'Kidung' yang Disebut dalam Puisi Sukmawati Soekarnoputri Ternyata 'Alunan Bernuansa Mistis'

Puisi Sukmawati Soekarnoputri yang dibacakan dalam acara 29 Tahun Anne Avantie Berkarya di Indonesia

Editor: Suci Rahayu PK
Ilustrasi 

TRIBUNJAMBI.COM - Puisi Sukmawati Soekarnoputri yang dibacakan dalam acara 29 Tahun Anne Avantie Berkarya di Indonesia Fashion Week 2018 dianggap mengandung unsur SARA karena membandingkan azan dengan kidung.

Lalu apa itu kidung?

Dilansir wikipedia, kidung merupakan kosakata bahasa Jawa tengahan dan termasuk dalam klasifikasi kata benda yang mempunyai padanan dengan tembang atau sekar 'nyanyian' dalam bahasa Jawa baru, Rabu, 4 April 2018.

Bentuk verb kidung dalam bahasa Jawa tengahan menjadi mangidung'bernyanyi'.

Baca: Selamatkan 40 Ribu Pasien dengan Metode Cuci Otak, Dokter Terawan Ambil Resiko Dipecat IDI

Sukmawati Soekarnoputri (Via Tribunnews.com)
Sukmawati Soekarnoputri (Via Tribunnews.com) ()

Dalam bahasa Jawa baru juga mengenal istilah kidung yang memiliki makna yang kurang lebih sama dengan kidung dalam bahasa Jawa tengahan, dan bentuk verbanya menjadi ngidung atau angidung.

Selain itu, terdapat perbedaan pengertian antara kidungsebagai suatu puisi yang berupa tembang dansekar tengahan atau tengahan sebagai pola metrum.

Sementara dalam kamus besar Bahasa Indonesia, kidung memilikk dua arti, pertama nyanyian, lagu (syair yang dinyanyikan) dan kedua berarti puisi.

Dilansir kaskus, 16 Juli 2016 postingan akun daffordz, Kidung merupakan bagian dari seni dan budaya Bangsa Indonesia yang lahir di Pulau Jawa.

Kidung lahir sebelum zaman Wali Songo. Kidung adalah susunan sastra yg ditembangkan oleh orang - orang bertaraf khusus (sakti mandra guna) sebagai wasilah (perantara) permohonan kepada Sang Hyang Taya (Tuhan Yang Tidak Bisa Di Ilustrasikan dan Tidak Menyerupai Makhluq), sehingga estetika nuansa kidung sangat identik dengan kesakralan dan mistis

Baca: Real Madrid Vs Juventus, Cristiano Ronaldo Bikin 2 Gol di Leg Pertama 8 Besar Liga Champions

Pada zaman Wali Songo, keberadaan kidung tetap di lestarikan, hanya saja nilai-nilai bahasa kidung diselaraskan dengan ajaran Islam tanpa mengurangi nilai kesakralan dan kemistisan sebagai bagian dari keindahan warisan leluhur orang Jawa.

Termasuk lahirnya Lakon Wayang Kulit Dewa Ruci yang terus melegenda sejak 500 tahun yang lalu hingga detik ini pada mulanya bersumber dari kidung yang disusun oleh Kanjeng Sunan Kalijaga (Kidung Linglung).

Secara terminologi, kidung bisa berarti doa atau bahasa sejarah (lelaku) dalam meraih kesempurnaan dan kebahagiaan hidup dengan bersandar pada permohonan kepada Allah SWT.

Jika seseorang berkidung, berarti telah berdoa dan membaca sejarah perjalanan diri sendiri menuju Allah SWT (dalam bahasa tasawuf bisa di sebut sebagai seorang Salik yang sedang ber-thoriqoh).

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved