamil.

"Kalau tidak sabit rumput, kambing tidak makan. Saya sudah capek. Namun saya melihat Ropiah dan Maimah, maka sekuat tenaga saya harus kerja menyabit rumput untuk kambing, semua untuk kedua anak ini," cerita ayah Ropiah.

Untuk memenuhi kebutuhan harian Ropiah dan adiknya, Maimah menjual jamur tiram milik orang.

Per harinya ia mendapatkan untung hanya Rp 4.000 dari penjualan.

Uang itulah digunakan untuk makan sehari-hari. Setiap hari Ropiah dan Maimah harus menempuh jalan 3,5 kilometer, melintasi hutan dan jalan raya.

Hujan kadang menjadi musuh utama kedua bersaudara ini. Ropiah memiliki satu tas sekolah yang berlubang.

"Karena berlubang, pena sering jatuh dan hilang," ujarnya.

Beberapa warga dan masyarakat yang simpatik memberikan keduanya jas hujan, tas, dan keperluan sehari-hari.

Malam hari menjelang, ayah Ropiah sering bangun di tengah malam karena batuk yang diderita sejak tiga bulan terakhir.

"Saya tidak tahu kenapa batuk ini terus menyerang. Pernah berobat namun BPJS katanya sudah tidak berlaku, jadi tidak jadi berobat," kata ayah Ropiah.

Siti Ropiah memiliki sifat pendiam. Sedangkan Maimah adiknya kebalikan, ia suka bercerita, tangkas, dan patuh.

Kepala Mts Zikir Pikir, tempat keduanya sekolah menyebutkan, kakak beradik itu berprestasi.

"Keduanya juara kelas. Mereka pintar dan tekun, namun dengan kemiskinan yang mereka alami saya khawatir mereka tidak dapat melanjutkan sekolah ke jenjang lebih tinggi," keluh Sukamdani.

Sukamdani berharap ada donatur atau masyarakat bersimpatik lainnya yang dapat memberikan jaminan agar kedua kakak beradik ini dapat bersekolah ke jenjang lebih tinggi. (Kompas.com/Firmansyah)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mengunjungi Rumah Siti Ropiah yang Tulisannya Viral dan Menyentuh Hati"

Baca: Stok Beras Bulog Untuk Jambi Hingga Tujuh Bulan ke Depan

Baca: Slamet Selalu Tanya Kades atau PNS Mana yang Berbadan Atletis, Ganteng, Ternyata Dipakai Untuk

Baca: Matilda Temukan Pedang Legendaris Excalibur

Sumber: Tribun Solo
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved